Santo Vinsensius a Paulo,
Pengaku Iman
Vinsensius a
Paulo terkenal sebagai rasul cinta kasih bagi kaum miskin dan penghibur
orang-orang sakit. Pendiri Kongregasi Misi dan Kongregasi Puteri-puteri
Cintakasih ini lahir di Pouy, Gascony, Perancis pada 24 April 1581.Ayahnya Jean
de Paul dan ibunya Bertrande de Moras dikenal sebagai petani miskin di Pouy
dengan enam orang anak. Meskipun demikian, mereka orang beriman dan saleh
hidupnya. Mereka mendidik anak-anaknya dalam kerja dan hidup doa sehingga
semuanya berkembang dewasa menjadi orang beriman yang saleh dan disenangi
banyak orang.
Vinsensius
dikenal cerdas, namun tidak bisa bersekolah karena ketidakmampuan orang tuanya
membiayai sekolah. Untunglah Tuan Comet, seorang dermawan, bersedia
menyekolahkan dia. Pada umur 15 tahun Vinsensius
mengikuti panggilan nuraninya untuk menjadi imam. Ia masuk seminari. Orang
tuanya bingung dengan cita-citanya itu. Tetapi akhirnya merekapun meluluskan
permintaannya. Mula-mula Vinsensius
belajar di sebuah kolese Fransiskan di kota Dax, lalu melanjutkan pendidikannya
di Universitas Toulouse. Karena kecerdasannya ia dapat menyelesaikan studinya
dalam waktu singkat. Pada tahun 1600, ketika berusia 20 tahun, ia ditahbiskan
menjadi imam, sambil melanjutkan studi hingga meraih gelar sarjana teologi di
Universitas Toulouse, pada tahun 1604.
Pada tahun
1605, dalam perjalanan pulang seusai studinya, kapal yang ditumpanginya
disergap bajak-bajak laut dari Turki di Laut Tengah. Vinsensius ditangkap dan digiring ke
pasar budak Tunisia. Di sana dia dibeli oleh seorang saudagar dari Afrika
Utara. Selama dua tahun, Vinsensius
mengalami banyak penderitaan karena perlakuan kasar majikannya. Namun ia sabar
dan rendah hati menanggung semuanya itu. Teladan hidupnya ini akhirnya berhasil
mematahkan kekerasan hati tuannya sehingga dia tidak disiksa dengan
pekerjaan-pekerjaan berat. Pada tahun 1607, Vinsensius
berhasil meloloskan diri dari cengkeraman tuannya dan lari ke Roma. Di Roma ia
belajar lagi teologi selama dua tahun sebelum kembali ke Perancis.
Di Perancis
ia bekerja di paroki Clichy di pinggiran kota Paris. Di bawah bimbngan Pater
Pierre de Berulle, seorang teolog terkenal yang kemudian menjadi kardinal, ia
menjadi seorang imam yang disukai umat. Atas permintaan Pater de Berulle, ia
menjadi pengajar pribadi putera tertua Philippe Gondi, seoang bangsawan
terkemuka dari Perancis. Dalam keluarga bangsawan ini Vinsensius mulai mencurahkan seluruh
kemampuannya. Ia tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan bimbingan rohani
kepada para petani yang bekerja di perkebunan-perkebunan keluarga Gondi di
Champagne dan Picardy. Kepada mereka Vinsensius
mengajarkan kebajikan-kebajikan iman kristen dan mendorong mereka untuk selalu
menerima sakramen terutama komuni kudus serta kembali kepada praktek iman
kristen yang benar dalam hidup sehari-hari.
Pada tahun
1617 Vinsensius diangkat sebagai
pastor paroki Chatillon-Les-Dombes. Paroki ini tergolong sulit dan berat karena
sarat dengan masalah kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Vinsensius ternyata orang hebat. Ia
berhasil mempertobatkan umat paroki itu hanya dalam waktu satu tahun. Kesalehan
hidupnya dan caranya melayani umat sanggup mematahkan kedegilan hati umat. DI
paroki itulah Vinsensius mulai
merintis pendirian tarekat Persaudaraan Cinta Kasih. Ia berhasil menarik 20
orang wanita yang dengan suka rela mengunjungi orang-orang sakit dan para fakir
miskin di seluruh wilayah paroki.
Menyaksikan
prestasi Vinsensius, Jean
Francois de Gondi, Uskup Agung Paris dan saudara kandung Philippe Gondi,
meminta Vinsensius mendirikan
sebuah tarekat misioner untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen-sakramen
di sluruh wilayah keuskupannya. Tarekat misioner ini kemudian dikenal luas
dengan nama "Kongregasi Iman untuk Karya Misi" atau Kongregasi Misi.
Imam-imam dalam kongregasi ini lazimnya disebut "imam-imam Lazaris."
Pada mulanya mereka bermarkas di kolese des Bos-Enfants, yang dipercayakan
kepada Vinsensius oleh Uskup
Agung Jean Francois de Gondi.
Masalah
besar yang dihadapi Vinsensius
ialah kurangnya persiapan imam-imam diosesan Perancis untuk tugas-tugas
pastoral. Untuk mengatasinya Vinsensius
mulai melancarkan program pembinaan rohani khusus untuk para calon imam yang
akan ditahbiskan. Untuk itu ia memindahkan pusat karyanya ke biara Santo
Lazarus di Paris atas dukungan kepala biara itu. Di biara itu Vinsensius memprakarsai pertemuan
mingguan untuk imam-imam diosesan dan kegiatan pemeliharaan anak-anak yatim
piatu dan para fakir miskin. Melalui pertemuan mingguan ini ia berhasil
mendidik sejumlah orang saleh dari Perancis, seperti Jacques Benigne Bossuet
dan Jean Jaques Olier, pendiri Serikat Santo Sulpice.
Bagi para
miskin dan orang sakit Vinsensius
mendirikan banyak Yayasan Persaudaraan Cinta Kasih, yang telah dimulainya di
paroki Chatillon-Les-Dombes. Louise de Marillac, janda Antoine Le Gras yang
kemudian digelari kudus, ditugaskan untuk mengurus yayasan-yayasan itu.
Orang-orang kaya dimintanya menyumbangkan sejumlah kekayaannya bagi orang-orang
miskin. Beberapa wanita di bawah pimpinan Louise de Marillac dibimbingnya untuk
menangani karya itu. Kelompok kecil ini terus bertambah jumlahnya dan akhirnya
menjadi satu kongregasi tersendiri, Kongregasi Suster Puteri-puteri Cinta
Kasih. Kelompok suster ini merupakan kelompok religius terbesar dalam Gereja
dewasa ini. Semangat dua kongregasi religius yang didirikan Vinsensius diilhami oleh pandangannya
tentang cinta kepada Tuhan yang bersifat praktis: "Cintailah Tuhan dengan
kedua tanganmu sampai kecapaian dan dengan butir-butir peluh yang mengucur dari
wajahmu!"
Vinsensius a
Paulo meninggal dunia di Paris pada 27 September 1660. Oleh Paus Klemens XII ia
digelari "kudus" pada tahun 1737 dan oleh Paus Leo XIII dia diangkat
sebagai pelindung semua karya dan perkumpulan cinta kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar