Tak
bisa dipungkiri, sosok Presiden Susilo B Yudhoyono (SBY), di masa keduanya,
adalah sangat buruk. Ke-buruk-an itu bukan hanya terlihat dalam diri pribadi
SBY saja melainkan juga dalam kehidupan perpolitikan. Publik mengetahui kalau
presiden kita saat ini sangat lemah. Kasus perbatasan dengan Malaysia, kasus
GKI Yasmin dan Ahmadiah, kasus Mesuji, kasus korupsi dan rekening gendut di
Polri, dan masih banyak kasus lain yang tak pernah selesai menunjukkan betapa
presiden sangat lemah. Ke-lemah-an presiden juga tampak dari aksi curhatnya di
media. Selain itu juga kita tahu soal kebohongan yang pernah dikemukakan para
aktivis pada 10 Januari 2011.
Karena
lemahnya pribadi SBY membuat perpolitikan negeri ini menjadi karut marut.
Contoh-contoh di atas adalah buktinya. Segala masalah yang ada bisa sedikit
berkurang bila presiden memiliki sikap tegas dalam bertindak dan dalam
berpihak.
Keprihatinan
inilah yang mendasari tulisan ini untuk mencari kriteria apa yang cocok buat
sosok Presiden RI di masa depan.
12
Kriteria Sosok Presiden
Ada banyak
kriteria yang bisa diajukan untuk mencari sosok anggota dewan yang ideal. Dalam
tulisan ini akan diberikan 12 kriteria.
a.
Takut
akan Tuhan
Ketika mengikuti pencalonan
Gubernur Bangka Belitong 2007, Basuki T Purnama[1] memilih satu slogan kampanye yang berbunyi
“takut akan Tuhan”. Slogan ini didasarkan pada Kitab Suci[2].
Orang yang takut akan Tuhan akan menjauhi kejahatan, sehingga ia terhindar dari
maut (baca: jerat hukum). “Takut akan Tuhan” mau menunjukkan kualitas
keberimanan seseorang. Karena itu, sikap “takut akan Tuhan” ini hendaknya
dimiliki oleh presiden kita kelak.
b.
Ksatria
Ksatria bukan cuma sikap berani
tanpa perhitungan, tetapi berani dengan bijaksana. Sifat ksatria berarti bukan
hanya hebat dalam perang dengan kemenangan gilang gemilang, melainkan juga
dengan jujur dan lapang dada mau mengakui kekalahan dan kelemahannya. Kekalahan
atau kelemahan tak perlu ditutupi dan keunggulan lawan harus diakui. Salah satu
bentuk sifat ksatria adalah mundur dari jabatan.
c.
Jujur,
Adil dan Tegas
Masih segar dalam benak kita
tindakan nekad Pong Harjatmo pada 30 Juli 2010 dengan membubuhkan tulisan di
atap gedung DPR: Jujur, Adil, Tegas. Meski aksi Pong ini ditujukan ke anggota
dewan, namun pesannya kena juga ke presiden saat ini. Karena itu, pada awal
tahun 2011 muncul pernyataan 18 kebohongan pemerintahan SBY dari tokoh lintas
agama. Semua itu berakar pada ketidak-tegasan SBY sehingga dalam bertindak dan
bersikap dia berlaku tidak adil. Dan ketidak-adilan dan ketidak-tegasan itu ditutup
dengan kebohongan. Oleh karena itu, sosok presiden masa depan harus memiliki
ketiga sifat di atas. Sosok presiden yang tegas dapat kita lihat dalam diri
Bung Karno.
d.
People Oriented
Model pemilihan presiden kita saat
ini sudah jauh berbeda dari jaman Suharto. Presiden sekarang langsung dipilih
oleh rakyat. Sebagai wujud terima kasih atas kepercayaan rakyat, maka hendaknya
presiden terpilih lebih memperhatikan kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat,
khususnya yang kecil dan terpinggir, harus mengalahkan kepentingan partai.
Sikap people oriented berarti
presiden mengabdikan dirinya secara total untuk kepentingan rakyat. Sebagai
seorang pemimpin, sudah sepantasnya presiden meninggalkan politik pencitraan
diri. Dave Ulrich, dalam wawancaranya dengan KOMPAS awal Maret lalu berkata, “Pemimpin yang baik harus
mengurangi perhatian kepada diri sendiri..., dan lebih banyak melayani yang
lain.”[3]
Pada kriteria ini, menjadi calon yang ideal untuk presiden masa depan adalah
Bapak Jokowi dan Bapak Ahok.
e.
Bermoral
Moral merupakan pedoman yang
mengatur manusia untuk melakukan yang baik dan menghindar yang buruk.[4]
Sangat diharapkan di masa depan presiden memiliki moralitas sehingga mereka
dapat menghindar hal-hal yang buruk dan berusaha melakukan hal yang baik demi
kesejahteraan masyarakatnya. Sekalipun bermoral, presiden hendaknya jangan
jatuh ke dalam tindakan sok moralis alias munafik.
f.
Cerdas
berhati nurani
Tentulah diharapkan agar presiden itu
harus memiliki kecerdasan yang mumpuni agar tidak malu-maluin dalam kancah
politik dunia. Kecerdasan, selain sebagai sarana yang memudahkan untuk
berkomunikasi, dapat juga membantu untuk bersikap kritis terhadap masalah yang
dihadapi. Namun hendaknya tidak hanya berhenti pada cerdas otak, tetapi juga
harus cerdas hati. Untuk itu dia harus memiliki hati nurani yang bisa mengajaknya
untuk berempati dan bersolidaritas dengan korban.
g.
Berani
berkorban
Yesus pernah menasehati murid-Nya,
yang kelak akan menjadi pemimpin, agar tidak seperti pimpinan duniawi pada
umumnya yang memerintah rakyatnya dengan “tangan besi”. Sebaliknya “Barangsiapa
ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan
barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi
hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."[5]
Memberikan “nyawa” berarti mau berkorban demi rakyat. Inilah yang diharapkan
pada presiden kelak.
h.
Rendah
hati
Sosok presiden di masa yang akan
datang hendaknya memiliki sikap rendah hati. Kriteria rendah hati ini tidak
hanya tampak dalam penampilan melainkan juga dalam sikap dan tutur kata. Contoh
profil rendah hati terlihat dalam diri Bapak Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN,
dan juga Bapak Jokowi, Bupati Solo. Sikap ini akan memangkas jarak anggota
dewan dengan rakyat.
i.
Arif
Kearifan tumbuh di atas kerendahan
hati. Sikap ini akan menuntun orang untuk dengan benar memilih tindakan yang
harus diterapkan.[6]
Atau dengan kata lain, mampu membaca masa depan dan menetapkan arah yang
positif. Dengan sikap ini, tentulah presiden dapat terhindar dari
praktek-praktek tak terpuji.
j.
Berpengalaman
Yudi Latief pernah mengungkapkan
salah satu kriteria pemimpin yang baik, yang dapat diterapkan dalam sosok
presiden masa depan adalah pengalaman. Menurutnya seorang pemimpin harus
memiliki jabatan pemimpin atau setingkatnya dalam organisasi tertentu.[7]
Pengalaman berorganisasi inilah yang bisa dijadikan modal untuk mengatur dan
mengelola bangsa ini.
k.
Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas janji-janji yang telah diucapkan kepada orang lain.
Istilah sederhananya, bagaimana kita membuktikan janji-janji yang dibuat
menjadi kenyataan.[8]
Sebagai bentuk akuntabilitasnya, presiden harus membuat laporan terbuka, baik
melalui situs resmi pemerintah maupun lewat media massa, tentang kerja yang
sudah dilakukannya.
l.
Mencintai
rakyat
Dr Haryono Umar, dalam tulisannya di Tempo Interaktif, menilai bahwa pemimpin
yang didambakan masyarakat adalah pemimpin yang mencintai rakyatnya.[9]
Pemimpin dengan kriteria ini akan selalu membuat kebijakan pro rakyat. Dengan
kriteria ini maka presiden di masa depan tidak akan “menjual” bangsanya ke
negara lain atau juga tidak mau dikendalikan oleh kekuatan asing.
Demikianlah
beberapa buah pikiran untuk mewujudkan adanya sosok presiden yang ideal demi
terciptanya perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini. Namun di atas semuanya
itu, political will menjadi mutlak
dibutuhkan. Tanpa adanya kemauan dan usaha, semuanya menjadi percuma. Dan ini
semua ditentukan juga oleh rakyat yang memilih.
Tanjung
Balai – Karimun, 20 Maret 2012
by: adrian
[1] Dikenal sebagai Ahok, yang dinobatkan majalah TEMPO sebagai salah satu
dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia (2006). Dan pada 2007 ia dinobatkan
sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar
Kemitraan.
[2] Ada banyak sumber Kitab Suci, khususnya dari Perjanjian Lama, yang
mendasari slogan “Takut akan Tuhan”. Yang bisa disebut di sini misalnya Mazmur
25: 12; 111: 10 dan Amsal 8: 13; 14: 27 dan 16: 6
[3] KOMPAS, 14 Maret 2012, hlm
18
[4] Bdk. Sonny Keraf, Etika Bisnis.
Yogyakarta: Kanisius, 1991, hlm. 20
[5] Markus 10: 42-45
[6] Dr. William Chang, Menggali
Butir-Butir Keutamaan. Yogyakarta: Kanisius, 2002, Hlm 36-37
[7] Briko Alwiyanto, “15 Pemimpin Muda Berpengaruh”, dlm Kompas.com, 16 Desember 2008, 17:20 WIB
[8] Yulia Permata Sari, “Empat Kunci jadi Pemimpin Sukses”, dlm Media Indonesia.com, 8 Maret 2010, 15:30
WIB
[9] Dr. Haryono Umar, “Pemimpin yang Mencintai Rakyat”, dlm Tempo.co, 2 Desember 2008, 15:51 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar