PAUS INGATKAN ANCAMAN TERHADAP KELUARGA
Pada hari kedua kunjungannya
di Filipina, Paus Fransiskus memperingatkan keluarga-keluarga terkait “ancaman
keluarga”. Paus, yang pernah dinobatkan sebagai the person of the year 2013 oleh Majalah TIME, memaparkan beberapa ancaman tersebut.
Pertama,
adalah
masalah keuangan (ekonomi keluarga). Gambaran situasi ekonomi dengan
permasalahan keuangan ini terangkum dari pernyataan seorang ibu bernama Ediza
Pumarada, yang suaminya bekerja di luar negeri. Kepada Bapa Paus, Pumarada
mengungkapkan beban psikologis dan emosional yang dihadapinya.
Pumarada mengatakan bahwa ia
terpaksa mengambil peran ganda dalam membesarkan anak dan keluarga. Ia juga
harus menjaga hubungan cinta dengan suami yang jauh di sana serta membangun sikap
saling percaya. Tentu masih ada kesulitan-kesulitan lain yang tak bisa
diungkapkan satu per satu.
Apa yang disampaikan
Pumarada merupakan gambaran umum kehidupan keluarga di Filipina. Menurut data
dari kelompok migran, ada sekitar 15 juta pekerja Filipina bekerja di lebih
dari 230 negara. Di antara 230 negara itu ada juga negara-negara Timur Tengah,
yang notabene dikenal sebagai negara
muslim, dimana tingkat intoleransinya sangat tinggi. Keberadaan di negara islam
ini menjadi tantangan tersendiri. (Baca sharing pengalaman pekerja di tanah Timur Tengah).
Kedua,
materialisme dan gaya hidup. Masalah pertama tadi mengungkapkan realitas
kemiskinan yang masih ada di Filipina. Namun Paus, yang dikenal serba pertama
ini, mengungkapkan sebuah ironisme. Sementara banyak orang hidup dalam
kemiskinan parah, “keluarga lain terjebak dalam materialisme dan gaya hidup
yang merusak kehidupan keluarga.”
Ancaman kedua ini terlihat
dari kepemilikan dan mental pengagung-agungan harta benda. Orientasi orang yang
sudah dirasuki hal ini adalah diri sendiri atau keluarganya saja. Materialisme
dan gaya hidup membawa dampak yang merusak kehidupan keluarga, seperti
perselingkuhan yang berujung pada perceraian, aborsi, dan anak-anak menjadi
terlantar.
Bagi Paus, setiap ancaman
terhadap keluarga merupakan ancaman bagi negara dan Gereja. “Dunia kita
membutuhkan keluarga-keluarga yang baik dan tangguh untuk mengatasi ancaman
ini,” kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, Paus Fransiskus menyampaikan
beberapa pesan terkait masalah ini:
1. Lindungilah
keluarga dengan doa dan kasih karunia sakramen.
2. Hormatilah
kehidupan dan kelahiran sebagai sesuatu “kesucian setiap kehidupan manusia dari
hamil hingga mati secara alami.”
3. Bangunlah
semangat peduli sebagai “murid misionaris Yesus” dan bersedia keluar dari rumah
tangga sendiri dengan memperhatikan sesama yang membutuhkan.
Peringatan Paus Fransiskus
ini memang ditujukan secara langsung kepada keluarga-keluarga Filipina. Akan
tetapi pesannya berlaku juga untuk keluarga-keluarga katolik dimana saja, termasuk
Indonesia. Apa yang dihadapi keluarga-keluarga Filipina, dihadapi juga oleh
keluarga-keluarga katolik di Indonesia.
Merantau untuk mencari uang
demi perbaikan hidup keluarga banyak dilakukan oleh warga Indonesia. Permasalahan
yang dihadapi keluarga Filipina di atas terjadi juga di Indonesia. Tak jarang
ketika jauh dari isteri dan anak, ada suami yang tergoda untuk menikah lagi di
rantau. Ada juga yang menjadi korban trafficking.
Hal yang sama juga dengan masalah materialisme dan gaya hidup.
Oleh karena itulah pesan
Paus Fransiskus di atas relevan juga buat kita di Indonesia. Keluarga-keluarga
katolik Indonesia diajak untuk menjadi tangguh dalam menghadapi ancaman
kehidupan keluarga. Dalam menghadapi ancaman ini, kita tidak berjuang
sendiri-sendiri.
Batam, 20 Januari
2015
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar