Senin, 09 Desember 2019

PAUS FRANSISKUS: TUKANG SIHIR BUKANLAH KRISTEN!


Dalam Audensi Umum di Lapangan St. Petrus, Rabu (4/12/2019), Paus Fransiskus melanjutkan katekese tentang Kisah Para Rasul dengan merenungkan pelayanan Santo Paulus di Efesus, dan tentang perpisahannya dengan para pemimpin umat kristen di sana. Ketika berada di Efesus, St. Paulus bisa melakukan mukjizat dalam segala jenis termasuk menyembuhkan orang sakit dan membebaskan orang tertindas. Paulus mampu melakukannya, kata Paus Fransiskus, justru karena dia menyerupai Yesus, Tuannya, “dan membuat Dia hadir, mengkomunikasikan kepada saudara-saudarinya tentang kehidupan baru seperti yang dia sendiri terima” dari Tuhan.
Paus Fransiskus menjelaskan bahwa Paulus mengungkap para pengusir setan di Efesus yang berusaha mengusir setan tanpa otoritas spiritual. Paus Fransiskus juga mengungkapkan kelemahan tukang sihir, yang ditinggalkan banyak orang setelah pewartaan Paulus. Santo Lukas, yang menulis Kisah Para Rasul, menekankan ketidak-cocokan antara iman akan Kristus dan tukang sihir.
Paus Fransiskus menggaris-bawahi, “kalau engkau memilih Kristus, engkau tidak boleh beralih ke penyihir.” Tetapi hari ini juga, ujar Paus Fransiskus, ada orang kristen pergi ke peramal, yang menggunakan kartu tarot atau membaca telapak tangan untuk mengetahui masa depan. Tetapi “tukang sihir bukanlah Kristen!” tegas Paus Fransiskus, seraya mengatakan orang kristen hendaknya ingat bahwa “rahmat Kristus memberi segalanya kepadamu” dan “berdoalah dan percayakan dirimu kepada Tuhan.”

Kemudian Paus Fransiskus beralih ke perpisahan Santo Paulus dengan umat kristen di Efesus, setelah ia meninggalkan kota. Rasul itu menasehati para penatua jemaat yakni para imam, “jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan.” Menurut Paus Fransiskus ini merupakan pekerja pastor, yaitu “berjaga-jaga, waspada, menjaga kawanan domba, tetapi juga diri sendiri, memeriksa hati nurani.” Paus Fransiskus menyebut juga uskup, karena mereka dipanggil untuk sangat dekat dengan kawanan mereka, [yang telah] ditebus oleh Darah Kristus yang mulia, dan untuk siap mempertahankannya dari serigala.
Sesudah memaparkan soal tindakan Rasul Paulus, Paus Fransiskus melanjutkan dengan kisah perpisahan. Setelah menyerahkan dan mempercayakan tugas tersebut kepada para pemimpin Gereja di Efesus, Paulus lantas menyerahkan mereka ke dalam tangan Tuhan, dan mempercayakan mereka kepada firman kasih karunia-Nya, yang merupakan “ragi dari setiap pertumbuhan dan jalan kekuduusan dalam Gereja. Demikian papar Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus mengakhiri homili dengan meminta kita untuk berdoa agar Tuhan mau “memperbaharui dalam diri cinta-Nya bagi Gereja dan bagi harta kepercayaan yang dijaga Gereja, dan membuat kita semua bertanggung jawab bersama memelihara kawanan domba, mendukung para gembala dengan doa sehingga mereka bisa memanisfestasikan kelembutan dan kasih dari Gembala Ilahi.”
sumber: Pena Katolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar