SANTO AMBROSIUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Ambrosius lahir pada
tahun 334 di Trier, Jerman, dari sebuah keluarga kristen. Ayahnya menjabat
Gubernur Gaul, dengan wilayah kekuasaannya meliputi Perancis, Inggris, Spanyol,
Belgia, Jerman dan Afrika. Ia mendapat pendidikan yang baik dalam bahasa Latin,
Yunani dan ilmu hukum. Di kemudian hari ia terkenal sebagai seorang ahli hukum
yang disegani. Keberhasilannya di bidang hukum menarik perhatian Kaisar
Valentinianus; ia kemudian dinobatkan menjadi Gubernur Liguria dan Aemilia,
yang berkedudukan di Milano, Italia Utara.
Ketika Auxentius, Uskup
kota Milan meninggal dunia, terjadilah pertikaian antara kelompok kristen dan
kelompok penganut ajaran sesat, Arianisme. Mereka berselisih tentang siapa yang
akan menjadi uskup, yang sekaligus menjadi pemimpin dan pengawas kota dan
keuskupan Milano. Para arian berusaha melibatkan Kaisar Valentinianus untuk
menentukan bagi mereka calon uskup yang tepat. Kaisar menolak permohonan itu
dan meminta supaya pemilihan itu dilangsungkan sesuai dengan kebiasaan yang
sudah lazim, yaitu pemilihan dilakukan oleh para imam bersama seluruh umat.
Ketika mereka berkumpul
untuk memilih uskup baru, Ambrosius dalam kedudukannya sebagai gubernur datang
ke basilika itu untuk meredakan perselisihan antara mereka. Ia memberikan
pidato pembukaan yang berisi uraian tentang tata tertib yang harus diikuti.
Tiba-tiba terdengar
teriakan seorang anak kecil, “Uskup Ambrosius! Uskup Ambrosius!”
Teriakan anak kecil itu
serta merta meredakan ketegangan mereka. Lalu mereka secara aklamasi memilih Ambrosius
menjadi Uskup Milano. Ambrosius enggan menerimanya karena ia belum dibaptis. Selain
itu jabatan uskup itu terlalu mulia dan meminta pertanggungjawaban yang berat. Tetapi
akhirnya atas desakan umat, ia bersedia juga menerima jabatan uskup itu.
Enam hari
berturut-turut ia menerima semua sakramen yang harus diterima oleh seorang
uskup. Setelah itu ia ditahbiskan menjadi uskup. Seluruh hidupnya diabdikan
kepada kepentingan umatnya; ia mempelajari Kitab Suci di bawah bimbingan imam
Simplisianus; memberikan kotbah setiap hari minggu dan hari raya dan menjaga
persatuan dan kemurnian ajaran iman yang diwariskan oleh para Rasul. Dengan bijaksana
ia membimbing hidup rohani umatnya. Ia mengatur ibadat hari minggu dengan tata
cara yang menarik, sehingga seluruh umat dapat ikut serta dengan gembira dan
aktif; mengatur dan mengusahakan bagi pemeliharaan kaum miskin dan mentobatkan
orang-orang berdosa. Ambrosius seorang uskup yang baik hati dalam melayani
umatnya.
Selama 10 tahun ia
menjadi pembela ulung ajaran iman yang benar menghadapi para penganut arian. Pertikaian
antara dia dan kaum arian mencapai klimaksnya pada tahun 385, ketika ia
melarang keluarga kaisar memasuki basilik untuk merayakan upacara sesuai dengan
aturan mereka. Seluruh umat mendukung dia selama krisis ini. ia dengan tegas
menolak permintaan Yustina, permaisuri kaisar, yang menginginkan penyerahan
satu gereja katolik kepada para penganut arian. Ia berhasil membendung pengaruh
buruk ajaran Arianisme.
Terhadap Kaisar
Theodosius yang menumpas pemberontakan dan melakukan pembantaian besar-besaran,
Ambrosius tak segan-segan mengucilkannya dan tidak memperkenankan dia masuk
Gereja. Ia menegaskan bahwa pertobatan di hadapan seluruh umat merupakan syarat
mutlak bagi Theodosius untuk bisa diterima kembali di dalam pangkuan Bunda
Gereja.
Katanya, “Kalau Yang
Mulia mau meneladani perbuatan buruk Raja Daud dalam berdosa, Yang Mulia juga
harus mencontohi dia dengan bertobat!” Dan lagi ia berkata, “Kepala Negara
adalah anggota Gereja, tetapi bukan tuannya.”
Theodosius, yang dengan
jujur mengakui dosa dan kesalahannya, tak berdaya di hadapan kewibawaan Uskup Ambrosius.
Ia berkata, “Ambrosius adalah satu-satunya uskup yang menurut pendapatku layak
memangku jabatan yang mulia ini.”
Ambrosius adalah
seorang uskup yang berjiwa praktis. Meskipun kepentingan politik sangat menyita
perhatiannya, namun ia tetap berusaha mencari waktu untuk berdoa dan menulis
tentang kebenaran-kebenaran kristen. Kotbah-kotbahnya sangat menarik dan
kemudian diterbitkan menjadi bacaan umat. Salah satu kemenangannya yang
terbesar ialah keberhasilannya mempertobatkan Santo Agustinus. Ambrosius
meninggal dunia pada tahun 397 dan digelari Pujangga Gereja. Ia termasuk salah seorang
dari 4 orang Pujangga Gereja yang terkenal di lingkungan Gereja Barat.
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar