Sabtu, 19 April 2014

Yesus Adalah Muslim Sejati

Muslim adalah orang yang menganut agama islam, agama yang diturunkan oleh Muhammad SAW (meninggal 8 Juni 632). Salah satu syarat utama untuk menjadi muslim adalah dengan mengucapkan syahadat "Assh Haduala ilahailallah wa Assh Haduana muhammadur rasulullah", yang artinya: aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah.

Tentu sebagian besar orang langsung kaget dengan judul tulisan ini. Bagi orang kristiani dan bagi kebanyakan orang umumnya, Yesus adalah peletak dan dasar bagi iman dan ajaran agama kristen. Bukankan Yesus sudah ada jauh sebelum Muhammad lahir dan menjadi rasul Allah? Bagaimana mungkin Yesus disebut sebagai seorang muslim tanpa menyebut wa Assh Haduana muhammadur rasulullah?

Agar kita tidak bingung dan dapat memahami judul di atas, maka kita terlebih dahulu harus mengetahui arti dan makna kata "islam". Kata ini tak bisa dipisahkan atau dilepaskan dari kata muslim. Keduanya berkaitan erat. Muslim adalah orang yang memeluk agama islam. Karena itu, orang yang benar-benar memeluk agama islam, artinya melaksanakan islam secara sempurna, disebut sebagai muslim sejati. Dan itulah Yesus. Dan apa arti islam?

Secara etimologis kata “islam” berasal dari bahasa Arab, yang diambil dari kata salima dengan arti selamat. Dari kata salima itu terbentuk kata aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh/taat. Kata ini terdapat dalam QS al-Baqarah ayat 112: “Bahkan, barangsiapa menyerahkan diri (aslama) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati”

Selain dua kata itu, Al-Quran juga memakai kata kerja “islam” dengan kata yuslim yang berarti tunduk atau menyerah/berserah diri kepada Allah. Tentang makna penyerahan diri secara total, kita dapat menemukan akar kata “islam” pada kata istalma mustaslima. Ini seperti terdapat dalam QS Ash-Shaffat ayat 26: ”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” Karena itu, menjadi muslim berarti beriman kepada Allah dengan tunduk kepada kehendak-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Mungkin dengan ketaatan ini maka datanglah selamat atau keselamatan.

Selain berarti berserah diri, tunduk/taat, akar kata “islam” juga memiliki arti menyelamatkan orang lain. Ini dapat ditemukan pada kata sallama. Kata ini tentu tak bisa dilepaskan dari kata salima yang berarti selamat. Maka orang muslim berarti orang yang sallama, menyelamatkan orang lain.

Sampai di sini kita menemukan dua makna besar dari kata “islam”, yaitu berserah diri sebagai ungkapan ketaatan atau kepatuhan dan menyelamatkan. Oleh karena itu, orang islam, atau seorang muslim harus berserah diri kepada Allah. Sikap berserah diri ini terlihat dari membiarkan kehendak Allah yang terjadi pada dirinya. Seorang muslim wajib taat pada kehendak Allah sekalipun kehendak Allah itu bertentangan dengan keinginan dirinya. Selain itu juga, seorang muslim terpanggil untuk menyelamatkan orang lain (umat manusia). Menyelamatkan manusia ini tidak boleh mengikuti kehendak pribadi, melainkan kehendak Allah. Jadi, ada kaitan erat antara menyelamatkan dengan sikap tunduk dan berserah diri kepada Allah.

Gambaran muslim itu terlihat dalam diri Yesus. Hari Jumat Agung diperingati sebagai hari kematian Yesus Kristus. Kematian Yesus di kayu salib, secara tidak langsung, mengungkapkan dua hal tadi, yaitu menyelamatkan umat manusia yang sesuai dengan kehendak Allah. Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada kehendak Allah dengan wafat di kayu salib. Di sanalah terlihat penyerahan diri-Nya secara total. Karena itulah, sudah sepantasnya jika dikatakan bahwa Yesus itu adalah orang islam sejati. Dia benar-benar melaksanakan apa yang ada di dalam Al-Quran: dengan berserah diri dan taat pada perintah Allah.

Demikianlah alasan kenapa Yesus dikatakan seorang muslim sejati. Dia berserah diri secara total dan patuh setia pada kehendak Allah hingga wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Semua yang dilakukan Yesus adalah gambaran dari kata “islam”. Akan tetapi, kenapa Al-Quran malah menolak kematian Yesus di kayu salib? Di satu sisi Al-Quran menyarankan agar umat muslim berserah diri dengan tunduk pada kehendak Allah, namun ketika ada orang yang berserah diri dengan taat pada kehendak Allah (yaitu Yesus Kristus), malah ditolak. Al-Quran, dalam surah al-Nisa’ ayat 157, tidak mengakui bahwa yang tergantung di kayu salib itu adalah Yesus Kristus. Dan ini menjadi kepercayaan orang islam hingga kini. Karena itu, berkaitan dengan kematian Yesus ini, bisa dikatakan bahwa Al-Quran membantah pernyataannya sendiri.

Ketidak-tegasan dan ketidak-jelasan ini tentu dapat berdampak pada kebingungan orang yang beritikad baik. Karena, ketika ia hendak berserah diri kepada Tuhan, patuh dan setia melaksanakan perintah Tuhan, ia akan dihadapkan pada “penolakan” Al-Quran. Yesus sudah mengalaminya. Di satu sisi Yesus terlihat sebagai seorang muslim sejati (menurut Al-Quran) dengan berserah diri dan taat pada kehendak Allah sampai wafat di kayu salib, namun di sisi lain Al-Quran sendiri menolak sikap dan tindakannya yang sudah sesuai dengan Al-Quran.
Jakarta, 18 April 2014
by: adrian
sumber:
1.      www.risalahislam.com
3.      Louay Fatoohi, The Historical Jesus. Bandung: Mizan, 2013

1 komentar: