Yesus, dalam
Injil, sudah menyatakan bahwa tidaklah mudah untuk menjadi murid atau
pengikut-Nya. Orang harus memikul salibnya setiap hari. Dengan kata lain, orang
musti menderita. Dan tentang penderitaan ini juga Yesus sudah menegaskannya.
“Karena Aku, kamu akan dibenci, disiksa dan dianiaya bahkan dibunuh,” sabda
Yesus, yang dapat dibaca dalam Injil.
Oleh karena itu,
ada begitu banyak martir dalam Gereja Katolik. Mereka ini mati demi imannya
kepada Yesus. Martir pertama yang dicatat dalam Kitab Suci adalah Santo
Stefanus. Dia terpaksa meregangkan nyawanya demi Yesus Kristus. Semua martir
ini menerima kematiannya tanpa ada perasaan dendam kepada para pembunuhnya.
Malahan, mengikuti Sang Gurunya, mereka mengampuni. Sekalipun diiringi dengan
penderitaan, bahkan kehilangan nyawa, Yesus menghibur supaya tidak perlu takut.
“Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan mendapatkannya.” Demikian
sabda-Nya.
Derita para
pengikut Yesus terus berlanjut hingga kini. Ada banyak umat yang kehilangan
hak-haknya, karena imannya pada Yesus. Pembangunan gedung gereja, tempat umat
beribadah, selalu dipersulit dengan berbagai alasan yang dicari-cari. Bahkan
ada umat, sebagaimana para martir, yang akhirnya tewas lantaran mempertahankan
imannya. Contohnya adalah Haroon, pemuda yang bertugas di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. (Info
lebih lanjut klik di Ucan Indonesia atau di sini) Pakistan adalah salah satu negara dengan
penduduknya mayoritas beragama islam.
Haroon ditembak
mati oleh seorang satpam beragama islam bernama Umar Farooq, yang adalah juga
rekan kerjanya. Umar selalu meminta Haroon untuk meninggalkan keyakinannya dan
beralih ke islam. Bahkan Umar menjanjikan kehidupan yang mewah. Akan tetapi,
Haroon selalu menolak permintaan Umar. Kepada Umar ia nyatakan bahwa dirinya
adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang sejati. Karena permintaannya selalu
ditolak, Umar kesal lalu menembaki Haroon di kepalanya sehingga ia tewas di
tempat.
Ada dua peristiwa
dalam kasus Haroon ini, yaitu kematian Haroon dan pembunuhan yang dilakukan
Umar Farooq. Anehnya, kedua peristiwa ini mendapat “pembenaran” dalam agamanya
masing-masing. Kematian Haroon karena imannya pada Yesus Kristus, sudah
dinyatakan dalam Injil. Sementara itu membunuh orang kafir juga dinyatakan
dalam Al-Quran. QS 9: 29 mengungkapkan bahwa umat muslim boleh membunuh orang
kristen. Bagi orang islam, orang kristen itu kafir karena telah menuhankan
Yesus Kristus. Hal ini mendapat pendasarannya pada QS al-Maaidah: 72.
Karena itulah,
tindakan Umar Farooq membunuh Haroon mendapat “pembenaran” dalam agamanya.
Karena itu, jika Pakistan benar-benar menggunakan hukum syariah maka bukan
tidak mustahil Umar Farooq akan melenggang bebas, bahkan dinilai sebagai
pahlawan. Bukankah Osamah dan para teroris selalu disanjung sebagai pahlawan
dan syuhada? Hanya kacamata sekuler saja yang menilai mereka biadab.
Menjadi pertanyaan
refleksi, kenapa orang mau menjadi pengikut Yesus Kristus sekalipun sudah tahu
konsekuensinya yang berat? Ini urusan iman. Dan iman itu merupakan sebuah
misteri. Dan misteri itu tak selamanya bisa dicerna oleh akal sehat manusiawi.
Jakarta,
9 Mei 2014
by: adrian
Baca juga:
teologi kristen adalah teologi salib; dan salib bukan hanya lambang penghinaan, melainkan juga aniaya dan penderitaan
BalasHapusbetul, dan di atas semuanya itu adalah kasih. Murid Kristus diajak untuk tetap mengasihi mereka yang telah berbuat jahat padanya. Dengan kasih ini maka mata rantai kekerasan diputuskan
BalasHapus