PESAN PERPISAHAN PAUS BENEDIKTUS XVI
Tepat pkl. 10.35 pagi waktu Roma, Rabu,
27/2/2013, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus
dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mgr..
Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan paus menjadi Uskup Agung pada 6 Januari
2013 lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga Prefettura Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, umat yang hadir semakin kuat dan ramai
meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa
blok untuk menyalami umat diiringi Musik Militer dari wilayah
kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih
yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk,
beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin
merangkul mereka satu persatu. Di saat itu keharuan mulai terasa.
Setelah rangkaian salam dan pembacaan dari Kitab Suci, beliau mulai membacakan
wejangannya yang terakhir. Hadirin hening dan mendengar dengan penuh perhatian.
Sering juga hadirin menyela Sri Paus dengan tepukan tangan panjang dan yel
“Benedetto”, terutama ketika beliau mengungkapkan kata-kata peneguhan dan
pujian yang masuk hingga ke lubuk hati pendengar.
Dalam sambutannya Sri Paus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah
memilih dan mempercayakan tugas ini kepadanya. Katanya:”Delapan tahun lalu,
ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang
dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa
Engkau memilihku? Saya tahu bahwa sejak itu saya memikul beban berat di bahu
saya”, tutur Sri Paus.
Lebih lanjut Sri Paus menegaskan bahwa delapan tahun yang lalu adalah
tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan,
sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang terombang-ambing di danau
Genesaret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan
Tuhan tidur di buritan. Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini,
karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi
milik Tuhan sendiri. Mendengar itu, umat yang hadir bertepuk tangan ramai
sambil meneriakkan nama Sri Paus. Beliu sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan
senantiasa dekat dengan umatNya dan menganugerahkan segala yang perlu untuk
kemajuan GerejaNya.
Sri Paus juga mengungkapkan terima kasih kepada para pekerjanya di Tahta Suci
Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa
jabatannya, beliau betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik seluruh
dunia, sekalipun banyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara
langsung.
Diakhir sambutan yang berdurasi kurang lebih 20 menit itu, Paus Benediktus XVI
meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar: “Saya
pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap
riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi
untuk membaktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan
yang memanggil kita ke dalam satu komunitas iman, akan tetap bersama kita,
memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasihNya tanpa
batas.”
Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah membludak hingga ujung Via
della Conciliazione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian
bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan semakin tenang pertanda sedih.
Sri Paus pun berdiri, melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat
yang sempat menuai deraian air mata.
Upacara dilanjutkan dengan penyampaian ucapan Salam pisah dan terima kasih dari
para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Italia, Jerman,
Spanyol, Portugis, Polandia dan Arab.
Di akhir audiensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Bapa Kami
di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup dengan berkat terakhirnya sebagai
Paus.
Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat duduk. Papa
Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi
putih, tinggal kosong.
Sri Paus bergerak keluar, diiringi aplaus panjang, memanggil-manggil namanya
dan seraya air mata tetap berderai. Di atas Papa Mobil beliau terus
merentangkan kedua tangannya, seakan-akan ingin membawa pergi sekitar
200.000-an hadirin bersamanya.
Rangkulan lengannya tentu terlalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi
untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukti Mons
Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap
bersatu. Terima kasih Bapa Suci Bekediktus XVI.
Laporan P. Markus Solo, SVD
Langsung dari Tahta Suci, Vatikan - See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/02/28/vatikan-pesan-perpisahan-paus-benediktus-xvi#sthash.4SC2XH3o.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar