Jumat, 12 Juni 2015

Renungan HR Hati Yesus Mahakudus, Thn B

Renungan Hari Raya Hati Yesus Mahakudus, Thn B/I
Injil    Yoh 19: 31 – 37;

Hari Ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan Hari Raya Hati Yesus Mahakudus. Injil hari ini mengisahkan tentang tubuh Tuhan Yesus yang diturunkan dari salib. Yang menarik dari kisah itu adalah pengalaman orang yang menyaksikan peristiwa Golgota saat orang-orang Yahudi ingin menurunkan mayat Yesus dan dua orang yang ikut disalibkan. Dikatakan bahwa kaki dua penjahat itu dipatahkan, karena mereka masih hidup. Sedangkan Yesus tidak, karena Dia terlihat sudah mati. Untuk meyakinkan kepastian itu, seorang prajurit menombak lambung-Nya dan keluarlah air bercampur darah. Terhadap peristiwa ini, orang yang menyaksikannya memberikan kesaksian, dan kesaksiannya itu benar. Ia mengatakan kebenaran agar kita juga percaya.
Hal ini sudah dilakukan oleh Paulus. Dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Paulus mensyeringkan tugasnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mewartakan Kristus, sebuah rahasia yang sudah lama tersembunyi. Paulus membukanya. Tidak ada yang ditutupinya. Tujuannya agar semua orang tahu dan dari sana tumbuh iman dan kasih. Dengan kata lain, Paulus ingin supaya orang percaya oleh pewartaannya.
Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita melihat masalah kebenaran, baik itu dalam hal rohani maupun dalam kehidupan. Secara rohani, kebenaran kita ada pada Kristus yang sengsara, wafat di salib dan bangkit. Namun dari dulu hingga kini masih ada pihak yang berusaha memutarbalikkan kebenaran ini. Sabda Tuhan mengajak kita untuk tidak terpengaruh pada kebohongan itu. Kita diminta untuk tetap setia pada kebenaran Injili seperti yang dikatakan prajurit dalam Injil tadi.
Dalam kehidupan sering juga kita jumpai orang justru berbohong dengan mengatas-namakan kebenaran. Ketidak-jujuran menjadi trend hidup. Dalam dunia pendidikan, misalnya, anak dengan sangat mudah melakukan ketidakjujuran saat ujian dengan melakukan aksi contek. Para guru juga tak mau ketinggalan. Demi kelulusan 100% segala cara dilakukan, termasuk ketidakjujuran tadi. Dalam dunia politik ketidakjujuran sudah lumrah. Malah ada pendapat yang mengatakan menjadi politikus itu harus pandai berbohong. Artinya, kejujuran harus dijauhkan dari dunia politik. Karena itulah, kebenaran-kebenaran yang ada dalam dunia politik adalah kepentingan politik.
Anehnya, banyak orang suka pada ketidakjujuran ini. Banyak pembohong malah disenangi dan diakrabi, sementara orang jujur disingkirkan. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita untuk kembali kepada hakikat diri kita. Tuhan menghendaki agar kita mau berkata benar apa adanya. Terlebih dalam mewartakan Injil Tuhan. Hendaknya kita dapat mewartakannya apa adanya.***
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar