Renungan
Hari Raya Hati Yesus Mahakudus, Thn B/I
Bac
I Hos 11: 1, 3 – 4, 8 – 9; Bac II Ef 3: 8 – 12, 14 – 19;
Injil Yoh 19: 31 – 37;
Hari Ini Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan Hari Raya Hati Yesus Mahakudus. Injil hari ini mengisahkan tentang tubuh Tuhan Yesus yang diturunkan dari salib. Yang menarik dari kisah itu adalah pengalaman orang yang menyaksikan peristiwa Golgota saat orang-orang Yahudi ingin menurunkan mayat Yesus dan dua orang yang ikut disalibkan. Dikatakan bahwa kaki dua penjahat itu dipatahkan, karena mereka masih hidup. Sedangkan Yesus tidak, karena Dia terlihat sudah mati. Untuk meyakinkan kepastian itu, seorang prajurit menombak lambung-Nya dan keluarlah air bercampur darah. Terhadap peristiwa ini, orang yang menyaksikannya memberikan kesaksian, dan kesaksiannya itu benar. Ia mengatakan kebenaran agar kita juga percaya.
Hal ini sudah dilakukan oleh
Paulus. Dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat Paulus kepada jemaat di
Efesus, Paulus mensyeringkan tugasnya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mewartakan
Kristus, sebuah rahasia yang sudah lama tersembunyi. Paulus membukanya. Tidak
ada yang ditutupinya. Tujuannya agar semua orang tahu dan dari sana tumbuh iman
dan kasih. Dengan kata lain, Paulus ingin supaya orang percaya oleh
pewartaannya.
Sabda Tuhan hari ini mau
mengajak kita melihat masalah kebenaran, baik itu dalam hal rohani maupun dalam
kehidupan. Secara rohani, kebenaran kita ada pada Kristus yang sengsara, wafat
di salib dan bangkit. Namun dari dulu hingga kini masih ada pihak yang berusaha
memutarbalikkan kebenaran ini. Sabda Tuhan mengajak kita untuk tidak
terpengaruh pada kebohongan itu. Kita diminta untuk tetap setia pada kebenaran
Injili seperti yang dikatakan prajurit dalam Injil tadi.
Dalam kehidupan sering juga kita
jumpai orang justru berbohong dengan mengatas-namakan kebenaran. Ketidak-jujuran
menjadi trend hidup. Dalam dunia pendidikan, misalnya, anak dengan sangat mudah
melakukan ketidakjujuran saat ujian dengan melakukan aksi contek. Para guru
juga tak mau ketinggalan. Demi kelulusan 100% segala cara dilakukan, termasuk
ketidakjujuran tadi. Dalam dunia politik ketidakjujuran sudah lumrah. Malah ada
pendapat yang mengatakan menjadi politikus itu harus pandai berbohong. Artinya,
kejujuran harus dijauhkan dari dunia politik. Karena itulah,
kebenaran-kebenaran yang ada dalam dunia politik adalah kepentingan politik.
Anehnya, banyak orang suka
pada ketidakjujuran ini. Banyak pembohong malah disenangi dan diakrabi,
sementara orang jujur disingkirkan. Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita
untuk kembali kepada hakikat diri kita. Tuhan menghendaki agar kita mau berkata
benar apa adanya. Terlebih dalam mewartakan Injil Tuhan. Hendaknya kita dapat
mewartakannya apa adanya.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar