Senin, 17 Desember 2012

(Pencerahan) Kesadaran Atasi Rasa Malu

BAIKLAH, BAIKLAH
Seorang gadis di kampung nelayan hamil di luar nikah. Setelah berkali-kali dipukuli, akhirnya ia mengaku bahwa bapak dari anak yang dikandungnya adalah Guru Zen yang merenung sepanjang hari di dalam kuil di luar desa.

Orang tua gadis bersama banyak penduduk desa beramai-ramai menuju kuil. Dengan kasar mereka menyerbu Guru yang sedang berdoa. Mereka menghajar karena kemunafikannya dan menuntut bahwa ia sebagai bapak anak itu wajib menanggung biaya untuk membesarkannya.

Jawaban Guru itu hanyalah, “Baiklah, baiklah.”

Setelah orang banyak pergi meninggalkannya, ia memungut bayi itu dari lantai. Ia minta supaya seorang ibu dari desa memberi anak itu makan dan pakaian serta merawatnya atas tanggungannya

Guru itu jatuh namanya. Tidak ada lagi orang yang datang untuk meminta wejangannya.

Ketika peristiwa itu sudah berlalu satu tahun lamanya, gadis yang melahirkan anak itu tidak kuat menyimpan rahasianya lebih lama lagi. Akhirnya ia mengaku bahwa ia telah berdusta. Ayah anak itu sebetulnya adalah pemuda di sebelah rumahnya. Orang tua si gadis dan para penduduk kampung amat menyesal. Mereka bersembah sujud di kaki Guru untuk mohon maaf dan meminta kembali anak tadi. Guru mengembalikannya dan yang dikatakannya  hanyalah, “Baiklah, baiklah!”

Orang yang sungguh-sungguh sadar!
Kehilangan nama? Tidak banyak berbeda dengan kehilangan kontrak yang mau ditanda-tangani dalam mimpi

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar