SEBAB-SEBAB KETIDAKBAHAGIAAN PADA MASA BAYI
Kesehatan yang
Buruk
Bayi memiliki kesehatan buruk, baik
sementara maupun kronis, tidak merasa normal sehingga cenderung rewel dan mudah
marah. Dalam kondisi ini tidak mungkin bayi akan merasa bahagia.
Tumbuhnya
Gigi
Tumbuhnya gigi menimbulkan rasa tidak
enak secara berkala, adakalanya benar-benar menyebabkan rasa sakit. Bila dalam
keadaan sakit atau tidak enak, bayi cenderung mudah marah, rewel dan negativistik.
Ini menyebabkan ia tidak bahagia.
Keinginan
Mandiri
Dengan meningkatnya pengendalian
terhadap tubuh, kebanyakaan bayi menolak bantuan orang-orang lain dan campur
tangan pada saat mereka mencoba untuk mandiri. Ketidaksenangan ini ditunjukkan
dengan bersikap mogok atau marah-marah.
Meningkatnya
Kebutuhan kasih Sayang
Dengan bertambah lamanya waktu jaga,
bayi menghendaki perhatian lebih banyak dari orang-orang lain. Kalau orang tua
atau pengasuh lain tidak dapat memenuhi maka bayi menjadi marah dan rewel. Ini mengakibatkan
ia dihukum oleh orang tua atau pengasuh yang ditafsirkan bahwa ia tidak
dicintai dan tidak dikehendaki.
Kecewa
dengan Peran Orang Tua
Pada saat bayi memasuki tahun kedua,
tidak jarang orang tua yang agak kecewa dengan peran mereka sebagai orang tua,
terutama mereka yang sebelumnya sangat mengagungkan peran itu. Kekecewaan ini
diungkapkan dalam kurang hangatnya hubungan dengan bayi. Perubahan sikap ini
mudah dirasakan oleh bayi dan tidak disukai.
Permulaan
Disiplin
Setelah bayi berusia satu tahun,
banyak orang tua menganggap bahwa sudah waktunya untuk memulai disiplin. Usaha menanamkan
disiplin biasanya dimulai dengan menepuk, memukul, kata-kata keras dan ekspresi
wajah yang marah. Setelah satu tahun hidup tanpa disiplin tidaklah mengherankan
kalau bayi menafsirkan perubahan perilaku orang tua ini sebagai tanda tiadanya
kasih sayang dan kehadirannya tidak dikehendaki.
Penganiayaan
Anak
Kalau penanaman disiplin dilakukan
dengan hukuman badan yang keras, bayi mempunyai cukup alasan untuk merasa tidak
dicintai dan tidak dikehendaki. Lebih parah lagi, ia hidup dalam ketakutan akan
siksaan dari orang-orang yang mengasuhnya.
Meningkatnya
Kebencian Antarsaudara
Banyak anak yang pada mulanya
menganggap adik bayinya sebagai “boneka yang manis” sekarang menganggapnya
sebagai penganggu, terutama kalau mereka diharapkan untuk membantu merawatnya,
atau kalau adik bayi mengambil milik kakaknya dan seringkali merusak. Bayi cepat
merasa bagaimana perasaan kakak-kakaknya dan ini membuatnya tidak bahagia kalau
berada bersama mereka. Dalam keluarga besar, di mana perawatan bayi sering
diserahkan kepada kakak perempuan, bayi mengalami masa tidak bahagia karena
bayi sadar tentang perasaan kakaknya dan tidak menyukai peran kakak sebagai
pengganti orang tua.
sumber: Elizabeth
B. Hurlock, PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5).
Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar