MEJA KERJA BERANTAKAN DAPAT PICU STRESS
Orang sering mengatakan bahwa kondisi psikis manusia dapat
juga ditentukan oleh faktor eksternal. Faktor eksternal ini dapat berupa
macam-macam, salah satunya adalah situasi dan kondisi ruang atau tempat kita bisa
melakukan aktivitas. Misalnya ruang kerta atau meja kerja. Meja kerja yang
berantakan dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya stres.
Penelitian yang dilakukan Staples mengungkapkan bahwa hampir setengah dari seluruh jumlah pekerja di Inggris memiliki meja kerja yang berantakan. Hal ini memicu timbulnya masalah dengan rekan kerja, peringatan dari atasan, bahkan meningkatkan risiko stres.
Survei yang dilakukan terhadap 2.000 pekerja di Inggris mengungkapkan bahwa hampir sepertiganya memiliki meja kerja berisi makanan yang sudah setengah habis, sampah bungkusan makanan dan botol, serta hampir setengahnya meninggalkan cangkir dan piring kotor di meja kerja. Bahkan 1 dari 20 pekerja meninggalkan piring kotornya di meja selama 3 hari atau lebih.
Survei yang dibuat Staples ini mungkin hanya menyentuh ruang
kerja yang berpendingin. Bisa dibayangkan bila survei juga menyentuh para
pekerja yang bekerja di ruang yang tak memiliki alat pendingin ruangan. Sampah yang
menumpuk bisa dalam wujud puntung rokok.
Staples memberikan gambaran tentang keadaan tempat kerja para
responden. Rata-rata 19 lembar kertas tidak terpakai tergeletak di meja pekerja
Inggris. 48 Persen pekerja bahkan kesulitan menemukan dokumen penting akibat
mejanya tidak terorganisir dengan baik. Sementara 10 persen pekerja Inggris
mengakui terakhir mereka merapikan meja kerja adalah sekitar 6 bulan yang lalu.
Meja kerja yang berantakan sebenarnya tidak luput dari perhatian atasan. Seperempat dari responden mengaku pernah menerima peringatan dari atasannya, bahkan 1 dari 10 pekerja menerima peringatan secara resmi.
Selama ini dipercaya bahwa wanita biasanya lebih rapi dan bersih jika dibandingkan dengan laki-laki, namun hal ini tidak berlaku dalam urusan meja kerja. Berdasarkan hasil survei, pekerja wanita memiliki kebiasaan yang sama berantakannya dengan pekerja laki-laki.
"Meja kerja yang berantakan tidak hanya buruk untuk pola pikir Anda, tetapi juga dapat merusak hubungan Anda dengan rekan kerja," ungkap Dr. Tomas Chamorro, profesor psikologi bisnis di University College London.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa meja kerja yang berantakan memiliki efek yang negatif pada karir, misalnya membuat Anda terlihat tidak profesional, dicap buruk oleh atasan, bahkan sampai membuat Anda menerima peringatan resmi. Jangan abaikan masalah ini, setiap pekerja harus bisa mengerti dan merasakan manfaat dari meja kerja yang rapi," imbuhnya.
Selain dapat memperburuk hubungan dengan rekan kerja dan atasan, meja kerja yang berantakan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat stres di kantor. 56 persen partisipan merasa tingkat stres mereka meningkat saat mengawali hari kerja dengan melihat meja yang kotor. Walaupun demikian, hanya setengah dari mereka yang merapikan mejanya paling tidak 1 kali dalam sebulan.
"Meja kerja yang berantakan memiliki dampak yang sangat serius terhadap tingkat stres dan kebahagiaan di kantor. Lebih dari setengah responden mengatakan stres di awal hari kerja berlanjut menjadi cemas dan suasana hati menjadi negatif," ucap Dr. Tomas seperti dikutip dari Metro, Kamis (18/4/2013).
Oleh karena itu, penting untuk pekerja memerhatikan kerapian dan kebersihan meja kerja agar terhindar dari stres berlebih di tempat kerja. Akan tetapi, semua ini tergantung juga dengan kepribadian manusianya. Karena ada manusia yang sudah terbiasa hidup dalam keamburadulan. Meja kerjanya sangat berantakan, penuh sampah, abu rokok dan bau tak sedap. Namun sang pekerja tetap merasa nyaman. Teguran dari atasan sama sekali tak berguna. Malahan atasannya tak berdaya sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar