Rabu, 21 November 2018

PAUS FRANSISKUS: PERDAMAIAN DIMULAI DARI RUMAH

Paus Fransiskus mengatakan bahwa perdamaian dunia harus dimulai dari hati setiap individu dan keluarga mereka dengan mengatakan “tidak” pada egoisme dan persaingan (konflik). “Jika kita membaca berita tentang perang – pikirkan tentang kelaparan yang dialami oleh anak-anak di Yaman, ini akibat dari perang – ini sangat mengerikan, kasihan bayi-bayi miskin; tetapi mengapa mereka tidak punya makanan untuk dimakan?” tanya Paus Fransiskus dalam homili yang disampaikan pada misi yang diadakan pada Senin (5/11) di kapel di kediamannya di Kota Vatikan.
Misa dirayakan selang beberapa hari setelah media melaporkan kematian Amal Hussain, seorang bocah perempuan berusia 7 tahun asal Yaman. Foto bocah perempuan tersebut yang diambil oleh Tyler Hicks dalam The New York Times pada pertengahan Oktober lalu memunculkan keprihatinan baru akan dampak kerusakan akibat perang di Yaman yang dirasakan oleh warga sipil yang tidak berdosa.
“Perang yang sama yang kita kobarkan di rumah, di lembaga-lembaga kita” karena persaingan dan gosip semakin banyak bermunculan dan mengarah pada perang yang sesungguhnya yang menewaskan umat manusia, ujar Paus Fransiskus. “Maka perdamaian harus dimulai dari sana: di dalam keluarga, di paroki, di lembaga, di tempat kerja dengan selalu mencari kesepahaman dan kesepakatan dan bukan kepentingan seseorang,” lanjut Paus Fransiskus.
Menurut bacaan Injil St. Lukas untuk hari itu, Yesus menceritakan tentang seorang farisi terkemuka yang ketika mengadakan perjamuan hendaknya ia tidak mengundang sahabat atau saudaranya yang merasa wajib membalas kepadanya melainkan mengundang orang miskin. “Berbahagialah engkau karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu,” kata Yesus kepada orang farisi itu.
Pesan Yesus, kata Paus Fransiskus, adalah menghindari perbuatan yang dilakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan memilih sahabat hanya berdasarkan pada keuntungan yang bisa diperoleh. Hanya memikirkan bagaimana sebuah hubungan bisa memberi keuntungan merupakan bentuk keegoisan, ungkap Paus Fransiskus. Sementara Yesus berkotbah tentang hal sebaliknya: persenan, hal yang “memperluas wawasan seseorang karena hal ini bersifat universal.”
Kenyataannya, jelas Paus Fransiskus, “Yesus datang kepada kita bukan untuk mengumpulkan banyak benda atau membentuk sebuah pasukan. Bukan, bukan itu. Ia datang untuk melayani kita, memberi kita segala-galanya secara cuma-cuma.”
Dalam bacaan pertama untuk hari itu, Santo Paulus memberi nasehat kepada jemaat di Filipi agar menjadi “sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa” karena memilih sahabat berdasarkan pada apa yang bisa diraih oleh seseorang selalu memecah belah komunitas. Nasehat Paulus ini dapat diterapkan untuk kehidupan manusia zaman sekarang.
“Persaingan dan kesombongan,” atau harga diri yang berlebihan, merupakan dua hal yang selalu bertentangan dengan kerukunan dan kesepakatan dalam sebuah keluarga atau komunitas, papar Paus Fransiskus. Di dalam keluarga dan bahkan di paroki, kata Paus Fransiskus, gosip sering muncul oleh karena persaingan sebab orang berpikir bahwa cara termudah untuk menjadi pusat perhatian orang lain adalah “menjelekkan orang lain lewat gosip.”
Sumber: UCAN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar