Senin, 14 Mei 2018

MENGENAL MUSUH EKONOMI KELUARGA

Ketika hendak menikah, pasangan calon suami istri pasti punya cita-cita membangun rumah tangga yang bahagia. Cita-cita itu juga menjadi tujuan perkawinan katolik (kan 1055 §1). Memang kebahagiaan tidak selalu terletak pada kelimpahan materi. Uang bukan segalanya, tapi terkadang segalanya butuh uang. Dengan kata lain, uang bisa menjadi sarana ekonomi penunjang tercapainya cita-cita keluarga bahagia, meski bukan satu-satunya.
Akan tetapi, untuk mencapai cita-cita itu dibutuhkan perjuangan. Ada banyak tantangan dan musuh yang berusaha membawa suami istri menjauh dari kebahagiaan. Beberapa musuh ekonomi keluarga yang perlu dikenali dan dilawan adalah sbb:
1.      Malas. Hampir semua kebutuhan rumah tangga menggunakan uang, dan uang didapat dengan bekerja. Rasul Paulus berkata, “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tes 3: 10). Karena itu, harus disingkirkan sifat malas, dan tumbuhkan sifat giat, tekun, ulet dan rajin.
2.      Boros. Boros dipahami sebagai sifat menghamburkan uang tanpa tujuan penting. Sifat ini muncul ketika orang tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan, serta tak bisa membuat skala prioritas dalam hidup keluarga.
3.      Selingkuh. Ketika orang selingkuh, pastilah biaya pengeluaran bertambah. Selain itu, perselingkuhan berdampah pada rusaknya relasi keluarga. Semua ini menjadi faktor yang menjauhkan suami istri dari cita-cita membangun keluarga bahagia.
4.      Judi. Orang berjudi biasanya selalu punya pikiran menang, padahal selalu kalah. Karena itu, uang yang seharusnya bisa dipakai untuk kebutuhan rumah tangga hilang di meja judi.
5.      Iri Hati. Sifat ini biasa mewarnai kehidupan masyarakat. Ketika tetangga sudah punya ini, kita juga ingin punya. Karena itu, membeli sesuatu bukan didasarkan pada kebutuhan, tapi karena tak mau kalah dengan tetangga.
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar