Rabu, 25 Mei 2022

SIKAP BERSYUKUR DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI

Umumnya semua agama mengajak umatnya untuk selalu bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Namun apa kata psikologi tentang bersyukur? Dalam kajian psikologi, terutama psikologi positif, perasaan bersyukur selama ini telah banyak dijelaskan dalam berbagai konsep seperti sebuah emosi, sikap, watak, kebiasaan, nilai moral dan juga sebagai sebuah respon untuk mengurangi stress.

McCullough, seorang peneliti yang telah banyak meneliti mengenai fenomena bersyukur mendefinisikannya sebagai detektor yang mengingatkan seseorang secara emosi, bahwa mereka telah mendapatkan keuntungan dari pertolongan orang lain, Tuhan, hewan, dll.

Perasaan bersyukur berbeda dari perasaan memiliki kewajiban (obligation). Singkatnya, kalimat “Saya harus membalas kebaikanmu” berbeda dengan kalimat “Saya bersyukur atas bantuanmu”, walaupun di masa depan orang yang mendapat bantuan akan membalas kebaikan yang didapat. Perasaan memiliki kewajiban untuk “mengganti” pertolongan orang lain lebih dekat perasaan negatif dan tidak nyaman. Sementara perasaan bersyukur biasanya dihubungkan dengan kesejahteraan dan perasaan bahwa hidup terasa utuh.

“Kewajiban” ini mirip dengan perasaan berhutang budi (indebtedness) yang biasanya keluar saat si pemberi menunjukkan ekspektasi atau keinginan adanya sebuah balasan. Biasanya reaksi yang terjadi adalah stress dan keinginan untuk menghindar si pemberi. Sedangkan saat orang bersyukur, ia akan lebih cenderung untuk menolong, memuji dan berdekatan dengan si pemberi.

Apa yang bisa dipelajari dari hal di atas? Bahwa pemberian kita dapat diartikan berbeda-beda oleh orang yang menerimanya. Jadi, ikhlaslah dalam memberi. Bagi seseorang yang mendapatkan pemberian, berprasangkalah baik saat menemukan pertolongan yang ikhlas dan bersyukurlah.

Ada banyak manfaat dari sikap bersyukur ini. Pertama, dari penelitian McCullough dan Emmons didapat bahwa orang yang bersyukur lebih merasa bahwa mereka lebih memiliki kehidupan yang baik dan pandangan yang optimis mengenai minggu depan. Selain itu, mereka jarang sekali mengeluh soal keluhan fisik dan cenderung untuk menghabiskan banyak waktu berolaraga.

Kedua, dari penelitian Masingale didapat bahwa orang yang dapat bersyukur merasakan trauma yang lebih ringan saat sesuatu yang buruk terjadi pada mereka. Ini sejalan dengan penelitian McCullough dan Emmons, yang melihat orang bersyukur jarang menderita depresi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki cara yang tepat untuk berhadapan dengan keadaan hidup yang menyulitkan dan lebih mampu mengingat hal-hal positif.

Ketiga, kehidupan sosial sehari-hari dapat dipengaruhi secara positif oleh kebiasaan bersyukur. Perasaan bersyukur dapat memotivasi seseorang untuk membantu orang lain dan mengurangi motivasi untuk berperilaku merusak.

Keempat, orang yang bersyukur juga cenderung tidak terlalu mengejar hal materialistik. Asumsinya karena mereka sudah bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, maka hasrat untuk memiliki hal material menjadi lebih sedikit. Mereka juga tidak terburu-buru untuk mendapatkan kepuasan materi.

Kelima, orang yang bersyukur memiliki harga diri yang tinggi dan lebih mudah melihat dukungan sosial dari sekitarnya. Setelah memiliki cukup rasa syukur, orang yang sering bersyukur cenderung akan mudah dalam membantu orang lain dan tidak memiliki banyak rasa iri.

Perasaan bersyukur memiliki kaitan timbal balik dengan spiritualitas. Orang yang memiliki spiritualitas tinggi lebih mudah untuk bersyukur; dan orang yang bersyukur juga mudah menjadi sangat religius.

Melihat aneka manfaat dari bersyukur, tentulah tak salah jika kita mulai menerapkannya dalam kehidupan. Berikut ini ada beberapa tips bersyukur yang diberikan oleh Emmons, dalam tulisannya di Challenge in Good Health.

1.   Berjanji untuk bersyukur terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu

2.   Membuat jurnal rasa syukur. Setiap harinya catatlah 3 hal yang kita syukuri

3.   Gunakan pengingat visual seperti foto dari orang yang disayangi atau pemandangan alam yang indah untuk membawa perasaan syukur ini.

4.   Rasakan semua indera bekerja. Hargai tubuh fisik dan banyak fungsinya yang menakjubkan. Bersyukurlah atas kemampuan untuk melihat, mendengar, berjalan, makan dan lain sebagainya.

5.   Perhatikan bahasa yang digunakan. Pembicaraan positif akan meningkatkan perilaku bersyukur sementara pembicaraan negatif akan menurunkan tingkat bersyukur dan menciptakan ketidakbahagiaan.

6.   Biasakan diri untuk membuat orang lain tahu bagaimana kita berterima kasih dan menghargai mereka setiap harinya. Bukan hanya akan meningkatkan kebahagiaan, tapi juga dapat membuat orang tersebut bahagia mendengar penghargaan kita.

7.   Tulis dan sampaikan sebuah surat penuh rasa syukur kepada seseorang yang telah memiliki dampak positif di dalam hidup kita. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa satu kali saja melakukan ini dapat menyebabkan perasaan positif untuk lebih dari sebulan.

8.   Berpikir di luar kotak. Pikirkan daftar hal-hal yang mungkin selama ini tidak terlihat untuk disyukuri.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar