Selasa, 02 Februari 2021

MENGELOLA MASALAH DALAM KARYA PASTORAL

 


Masalah selalu ada, tak terkecuali juga dalam dunia pastoral. Masalah bukan untuk dihindari atau dibiarkan waktu yang menyelesaikannya. Masalah bisa memacu kita untuk berpikir mencari jalan keluar. Untuk mencari problem solving, kita jangan selalu puas dengan satu cara saja. “Ada banyak jalan menuju Roma”. Prinsip ini memancing kita untuk terus berkreasi dan berinovasi. Tanpanya pastoral kita akan stagnan dan mati. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan pastor paroki.

Sikap Rendah Hati dan Mendengar

Seorang pastor paroki harus membangun sikap rendah hati untuk mau mendengarkan rekan kerja, DPP serta umatnya. Jangan karena sebagai Kepala Paroki, kita langsung memegang kuasa sehingga mengabaikan pendapat orang lain. Pastor paroki hendaknya memiliki sikap “keputusanku belum tentu yang terbaik” sehingga ada spirit untuk mencari tahu yang terbaik. Suasana kritik mengkritik yang positif serta saling menantang ide perlu digiatkan.

Pastor paroki tak perlu merasa tersaingi bila rekan kerja atau umat menyampaikan usul saran atau bahkan pandangan kritis. Jangan takut dengan beda pendapat. Justru perbedaan pendapat itu menunjukkan dinamika kehidupan. Dengan adanya perbedaan pendapat, kita dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Untuk itu ego kita perlu ditanggalkan.

Umat sebagai Sumber Inspirasi

Dalam karya pastoral, umatlah yang utama. Sulit dibayangkan bila suatu paroki tanpa umat. Karena itu sangat menarik jika ada pastor yang berkata bahwa umat adalah kekuatannya. Namun perlu juga dikritisi apa maksudnya. Apakah dia mau menutup kelemahannya di balik umatnya atau secara tersembunyi ingin memanfaatkan umat. Atau ada maksud lain. Sebab ada pastor “menjual” umatnya demi mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Umat sebagai kekuatan harus dimengerti bahwa umat adalah sumber inspirasi karya pastoral. Bisa jadi umat memiliki ide-ide yang membuka peluang untuk berinovasi. Kehidupan umat dengan segala suka dukanya menginspirasikan hidup dan karya pastor di paroki. Menjadikan umat sebagai sumber inspirasi berarti kita menghargai dan menghormati umat. Ini membuat pastoral kita menjadi kontekstual. Oleh karena itu, pastor paroki harus mau mendengarkan ide dan melihat kebutuhan umat. Banyak umat yang “lompat” pagar karena kebutuhannya tak dipenuhi. Mereka menemukan perhatian di “kebun” lain.

Berpikir Riset

Hendaknya semangat berinovasi menjadi bagian dari hidup dan mentalitas para pastor. Inovasi yang baik terjadi bila kita mau mengasah mindset riset. Sudah saatnya pastor paroki dan rekannya mengembangkan sistematika berpikir, pembuatan model dan melakukan proses trial. Seluruh pengurus DPP (juga Tim pastoral) perlu didorong untuk selalu mencari tahu apa saja yang bisa meningkatkan pelayanan pastoral.

Ide yang muncul dapat diimplementasikan dalam sebuah setting pastoral, dicoba dan diukur dampaknya. Hal ini mengisyaratkan kebijakan dari keuskupan tidak diterapkan mentah-mentah di paroki, melainkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhkan umat. Untuk itu sangat dibutuhkan sikap terbuka dalam diri pastor paroki.

Sebuah kesimpulan

Untuk pengembangan paroki kita musti berani meninggalkan cara berpastoral lama dan beralih kepada yang baru. Jika sesuatu yang baru dirasakan baik dan berguna, maka ia harus diterima dan dijalankan, asalkan tidak bertentangan dengan iman dan kebijakan keuskupan.

Untuk itu pastor paroki harus memiliki inisiatif pribadi dalam mencari dan menemukan gagasan baru. Setiap pastor pasti memiliki “otak” sendiri yang darinya bisa digunakan untuk berpikir. Amat disayangkan jika pastor “berjalan” menggunakan “otak” orang lain. Jangan takut salah. Dalam pengembangan karya pastoral, cara try and error dapat diterapkan. Yang penting selalu diadakan evaluasi.

Adalah suatu keprihatinan jika pastor paroki selalu memaksakan kehendaknya (gagasan) sendiri, sekalipun gagasannya kurang baik. Atau malah berusaha mempertahankan idenya dengan membawa atau mengatas-namakan institusi tertinggi, misalnya uskup. Sikap seperti ini bisa menghambat perkembangan karya pastoral.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar