SANTA BIRGITTA, JANDA
Birgitta lahir di
Vadstena, Swedia pada tahun 1303. Puteri turunan raja Swedia ini semenjak
kecilnya rajin mengikuti Kurban Misa dan mendengarkan kotbah pastornya. Kebiasaan
ini menanamkan dalam dirinya benih-benih iman yang kokoh dan berguna bagi cara
hidupnya di kemudian hari. Pada usianya 13 tahun, ia menikah dengan Pangeran
Ulfo dari Gudmarsson, putera seorang bangsawan Swedia. Dari perkawinan ini, Birgitta
dianugerahi delapan orang anak selama 28 tahun hidup bersama Pangeran Ulfo. Sebagai
ibu rumah tangga, Birgitta sangat bijaksana dalam mengatur keluarganya dan
dengan penuh kasih sayang mendidik anak-anaknya. Masalah pendidikan anak-anak
menjadi perhatiannya yang utama. Hasil pendidikan itu terbukti dalam diri
puterinya Katarina, yang kelak menjadi orang kudus (Santa Katarina dari
Swedia).
Pada tahun 1335, ibu Birgitta
dipanggil ke istana Raja Magnus II Erikson (1319 – 1365) untuk menjadi ibu
rumah menantikan kehadiran Blanche dari Namur, permaisuri Raja Magnus. Selama berada
di istana, Birgitta memberi bimbingan kepada Magnus II bersama permaisurinya
dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup perkawinan.
Sepeninggal suaminya
Pangeran Ulfo pada tahun 1344, Birgitta masuk biara Cistersian di Alvastra. Di
biara ini ia menjalani suatu corak hidup rohani yang keras, sambil tetap mendampingi
Raja Magnus II bersama permaisurinya. Ketika ia melihat bahwa Magnus II
menjalani suatu cara hidup yang tidak terpuji, Birgitta menegurnya dengan keras
dan berusaha mempertobatkannya kembali. Raja Magnus sungguh menghormati Birgitta
sehingga dengan rendah hati membaharui cara hidupnya dan bertobat. Di kemudian
hari, Magnus II menjadi pelindung dan pembantu setia para suster yang menjadi
anggota tarekat religius yang didirikan oleh Birgitta pada tahun 1346 di
Vadstena. Raja menghadiahkan kepada mereka sebidang tanah yang luas untuk
pembangunan pusat biara Birgittin. Ordo baru ini dimaksudkan untuk menghormati
Sang Penebus Yesus Kristus. Kekhususan ordo ini ialah bahwa ordo ini menghimpun
banyak suster, beberapa orang imam dan bruder, yang hidup terpisah-pisah di
rumah masing-masing tetapi bersama-sama memuji Tuhan dalam satu gereja. Urusan biara
dipimpin oleh seorang abbas perempuan, sedangkan kehidupan rohani diserahkan
kepada seorang imam biarawan.
Untuk mendapatkan restu
Sri Paus atas tarekat yang didirikannya, sekaligus merayakan Tahun Suci 1350,
maka pada tahun 1349, Birgitta pindah ke Roma ditemani oleh Katarina anaknya. Di
Roma ia bertapa keras, memperhatikan orang-orang miskin dan sakit serta
memberikan usaha agat Takhtah Suci dipindahkan kembali dari Avignon ke Roma. Untuk
maksud itu, ia tak henti-hentinya menasehati Paus Klemens VI (1342 – 1452),
Urbanus (1363 – 1370) dan Gregorius XI (1370 – 1378) agar kembali ke Roma. Pada
tahun 1371, Sri Paus Urbanus V memberikan restu untuk tarekat Birgittin.
Birgitta memiliki
kemampuan kenabian dan meramal banyak peristiwa kerohanian dan politik. Ia banyak
kali mengalami hambatan dan pengejaran, namun tidak pernah berkecil hati. Ia tegus
dalam iman dan penggilannya yang suci. Setelah suatu perjalanan ke Tanah Suci
pada tahun 1371, Birgitta kembali ke Roma. Dua tahun kemudian pada tanggal 23
April 1373, Birgitta meninggal dunia di Roma. Paus Bonifasius IX (1389 – 1404)
menggelari dia ‘santa’ pada tahun 1391.
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar