Minggu, 20 Oktober 2013

Menghadirkan Wajah Kristus yang Baru

Hari ini adalah peringatan Hari Misi sedunia ke-87. Pada hari misi ini umat kristiani diajak untuk mengenang jasa para misionaris, baik dulu maupun sekarang. Mereka telah meninggalkan kampung halamannya untuk pergi ke tempat yang jauh demi mewartakan Kristus. Selain itu, pada hari ini juga umat kembali disadarkan akan tugas perutusannya sebagai “misionaris” di tengah-tengah kehidupannya.

Setiap umat katolik, yang karena sakramen baptis yang diterimanya, terpanggil untuk bermisi, menghadirkan Kristus di tengah kehidupan (Ad Gentes, 37; Redemptoris Missio, 2). Paus Emeritus Benediktus XVI pernah mengatakan bahwa hingga kini masih ada orang yang belum mendengarkan kabar gembira keselamatan Kristus. Hal ini kembali diulang oleh Paus Fransiskus dalam pesannya di Hari Minggu Misi sedunia yang ke-87 ini. Oleh karena itulah, tugas kita untuk mewartakannya.

Akan tetapi ada satu hal yang perlu dicermati berkaitan peringatan hari misi ini. Dulu, sumber misi adalah Eropa. Dari sana iman akan Kristus menyebar. Asia, Amerika, Afrika dan Australia adalah lahan misi. Indonesia, yang berada di kawasan Asia, termasuk daerah misi. Kita hanya menerima pewartaan misionaris Eropa tentang Kristus. Dan akhirnya kita hanya menerima wajah Kristus yang Eropa.

Sekarang Eropa mulai sepi. Banyak umat mulai meninggalkan Gereja; dan tak sedikit orang sudah mulai melupakan wajah Kristus yang dulu sangat populer. Gereja Eropa, dalam istilah Paus Fransiskus, sudah menjadi Gereja Tua. Sementara di kawasan Asia, seperti Indonesia, umat masih semangat dengan iman yang mereka terima dari misionaris Eropa. Masih banyak orang yang gandrung akan wajah Kristus Eropa.

Karena itulah, tak heran bila sekarang banyak misionaris Asia, khususnya Indonesia, yang berkarya di Eropa. Dan tak sedikit juga orang Amerika menjadi misionaris di Eropa. Sekarang Eropa menjadi lahan misi. Hal ini sangat diharapkan. Bagi Paus Fransiskus, dalam pesannya di Hari Minggu Misi sedunia yang ke-87, hal ini bisa menjadi semacam jalan untuk “mengembalikan” iman dengan membawa kesegaran Gereja-gereja muda, supaya Gereja-gereja Tua menemukan kembali antusiasme dan kegembiraan dalam berbagi iman.

Namun ada satu pertanyaan yang mengganggu: wajah Kristus yang mana yang akan diwartakan misionaris Asia dan Amerika ke Eropa? Apakah mereka tetap membawa wajah Kristus Eropa kembali ke Eropa? Jika demikian, maka akan menjadi sia-sialah pewartaan itu. Mewartakan Kristus yang Eropa sama saja berarti mengembalikan “barang bekas” yang sudah tak laku lagi. Bukankah wajah Kristus yang Eropa sudah mulai ditinggalkan? Orang Eropa sudah “merasa jenuh” dengan wajah Kristus yang Eropa. Karena itu, harapan agar Gereja Tua menemukan antusiasme dalam iman menjadi sia-sia.

Gereja perlu melakukan perubahan, bukan saja dalam hal cara, media, spiritualitas, dll, melainkan juga dalam subyek pewartaan, yaitu Kristus. Subyek pewartaan bukan lagi Kristus yang Eropa, melainkan Kristus Asia atau Kristus Amerika. Yah, para misionaris Asia dan Amerika harus menampilkan wajah Kristus yang bercorak Asia dan Amerika. Ini merupakan hal yang baru bagi orang Eropa. Vatikan jangan memaksakan wajah Kristus Eropa sebagai subyek pewartaan dan melarang munculnya wajah Kristus yang baru. Vatikan harus membuka diri untuk berani menerima wajah Kristus yang berbeda dengan wajah Kristus yang sudah berabad-abad dilihatnya.
Pangkalpinang, 20 Okt 2013

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar