Senin, 08 Maret 2021

SEBAB-SEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PADA MASA BAYI


 

Bayi selalu diidentikkan dengan kebahagiaan. Ketika pertama kali muncul, keluarga menyambutnya dengan bahagia. Penampilannya yang terkadang menggemaskan, membuat orang yang berhadapan dengannya pun bahagia. Di rumah dia diperlakukan istimewa. Perlakuan istimewa ini juga yang membuat sang bayi merasa bahagia. Jadi, kebahagiaan itu terarah pada 2 sisi, eksternal dan internal.

Akan tetapi, kerap terjadi juga kalau ada bayi yang merasa tidak bahagia. Elizabeth B. Hurlock, dalam bukunya, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, mengungkapkan beberapa faktor penyebab ketidakbahagiaan pada masa bayi.

Kesehatan yang Buruk

Bayi memiliki kesehatan buruk, baik sementara maupun kronis, tidak merasa normal sehingga cenderung rewel dan mudah marah. Dalam kondisi ini tidak mungkin bayi akan merasa bahagia.

Tumbuhnya Gigi

Tumbuhnya gigi menimbulkan rasa tidak enak secara berkala, adakalanya benar-benar menyebabkan rasa sakit. Bila dalam keadaan sakit atau tidak enak, bayi cenderung mudah marah, rewel dan negativistik. Ini menyebabkan ia tidak bahagia.

Keinginan Mandiri

Dengan meningkatnya pengendalian terhadap tubuh, kebanyakaan bayi menolak bantuan orang-orang lain dan campur tangan pada saat mereka mencoba untuk mandiri. Ketidaksenangan ini ditunjukkan dengan bersikap mogok atau marah-marah.

Meningkatnya Kebutuhan kasih Sayang

Dengan bertambah lamanya waktu jaga, bayi menghendaki perhatian lebih banyak dari orang-orang lain. Kalau orang tua atau pengasuh lain tidak dapat memenuhi maka bayi menjadi marah dan rewel. Ini mengakibatkan ia dihukum oleh orang tua atau pengasuh yang ditafsirkan bahwa ia tidak dicintai dan tidak dikehendaki.

Kecewa dengan Peran Orang Tua

Pada saat bayi memasuki tahun kedua, tidak jarang orang tua yang agak kecewa dengan peran mereka sebagai orang tua, terutama mereka yang sebelumnya sangat mengagungkan peran itu. Kekecewaan ini diungkapkan dalam kurang hangatnya hubungan dengan bayi. Perubahan sikap ini mudah dirasakan oleh bayi dan tidak disukai.

Permulaan Disiplin

Setelah bayi berusia satu tahun, banyak orang tua menganggap bahwa sudah waktunya untuk memulai disiplin. Usaha menanamkan disiplin biasanya dimulai dengan menepuk, memukul, kata-kata keras dan ekspresi wajah yang marah. Setelah satu tahun hidup tanpa disiplin tidaklah mengherankan kalau bayi menafsirkan perubahan perilaku orang tua ini sebagai tanda tiadanya kasih sayang dan kehadirannya tidak dikehendaki.

Penganiayaan Anak

Kalau penanaman disiplin dilakukan dengan hukuman badan yang keras, bayi mempunyai cukup alasan untuk merasa tidak dicintai dan tidak dikehendaki. Lebih parah lagi, ia hidup dalam ketakutan akan siksaan dari orang-orang yang mengasuhnya.

Meningkatnya Kebencian Antarsaudara

Banyak anak yang pada mulanya menganggap adik bayinya sebagai “boneka yang manis” sekarang menganggapnya sebagai penganggu, terutama kalau mereka diharapkan untuk membantu merawatnya, atau kalau adik bayi mengambil milik kakaknya dan seringkali merusak. Bayi cepat merasa bagaimana perasaan kakak-kakaknya dan ini membuatnya tidak bahagia kalau berada bersama mereka. Dalam keluarga besar, di mana perawatan bayi sering diserahkan kepada kakak perempuan, bayi mengalami masa tidak bahagia karena bayi sadar tentang perasaan kakaknya dan tidak menyukai peran kakak sebagai pengganti orang tua.

diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar