Sabtu, 03 Desember 2016

ADVEN: MAKNA DAN SEJARAHNYA


Kata “adven” berasal dari bahasa Latin, dari kata “adventus” yang berarti kedatangan.  Kata ini dipakai sebagai suatu masa menjelang perayaan natal. Fokus masa adven ada pada kedatangan Yesus, baik untuk kedatangan-Nya di akhir zaman maupun kedatangan pada hari raya natal. Umat diajak untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan itu. Jadi, masa adven dikenal juga sebagai masa penantian akan kedatangan Tuhan.
Sejarah Masa Adven
Sejarah asal mula adven sangat sulit ditentukan dengan pasti. Yang pasti adalah tradisi adven bukan berawal dari Gereja Katolik Roma, melainkan dari tradisi Gereja Katolik Timur. Dalam Gereja Timur ini, tradisi adven dilakukan sebagai bentuk persiapan pesta Epifani, yang jatuh pada 6 Januari. Salah satu wujud persiapannya adalah dengan berpuasa, sebagaimana biasanya tradisi masa prapaskah.
Santo Hilarius dan Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380 – 381) menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum hari raya Epifani. Paus Leo Agung (440 – 461) pernah berbicara soal ‘masa puasa pada bulan kesepuluh’ (yaitu bulan Desember) sebelum hari natal.
Pada tahun 581, Konsili lokal Marcon (Perancis) menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November hingga hari natal, umat berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Ketentuan ini diilhami oleh peraturan masa prapaskah. Meski awalnya ketentuan ini hanya berlaku di Gereja Perancis saja, namun lama-kelamaan praktek ini menyebar ke beberapa negara, seperti Inggris.
Gereja secara bertahap mulai membakukan perayaan adven, hingga akhirnya terbit The Gelasian Sacramentary, atau buku Doa Misa Gelasian. Buku ini diyakini diterbitkan oleh Paus Gelasius I, yang wafat pada 496. Buku ini merupakan yang pertama menerapkan liturgi adven selama lima hari minggu. Ia memberi bacaan liturgi bagi lima hari Minggu sebelum hari natal, juga hari Rabu dan Jumat.
Praktek adven semakin melembaga sejak abad VII, yakni pada masa Paus Gregorius Agung (590 – 604). Bapa Paus memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad IX Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan liturgi Gereja. Dan akhirnya Paus Gregorius VII (1073 – 1085) menetapkan empat minggu masa adven, yang dimulai dari akhir November atau awal Desember hingga hari natal.
Makna Masa Adven
Di atas sudah dijelaskan bahwa kata ‘adven’ memiliki makna kedatangan, yang dikaitkan dengan hari raya natal. Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda dari kata ‘kedatangan’ ini. Dalam dokumen itu dituliskan, “Dalam perayaan liturgi adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua.” (no. 524).
Umat diajak untuk merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Di sini umat merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung, ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna menebus dosa manusia. Selain itu, umat diminta untuk merefleksikan juga akan kedatangan Kristus yang ke dunia, dimana Dia akan mengadili orang hidup dan mati. Di sini umat diajak untuk siap bertemu dengan-Nya.
Karena itu, masa adven bukan bagian dari masa natal, tetapi merupakan persiapannya. Masa adven merupakan masa persiapan umat untuk menyambut kedatangan Tuhan. Salah satu wujud persiapan itu adalah pertobatan, sebab memang pertobatanlah yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis agar umat dapat menyambut Kristus.
Ciri-ciri perayaan masa adven adalah tenang dan sederhana, tidak semeriah masa biasa, sebab penekanannya adalah pertobatan yang diwarnai oleh pengharapan akan kedatangan Tuhan.
Tradisi Masa Adven
Satu hal yang biasa ditemui pada masa adven ini adalah lingkaran adven atau korona adven. Kebiasaan membuat korona adven ini berasal dari Eropa Utara, khususnya dari Skandinavia. Korona adven umumnya berbentuk sebuah lingkaran yang diuntai dengan daun pinus/cemara dan di atasnya dipasang 4 lilin. Sangat dianjurkan agar tiap keluarga menyiapkan juga korona adven ini.
Korona adven bukan sekedar hiasan di gereja selama masa adven. Korona ini mempunyai makna dan pesan untuk umat.
a)   Bentuk lingkaran. Lingkaran adalah suatu bentuk tanpa awal dan akhir. Ini mau melambangkan Tuhan yang abadi, alpha dan omega. Di sini umat diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupannya, di sini dan saat ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah yang kekal dan bagaimana umat berharap dapat ikut ambil bagian dalam kehidupan kekal di sorga.
b)   Terbuat dari tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang untuk memberi kehidupan baru kepada umat melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau merupakan simbol pengharapan. Dikaitkan dengan bentuk lingkaran, maka pengharapan umat akan kedatangan Tuhan hendaknya tidak pernah putus, alias abadi.
c)   Empat lilin di atas korona merujuk pada empat pekan masa adven. Lilin sudah dikenal sebagai simbol terang. Kristus sendiri adalah terang dunia. Ada 3 lilin berwarna ungu, yang melambangkan tobat, matiraga, berkabung, persiapan dan kurban. Satu lilin berwarna merah muda melambangkan hal yang sama, namun tekanannya pada sukacita, yang menjadi pesan Minggu Adven Ketiga. Pekan ketiga ini dikenal dengan istilah Minggu Gaudate. Lilin ini dinyalakan pada Minggu ketiga, sebagai peringatan bahwa persiapan umat sudah mendekati akhir. Penyalaan lilin setiap pekan mau menyiratkan bahwa persiapan, kerinduan dan harapan umat untuk berjumpa dengan Kristus tidak terjadi serta merta, melainkan bertahap.
Selain keberadaan korona adven, dalam masa adven ini Gereja tidak menyanyikan lagu kemuliaan. Alasannya adalah karena lagu ini berkaitan dengan nyanyian para malaikat saat kelahiran Yesus. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk 2: 14). Madah ini akan dikidungkan pada saat Natal. Karena itu, tidak tepat dan terasa aneh kalau umat katolik merayakan natal pada masa adven.
Penutup
Masa adven secara implisit sudah tertulis dalam Kitab Suci. Allah menghendaki agar umat mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya. Kedatangan Allah ke dunia ini nyata dalam diri Yesus Kristus. Inilah yang dikenal dengan peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Akan tetapi, persiapan umat tidak hanya berhenti pada kedatangan pertama, melainkan juga pada kedatangan Tuhan yang kedua.
Ketika orang hendak menyambut kedatangan tamu agung, pastilah orang akan disibukkan dengan persiapan. Hal yang sama juga dengan menyambut kedatangan Tuhan. Namun perlu disadari bahwa Tuhan lebih mengutamakan persiapan hati manusia. Salah satu wujudnya adalah pertobatan, matiraga dan amal kasih. Tuhan tidak menghendaki umat jatuh ke dalam persiapan gegap gempita pernak pernik natal, namun hatinya kosong tanpa persiapan.
Jadi, selama masa adven umat berjuang untuk menggenapi kerinduan akan Kristus serta bertumbuh dalam kasih. Hal ini selaras dengan doa pembukaan misa Minggu Adven pertama, “Bapa di sorga…., tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.”
Koba, 3 Desember 2016
by: adrian
Sumber:
Baca juga tulisan lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar