Jumat, 25 Maret 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH YUNUS AYAT 68

Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Dia, Dialah Yang Mahakaya; milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai alasan kuat tentang itu. Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang kamu tidak ketahui? (QS 10: 68)


Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah yang disampaikan langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Apa yang tertulis dalam kitab itu, mulai dari surah al-Fatihah hingga surah an-Nas, diyakini sebagai perkataan Allah sendiri. Keyakinan ini didasarkan pada firman Allah sendiri yang banyak terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Karena itu, umat islam akan marah jika ada yang melecehkan Al-Qur’an. Pelecehan terhadap Al-Qur’an sama artinya pelecehan terhadap Allah, dan umat islam wajib bangkit untuk melawan. Allah sudah memberi perintah agar umat islam membela Allahnya yang mahakuat dan maha perkasa. Dan terhadap pelaku pelecehan, Allah sudah menentukan hukumannya. Dalam QS al-Maidah: 33 ditegaskan bahwa hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang.

Ada banyak paham tentang Al-Qur’an ini, yang semuanya berasal dari perkataan Allah sendiri. Ada wahyu yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah keterangan yang jelas (QS Ali Imran: 138) ada juga yang mengatakannya sebagai penjelasan yang sempurna (QS Ibrahim: 52). Terkait dua wahyu ini, tak sedikit ulama islam memaknai Al-Qur’an sebagai kitab yang sudah terang benderang, sehingga tak perlu lagi penafsiran. Arti dan makna wahyu Allah seperti apa yang tertulis. Allah sendiri sudah menegaskan dalam wahyu-Nya bahwa Ia memudahkan Al-Qur’an. Kemudahan itu pertama-tama terlihat dari bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Arab (QS 19: 97 dan QS 44: 58). Umumnya para ulama menafsirkan kemudahan itu dengan kesederhanaan bahasa yang tidak membutuhkan banyak tafsir, yang bisa berdampak pada perbedaan pendapat.

Berangkat dari premis di atas, haruslah dikatakan bahwa kutipan wahyu di atas merupakan perkataan Allah. Dilihat dari surahnya, bisa dikatakan bahwa wahyu Allah tersebut turun di Mekkah. Satu hal yang menarik dari kutipan ayat Al-Qur’an di atas adalah pernyataan orang bahwa Allah mempunyai anak. Pernyataan ini menjadi fokus telaah tulisan ini.

Sekalipun dikatakan merupakan kata-kata Allah, namun apa yang tertulis dalam kutipan di atas tidaklah sepenuhnya dari mulut Allah. Apa yang tertulis di dalam kurung, yakni “orang-orang Yahudi dan Nasrani” haruslah dikatakan bukan asli dari Allah tetapi tambahan kemudian dari manusia. Siapa manusia yang menambahkan itu tidak jelas. Tampak jelas bahwa tambahan tersebut hendak menerangkan kata ganti “mereka” pada awal kalimat. Dengan kata lain, yang dimaksud oleh mereka dalam kutipan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dengan demikian, kalimat pertama dari kutipan wahyu di atas lengkapnya berbunyi: orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Allah mempunyai anak.” Dapat dikatakan bahwa wahyu Allah ini hendak mengkritik pandangan orang Yahudi dan Nasrani tentang Allah yang memiliki anak.

Dalam kaitan ini, kutipan wahyu Allah ini seakan hendak menegaskan salah satu karakter Allahnya umat islam, yaitu sibuk mencampuri orang lain; dan sayangnya apa yang dipersoalkan itu pun keliru. Ada banyak wahyu Allah seperti ini, sibuk mempersoalkan pandangan dan perkataan umat agama lain, yang belum tentu kebenarannya (QS al-Baqarah: 111; QS al-Ankabut: 12; QS al-Maidah: 14 dan 18; QS Ali Imran: 24). Dari semuanya terlihat jelas bahwa apa yang dikutip Allah keliru sehingga penyampaiannya pun menjadi salah.

Terhadap kutipan wahyu Allah tersebut, khususnya kalimat pertama dengan maknanya, dapatlah diajukan satu pertanyaan dasar: benarkah umat Yahudi dan Nasrani berpikiran bahwa Allah mempunyai anak? Dapat dipastikan bahwa orang Yahudi sama sekali tidak punya pemikiran bahwa Allah memiliki anak. Bagi mereka itu adalah dosa berat. Karena itu, pada masa Yesus, para pemuka agama Yahudi marah ketika Yesus menyebut diri-Nya Anak Allah. Salah satu alasan kenapa Yesus disalib juga adalah karena istilah tersebut. Jadi, sama sekali tidak benar kalau dikatakan bahwa umat Yahudi berpikiran bahwa Allah mempunyai anak. Karena itu, wahyu Allah di atas termasuk fitnah terhadap kaum Yahudi. Kenapa Allah memfitnah orang Yahudi?

Bagaimana dengan umat Nasrani? Sebenarnya sama saja. Orang Nasrani juga berpendapat bahwa Allah tidak mempunyai anak. Memang umat Nasrani mengakui Yesus itu Anak Allah, namun bukan dalam pemahaman seperti seseorang punya anak. Istilah “Anak Allah” tidak membuat pemahaman bahwa Allah itu ada DUA. Umat Nasrani tetap percaya bahwa Allah itu SATU. Karena itu, dapat dipastikan bahwa Allah umat islam ini salah memahami istilah “anak Allah” yang biasa dipakai oleh orang Nasrani untuk menyebut Yesus. Menjadi persoalan, sudah salah memahami, Allah justru menghakimi orang Nasrani memiliki pemikiran bahwa Allah punya anak. Hal ini sama saja dengan fitnah. Jadi, sama seperti terhadap umat Yahudi, wahyu Allah di atas termasuk fitnah terhadap kaum Nasrani. Kenapa Allah memfitnah orang Nasrani?

Sampai di sini dapatlah dikatakan bahwa Allah umat islam adalah tukang fitnah. Dia mengatakan yang tidak benar tentang pemikiran atau pandangan orang lain. Bagaimana mungkin Allah yang maha benar bisa keliru dalam memahami pandangan dan pemikiran orang lain? Bagaimana mungkin Allah yang maha baik itu adalah tukang fitnah?

Berhadapan dengan tudingan ini mungkin sebagian umat islam akan berkelit bahwa sebenarnya Allah tidak pernah memaksudkan wahyu-Nya ini dengan orang Yahudi dan Nasrani. Dengan kata lain, kata ganti “mereka” pada awal kalimat di atas sama sekali tidak merujuk pada orang Yahudi dan Nasrani. Jika demikian, menjadi pertanyaan, siapa yang dimaksud dengan “mereka” itu? Siapa yang dimaksud dengan orang yang berkata, “Allah mempunyai anak.”? Kenapa Al-Qur’an sekarang memaksudkannya dengan orang Yahudi dan Nasrani? Tentulah upaya ini membuat wahyu Allah menjadi tidak jelas.

DEMIKIANLAH telaah singkat atas surah Yunus ayat 68 ini. Dari apa yang sudah disampaikan, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sederhana.

1.    Allah umat islam sibuk mempersoalkan pemikiran, perkataan atau pandangan umat agama lain, yang belum tentu benar adanya. Sayangnya apa yang dipersoalkan itu salah. Artinya, Allah mempersoalkan pandangan tentang Allah yang mempunyai anak, padahal baik orang Yahudi maupun Nasrani tidak punyai pemikiran tersebut. Akan tetapi, seolah-olah pemikiran itu ada pada pandangan orang Yahudi dan Nasrani.

2.    Allah umat islam tukang fitnah. Allah mendengar ada pandangan tentang Allah yang mempunyai anak, lalu menempatkan pandangan tersebut pada umat Yahudi dan Nasrani. Kemudian Allah mempermasalahkannya. Sementara orang Yahudi dan Nasrani sama sekali tidak punya pandangan tersebut. Kenapa Allah yang maha baik itu tampil sebagai pemfitnah?

3.    Allah umat islam tampil bodoh. Bukankah Allah itu maha bijaksana, maha benar dan maha sempurna? Dengan sifat-sifat tadi, sudah seharusnya Allah terlebih dahulu mencermati pernyataan bahwa Allah mempunyai anak, benarkah pemikiran itu ada pada orang Yahudi dan Nasrani? Benarkah istilah “anak Allah” yang ada pada pandangan Nasrani sama seperti yang dimaksud oleh Allah? Yang terjadi di sini adalah tanpa pikir panjang Allah langsung menuding dan memfitnah orang Yahudi dan Nasrani. Di sinilah Allah terlihat seperti orang bodoh.

Tanjung Pinang, 14 Januari 2022

by: adrian 

1 komentar:

  1. Selamat datang di situs Agen126, situs permainan online terlengkap dan terpercaya. Bagi anda yang belum memiliki akun, silahkan membuat akun dengan mengklik “Daftar” dan dapatkan bonus sabung ayam online pada pemain baru di situs kami. Rasakan keseruan yang telah dirasakan oleh pemain lainnya. Jangan ketinggalan permainan terbaru yang seru di situs kami. Kami hanya memiliki permainan-permainan terbaik agar anda tidak bingung saat memilih permainan.
    AGEN126
    AGEN126 SLOT GACOR
    SABUNG AYAM ONLINE AGEN126
    #AGEN126SLOTGACOR

    BalasHapus