SANTO KASIMIRUS, PENGAKU IMAN
Putera kedua Kasimir
III, Raja Polandia dan maharaja Lithuania ini, lahir pada tahun 1461. Keluarganya
tergolong saleh dan taat agama. Ibunya, Elisabeth dari Austria, mendidik dia
menurut tata cara hidup kerajaan dan hidup kristiani yang berlaku pada masa
itu. Setelah menanjak remaja, pendidikannya diserahkan kepada Yohanes Longinus.
Kasimirus berkembang dewasa menjadi seorang putera raja yang berhati mulia,
murah hati, sopan dan ramah dalam pergaulan dengan sesamanya. Ia disenangi
banyak orang terutama teman-temannya sebaya. Kecuali itu, pendidikan itu
berhasil menanamkan dalam dirinya sikap yang tepat dan terpuji terhadap
kesemarakan dan kemewahan duniawi. Bahwasanya semua kemewahan dan hormat
duniawi itu bersifat sia-sia dan bisa saja menjerumuskan manusia ke dalam
keserakahan dan ingat diri.
Sikap itu terbukti kebenarannya
tatkala ia terlibat dalam suatu perkara politik yang terjadi di kerajaan
Hongaria. Banyak bangsawan Hongaria tidak suka akan Matias, rajanya. Mereka datang
kepada Kasimirus dan memohon kesediaannya untuk menjadi raja mereka. Kasimirus
mengabulkan permohonan itu dan segera berangkat ke Hongaria. Mendengar hal itu
Raja Matias segera menyiapkan sepasukan prajurit untuk berperang melawan
Kerajaan Polandia. Tetapi perang tidak terjadi karena campur tangan Paus.
Dengan malu, pangeran Kasimirus
pulang ke Polandia. Peristiwa itu menyadarkan dirinya akan kesia-siaan hormat
duniawi. Maka mulai saat itu ia meninggalkan cara hidupnya yang mewah dan
kehormatan duniawi, lalu memusatkan perhatiannya pada doa, puasa dan tapa. Banyak
waktunya dihabiskan untuk berdoa. Pagi-pagi sekali ia sudah berdiri di depan
pintu gereja untuk mengikuti perayaan misa kudus dan mendengarkan kotbah. Ia juga
mulai lebih banyak memperhatikan kepentingan kaum fakir miskin dengan
membagi-bagikan harta kekayaannya. Cinta kasih dan hormatnya kepada Bunda Maria
sangatlah besar. “Omni die hic Mariae” (Mengasih
Maria, kini dan selalu) adalah semboyannya.
Semua usahanya untuk
memusatkan diri pada doa, tapa dan puasa membuat dia menjadi seorang beriman
yang saleh. Ia menjadi orang kesayangan warganya, terutama kaum miskin di kota
itu. Ia meninggal dunia pada tanggal 4 Maret 1484 karena serangan penyakit sampar.
Seratus duapuluh tahun kemudian, kuburnya di Katedral Wein dibuka kembali dan
relikuinya dipindahkan ke sebuah kapela. Tubuhnya masih tampak utuh dan
menyebarkan bau harum. Tulisan doanya: “Mengasihi Maria, kini dan selalu” masih
terletak rapi di kepalanya. Hal ini menunjukkan bahwa devosinya kepada Maria
merupakan suatu persembahan yang berkenan di hati Maria
Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar