Kios kebenaran
Ketika aku melihat papan nama pada kios itu, 
hampir-hampir aku tidak percaya 
pada apa yang kubaca: KIOS KEBENARAN. 
Mereka menjual kebenaran di sana!
Gadis penjaga kios bertanya dengan amat sopan: 
kebenaran macam apa yang ingin kubeli, 
sebagian kebenaran atau seluruh kebenaran! 
Aku tidak perlu menipu diri, 
mengadakan pembelaan diri atau rasionalisasi lagi. 
Aku menginginkan kebenaranku: 
terang, terbuka, penuh dan utuh. 
Ia memberi isyarat 
agar aku menuju bagian lain dalam kios itu, 
yang menjual kebenaran yang utuh.
Pemuda penjaga kios yang ada di sana 
memandangku dengan rasa kasihan 
dan menunjuk kepada daftar harga. 
“Harganya amat tinggi, tuan,” katanya.
“Berapa?” Tanyaku mantap, 
karena ingin mendapatkan seluruh kebenaran, 
berapapun harganya.
“Kalau tuan membelinya,” katanya, 
“Tuan akan membayarnya dengan kehilangan 
semua ketenangan dalam seluruh sisa hidup tuan.”
Aku keluar dari kios itu dengan rasa sedih. 
Aku mengira bahwa aku dapat memperoleh 
seluruh kebenaran dengan harga murah. 
Aku masih belum siap menerima kebenaran. 
Kadang-kadang aku mendambakan damai dan ketenangan. 
Aku masih perlu sedikit menipu diri 
dengan membela dan membenarkan diri. 
Aku masih ingin berlindung 
di balik kepercayaan-kepercayaanku 
yang tidak boleh dipertanyakan.
by:
Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi
lainnya:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar