Senin, 18 Oktober 2021

SEKILAS PANDANG TENTANG INJIL LUKAS

 

Lukas, seorang dokter berkebangsaan Siria, dipertobatkan menjadi Kristen ketika misionaris-misionaris pertama meninggalkan jemaat-jemaat Yerusalem dan Kaisarea untuk membawa Injil melewati batas-batas negara Yahudi. Lukas kemudian meninggalkan tanah airnya untuk menemani Rasul Paulus.

Ia tiba di Roma, ibu kota dunia yang dikenal pada waktu itu, di mana ia tinggal selama sekurang-kurangnya dua tahun. Di sana ia bertemu dengan Petrus dan Markus yang sedang giat-giatnya berkhotbah di kalangan orang-orang Kristen di Roma.

Ketika ia menulis Injilnya, ada banyak sekali naskah yang memuat perbuatan-perbuatan dan mukjizat-mukjizat Yesus yang dengan mudah diperoleh, naskah-naskah mana juga dipergunakan oleh Markus dan Matius. Dalam perjalanannya, ia juga mengambil cerita-cerita lain yang berasal dari murid-murid Yesus yang pertama. Cerita-cerita ini dilestarikan dalam Gereja-Gereja yang paling tua di Yerusalem dan Kaisarea.

Tentang ini kita mempunyai kesaksian dalam alinea pertama bab pertama (1:1-4): ia selalu berpikir tentang bagaimana menemukan kesaksian dari pelayan-pelayan Sabda yang pertama yaitu para rasul.

Maka kelirulah kalau kita berpikir bahwa Lukas menulis lama sesudah kejadian-kejadian, seperti yang dikatakan sementara orang, dan hanya memperluas hal-hal yang tidak diketahuinya. Meskipun perbaikan-perbaikan terakhir atas injilnya baru dilakukan sekitar tahun 70, bagian terbesar naskah aslinya sudah dikerjakan jauh sebelumnya. Ini khususnya menyangkut dua bab pertama dari Injil Lukas yang memberi kita cerita tentang masa kanak-kanak Yesus. Kedua bab pertama ini merupakan terjemahan yang hampir harfiah dari tulisan Ibrani atau Aram yang berasal dari generasi Kristen pertama. Cerita tentang masa kanak-kanak Yesus ini didasarkan atas informasi yang kemungkinan besar diberikan oleh Maria, ibu Yesus.

Latar belakang budaya Lukas adalah Yunani dan ia menulis untuk orang-orang Yunani. Ia menghilangkan beberapa detail dari Markus, yang membahas hukum dan adat istiadat Yahudi yang kiranya akan sulit dimengerti oleh para pembacanya.

Lukas melihat di dalam Injil kekuatan yang mempersatukan umat dengan Allah dan di antara umat sendiri. Karena itu, ia mencurahkan perhatiannya memberikan perumpamaan tentang belas kasihan dan kata-kata yang mengutuk uang - suatu faktor yang memecah belah umat. Demikian pula, Lukas menunjukkan bagaimana Yesus memperlakukan kaum perempuan dengan cara yang sangat manusiawi - kelompok yang sama sekali terpinggirkan.

 diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar