SALING PERCAYA
Salah
satu aspek penting dalam menjalin relasi cinta adalah saling
percaya. Namun di jaman yang semakin
kompleks ini, di mana intensitas pertemuan antarmanusia berlawanan jenis kian
tinggi, saling percaya antarsepasang kekasih menjadi tak mudah diwujudkan.
Padahal, menurut filsuf Jerman, Friedrich
Nietzsche, manusia justru dinilai dari kemampuannya memenuhi janji. “Dan,
kepercayaan merupakan salah satu syarat eksistensi manusia,” tegas Nietzsche.
Mantan
peragawati ternama Amerika, Oleda Baker,
dalam bukunya Be A Woman mengemukakan
bahwa kepercayaan akan mampu
menolong setiap pasangan kekasih melewati
masa-masa sulit: saat merasa tidak mampu
dan tak berdaya, bahkan dalam menghadapi kesulitan materi. Namun, tidak semua
manusia bisa menjadi sosok yang dipercaya, yang selalu menepati janjinya.
“Mereka inilah yang mudah berpaling manakala relasinya dengan kekasih tengah
goyah,” ungkap Baker.
Menaruh
kepercayaan pada si dia merupakan hal yang bisa kita rajut dari hari ke hari
seiring bergulirnya waktu. “Tetapi, harus terjalin timbal balik antara kita dan
si dia. Kita perlu menunjukkan diri sebagai sosok yang layak dipercaya,” ulas
Baker. Menaruh kepercayaan dan menjadi orang yang bisa dipercaya bukanlah
sekali jadi. Yang penting, selalu ada upaya untuk saling percaya. “Sebab,
begitu kita menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan, sulit bagi kita merebut
kembali perasaan tersebut,” lanjut Baker.
Selain
itu, Baker mengisyaratkan, cinta saja tidaklah cukup. Ibarat membuat resep masakan Perancis yang menarik
tetapi tidak membubuhkannya dengan sedikit anggur yang justru semakin
memberikan rasa nikmat dan lezat. Menyukai adalah anggur dalam menjalin relasi. “Kita harus
berusaha menyukai kekasih kita apa adanya, memperhatikan minatnya, menikmati
kesenangan bersamanya, bergurau dan tertawa bersamanya.”
sumber: HIDUP,
30 Maret 2008, hlm 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar