Santa perpetua & felisitas, martir
Kedua orang kudus ini
hidup di Kartago, Afrika Utara. Perpetua adalah seorang ibu muda berusia 22 tahun.
Ketika ia ditangkap karena imannya, ia sedang mengandung anaknya yang pertama. Felisitas
adalah pelayan Perpetua. Ia juga ditangkap bersama Perpetua.
Di dalam penjara,
Perpetua diolok-olok oleh para serdadu kafir. Tetapi dengan tenang Perpetua
berkata, “Sekarang adalah giliranku untuk
menderita. Tetapi akan tiba saatnya aku yang berbahagia dan kamu yang akan
menanggung penderitaan yang jauh lebih besar daripada yang kualami sekarang
ini.”
Ayah Perpetua yang belum
menjadi kristen turut merasakan penderitaan yang dialami anaknya. Ia datang ke
penjara untuk membujuknya murtad dari imannya. Ia dengan setia mengikuti
Perpetua hingga ke pengadilan. Di sana ia dipukuli oleh para serdadu dengan
pukulan bertubi-tubi. Seperti ayahnya, Perpetua sungguh merasa sakit hati
melihat perlakuan para serdadu terhadap ayahnya. Meskipun begitu, baginya mati
karena Kristus lebih mulia daripada murtad karena sayang kepada ayahnya.
Bersama Perpetua dan
Felisitas, banyak juga orang kristen lain yang ditangkap dan dipenjarakan. Mereka
senasib sepenanggungan di dalam penderitaan yang ditimpakan pada mereka. Mereka
saling meneguhkan agar tak seorang pun lemah imannya dan menjadi murtad. Sementara
itu di dalam penjara Perpetua mengalami suatu penglihatan ajaib. Seberkas cahaya
surgawi bersinar terang benderang di ruang penjaranya. Di dalam cahaya itu ia
melihat dirinya bersama semua orang kristen lainnya berarak memasuki kemuliaan
surgawi.
Perpetua bersama
orang-orang kristen lainnya dimasukkan ke dalam gelandang binatang buas yang
kelaparan. Di sana mereka diterkam dan dikoyak-koyak leh binatang-binatang buas
itu hingga mati.
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar