Senin, 08 April 2019

KEBAIKAN JANGAN DIBATASI WAKTU


Setiap agama di dunia ini tentulah mempunyai tradisi puasa, yaitu tidak makan dan minum, atau biasa disebut dengan istilah matiraga. Bentuk dan cara berpuasa itu bisa saja berbeda dari satu penganut agama ke penganut agama lainnya. Umat islam berpuasa pada masa/bulan ramadhan penuh. Umat agama lainnya berpuasa menjelang hari raya besar. Demikian pula dengan umat katolik. Mereka berpuasa selama 40 hari selama masa pra-paskah.
Nah, tema puasa inilah yang diangkat blog budak-bangka pada lima tahun lalu, persisnya pada 8 April 2014. Judul tulisan yang ditampilkan adalah “Pantang Sesaat vs Pantang Sehayat”. Tulisan lima tahun lalu itu hendak menyorot satu tradisi puasa yang ada dalam Gereja Katolik. Melalui tulisan tersebut, penulis mau mengajak umat katolik untuk merefleksikan aktivitas puasanya dalam masa pra-paskah. Mengingat pentingnya aktivitas tersebut bagi kehidupan, maka penulis mencoba mengajukan pertanyaan reflektif, apakah kegiatan puasa itu hanya berhenti pada masa pra-paskah saja.
Dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang ringan dan sederhana sehingga pembaca mana pun dapat menikmatinya. Meski ditujukan untuk umat katolik, namun lantas berarti umat agama lain tidak dapat membacanya. Pesan dari tulisan tersebut dapat diterapkan pada umat agama lain. Selain itu, pembaca tak perlu bersusah-susah dan berlama-lama untuk dapat menemukan poin-poin yang ditawarkan, karena tulian tersebut diurai dengan singkat, padat dan jelas. Lebih lanjut mengenai tulisan tersebut, langsung saja klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar