PETAPA DAN SENAR GITAR
Ada seorang
petapa tinggal seorang diri di hutan. Ia menjalani hidup bertapanya dengan
keras. Hari-hari hidupnya hanya diisi dengan berdoa, bersemedi, bermeditasi dan
kontemplasi. Ia beraskese dan menjalani hidup mati raga dengan keras. Ia menolak
kekayaan dan kemewahan dengan cara hidup miskin. Untuk makan pun ia mengemis di
kampung-kampung sekitar hutan itu.
Suatu hari
ia keluar dari hutan, berjalan menuju ke sebuah kampung. Tujuannya: mencari
makanan dengan cara mengemis. Ketika hendak memasuki kampung itu, ia melihat
seorang anak kecil dengan sebuah gitar di pelukannya. Anak itu sedang menyetem
senar gitarnya. Sang petapa memperhatikannya dengan serius.
Dua senar
gitar bagian distel longgar. Anak itu melonggarkannya lagi sambil ibu jari
tangan kanannya memetik senar gitar itu. Tangan kiri anak itu kembali memutar
spul gitar sehingga tali gitar semakin longgar.
“Terlalu
longgar,” pikir petapa itu dalam hati. “Kalau terus dilonggarkan, hilanglah
suaranya. Senar gitar itu tak akan bisa menghasilkan suara. Percuma ia ada di
gitar itu.”
Tiba-tiba
anak itu beralih ke dua senar gitar yang paling bawah. Kali ini dia bukannya
melonggarkan tali gitar itu melainkan mengencangkannya. Ia terus mengencangkan
senar gitar itu sampai menghasilkan bunyi yang melengking. Jempol tangan kanan
bocah itu kembali memetik dua senar itu lalu tangan kirinya kembali memutar
spul gitar untuk kembali mengencangkannya.
“Berhenti!
Berhenti!!” Tiba-tiba petapa itu berteriak sambil berjalan menghampiri anak
itu. “Kamu bisa memutuskan tali gitar itu.”
Petapa itu
mengambil gitar itu. Dengan kemampuan yang masih dimilikinya, ia kembali
menyetem gitar itu sehingga bisa menghasilkan suara yang harmonis. Ia mengembalikan
gitar itu ke pemiliknya.
“Kalau senar
gitar ini kamu longgarkan, suaranya jelek bahkan bisa hilang. Tapi kalau kamu
kencangkan bunyinya tak indah. Jika terlalu kencang senarnya bisa putus.”
“Itulah hidup
Anda!” Anak kecil itu berdiri dan berjalan meninggalkan petapa itu seorang
diri.
by: adrian
Baca
juga refleksi lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar