Renungan
Hari Minggu Biasa XIX, Thn B/I
Bac
I 1Raj 19: 4 – 8; Bac II Ef 4: 30 – 5: 2;
Injil Yoh 6: 41 – 51;
Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Pertama Raja-raja, berkisah tentang Nabi Elia. Diceritakan bahwa Elia melarikan diri dari kejaran Izebel yang ingin membunuhnya. Elia melarikan diri ke padang gurun. Di tengah perjalanan ia kelelahan karena lapar. Hal ini membuatnya putus asa sehingga ia ingin mati. “Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” (ay. 4). Namun Allah masih menunjukkan belas kasih-Nya dengan memberinya roti dan air. Dengan itu Elia mendapatkan kekuatan dan hidup.
Roti yang memberi hidup
kembali diungkapkan dalam Injil hari ini. Bukan sembarang roti, karena roti
ini, sama seperti bacaan pertama, turun dari surga. Artinya, roti ini merupakan
pemberian Tuhan karena kasih-Nya kepada umat. Dan roti itu adalah Tuhan Yesus
sendiri. “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (ay. 51). Di sini mau diungkapkan
nilai pengorbanan Tuhan Yesus kepada umat manusia. Ia menyamakan diri-Nya
dengan roti agar dimakan. Namun makan di sini tidak hanya dalam pengertian hurufiah,
melainkan seperti yang dikatakan-Nya, “Barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup
yang kekal.” (ay. 47).
Dalam bacaan kedua, yang
diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus, Paulus seakan merefleksikan
makna Tuhan Yesus menjadi roti hidup. Bagi Paulus, pernyataan Tuhan Yesus
tentang orang yang makan diri-Nya, yang adalah roti hidup, menunjukkan
pengorbanan-Nya di kayu salib. Ini merupakan ungkapan kasih Allah dalam diri
Sang Putera. “Sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harus bagi
Allah.” (ay. 2)
Sabda Tuhan hari ini mau
mengatakan kepada kita bahwa Allah senantiasa mengasihi umat-Nya.
Allah tidak mau membiarkan kita mati dalam penderitaan, seperti pengalaman Nabi
Elia. Pucak kasih Allah itu tampak dalam diri Putera-Nya, Tuhan kita Yesus
Kristus. Tuhan Yesus adalah roti hidup (Yoh 6: 48). Tuhan Yesus telah
menyerahkan diri-Nya demi hidup dunia, yaitu keselamatan umat manusia. Hal itu
terjadi pada peristiwa salib. Dan tentang roti ini, kita senantiasa merayakannya
dalam ekaristi. Jadi, setiap kali kita merayakan ekaristi dan menyambut hosti,
yang adalah Tubuh Kristus, kita merayakan cinta Allah pada kita. Namun, seperti
yang dikatakan Tuhan Yesus, dibutuhkan iman kepercayaan.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar