Selasa, 07 September 2021

INI PENYEBAB MEROSOTNYA HUBUNGAN KELUARGA

 

Adalah kerinduan setiap keluarga bila kehidupan keluarganya harmonis, damai dan bahagia. Akan tetapi, tak semua harapan itu bisa terwujud dengan sendirinya. Idealisme terkadang bertolak belakang dengan realitas. Ini biasanya sering diawali dengan relasi yang tidak baik lagi. Dan bila semua ini yang dihadapi tak jarang juga bisa berakhir dengan kehancuran rumahtangga.

Sebenarnya hal ini masih bisa ditangani. Semua itu tergantu dari sikap kita dalam menyikapi setiap masalah yang menghadang. Pertama-tama kita harus tahu faktor penyebab merosotnya hubungan dalam keluarga. Sebagaimana dikutip dari PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5), Elizabeth B. Hurlock mengungkapkan beberapa penyebab merosotnya hubungan yang terjadi dalam keluarga.

Sikap terhadap Peran Orang Tua

Orang tua yang kurang menyukai peran orang tua merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak, cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya.

Harapan Orang Tua

Pada saat anak masuk sekolah, banyak orang tua yang berpengharapan tinggi mengenai mutu tugas-tugas sekolah dan besarnya tanggung jawab anak di rumah. Kalau anak gagal memenuhi harapan ini, orang tua sering menghina, memarahi dan menghukum.

Metoda Pelatihan Anak

Pelatihan anak otoriter, yang sering digunakan dalam keluarga besar, dan disiplin lunak yang terutama digunakan dalam keluarga-keluarga kecil, keduanya menimbulkan pertentangan di rumah dan menyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.

Status Sosial Ekonomi

Kalau anak merasa bahwa rumah dan miliknya lebih buruk daripada rumah dan benada-benda milik teman-temannya, anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu.

Pekerjaan Orang Tua

Pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi perasaan anak. Kalau ibu bekerja di luar rumah, sikap anak terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-teman mengenai wanita yang bekerja di luar rumah dan oleh banyaknya beban tanggung jawab yang harus dilakukan di rumah.

Perubahan Sikap kepada Orang Tua

Dalam hubungan dengan orang tua, teman-teman dan dari apa yang dibaca atau dilihat anak di televise atau film-film, anak membentuk konsep tentang ibu dan ayah yang ideal. Kalau orang tuanya tidak sesuai dengan idealnya, anak cenderung bersikap kristis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.

Pertentangan Antarsaudara

Anak yang lebih besar sering mengkritik penampilan dan perilaku adiknya, yang sebaliknya senang menggoda dan memerintah adik yang lebih mudah lagi. Bila orang tua berusaha menghentikan hal itu, mereka dianggap pilih kasih. Anak-anak kemudian bersatu menghadapi orang tua dan saudara-saudara yang dianggap merupakan kesayangan orang tua.

Perubahan SIkap kepada Sanak Keluarga

Anak yang lebih besar tidak senang lagi dengan sanak keluarganya seperti ketika ia masih kecil, dan cenderung menganggap mereka “terlalu tua” atau “terlalu memerintah”. Kalau anak diharapkan hadir dalam pertemuan keluarga, ia sering menentang dan mengatakan bahwa pertemuan itu “membosankan”. Sanak keluarga membenci sikap ini dan memarahi si anak.

Orang Tua Tiri

Anak yang masih ingat orang tua kandung yang tidak ada lagi bersamanya di rumah, biasanya membenci orang tua tiri dan memperlihatkannya dengan bersikap kritis, negativistis dan perilaku yang sulit. Hal ini menimbulkan pertentangan di rumah.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar