SAATNYA MENYIMPAN AIR, BUKAN MEMBUANGNYA
Tanggal 5 Juni lalu,
ketika ngobrol dengan beberapa umat
dari kelompok St. Barbara yang akan mengadakan perayaan ekaristi di asrama
putra, disinggunglah rencana lokasi sementara “gereja” Balai, saat gedung
gereja yang lama dibongkar. Lokasinya persis di depan asrama, sebuah daerah
kosong antara TK dan SMP. Namun beberapa umat mengungkapkan satu kendala yang
akan muncul, yaitu banjir. Ini terjadi di saat hujan lebat dengan curah air
hujan yang deras dan waktu yang lama. Banjir ini sebenarnya bukan cuma dialami
halaman asrama yang akan menjadi calon sementara “gereja” Balai, melainkan juga
dirasakan oleh TK, SD dan SMA.
Dalam pembicaraan lepas
itu beberapa umat mengutarakan rencana untuk membuat saluran (got) pembuangan
air. Waktu itu saya langsung mengusulkan agar dibuatkan saja sumur resapan. Dan
ini bisa menjadi bahan pertimbangan sekolah yang sering mengalami kebanjiran
(TK, SD dan SMA). Artinya, ini dilakukan untuk kepentingannya, bukan karena
akan ada “gereja” di sana.
Malam itu memang ada
yang langsung mengutarakan kesulitannya berkaitan dengan jenis tanah di lokasi
persekolahan St Yusup. Akan tetapi bagi saya itu bukanlah menjadi alasan yang
berarti. Saat itu saya sebenarnya mau mengajak umat untuk berpikir bahwa
saatnya sekarang ini kita menyimpan air, bukan membuangnya. Tempat penyimpan
yang baik adalah tanah itu sendiri.
Oleh karena itulah,
pada kesempatan ini saya mau memperkenalkan soal sumur resapan dan biopori yang
sudah lama dicetuskan oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).
Sumur Resapan dan Biopori
Sumur Resapan (infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah
yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat meresap ke
alam tanah. Biopori merupakan lubang vertikal ke dalam tanah yang
berfungsi meningkatkan laju peresapan air hujan. Pembuatan lubang resapan
biopori ke dalam tanah secara langsung akan memperluas bidang permukaan
peresapan air, seluas permukaan dinding lubang.
Biopori atau sumur resapan merupakan
teknik baru dalam memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar kita. Membuat
biopori atau sumur resapan memang tidak serta merta mengatasi masalah krisis
air tanah. Tetapi paling tidak, pembuatannya dapat lebih cepat mengalirkan air
permukaan ke dalam tanah. Jadi, selain menambah pasokan air di dalam tanah,
sumur ini juga bisa mengurangi banjir.
Sumur Resapan dan Cara Pembuatannya
Manfaat dari sumur resapan air
adalah meminimalisir terjadinya banjir saat musim hujan sekaligus sebagai upaya
‘menanam air’ ke dalam tanah. Ini berguna menambah persediaan air bersih di
dalam tanah yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
Sebelum membuat sumur resapan, ada beberapa syarat
umum yang harus dipenuhi. Syarat ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain:
1. Sumur resapan harus berada pada
lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
2. Sumur resapan berjarak minimal lima
meter dari tempat penimbunan sampah dan septic tank dan berjarak minimal satu
meter dari fondasi bangunan.
3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai
tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman
muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai
permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) minimal 2,0 cm per jam, yang
berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air setinggi 2 cm.
Pada tulisan ini pembuatan sumur resapan air didasarkan
pada kondisi rumah yang memiliki talang air. Cara pembuatan sumur resapan air
pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:
1. Buat sumur dengan diameter 80-100 cm
sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.
2. Untuk memperkuat dinding tanah,
gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu
kosong.
3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan
air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa paralon.
4. Buatlah saluran pembuangan dari
sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur
resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka
air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
5. Isi lubang sumur resapan air dengan
koral setebal 15 cm.
6. Tutup bagian atas sumur resapan
dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.
Pembuatan sumur resapan air memang
membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu tidak semua lahan dapat dibuat
sumur resapan, harus memperhatikan syarat-syarat umum sebagai tersebut di atas.
Namun lingkungan yang lebih nyaman dihuni manusia kenapa tidak. Adapun biaya pembuatan sumur resapan
adalah sekitar Rp. 975.000,- per sumur. Ini memang hitungan untuk daerah Jawa.
Dan waktu pembuatannya bisa memakan waktu 2-3 hari per sumurnya, yang
dikerjakan oleh 2 orang pekerja.
Biopori dan Cara Pembuatannya
Lubang resapan biopori
adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R
Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Biopori
merupakan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk mengurangi genangan air
dan sampah organik. Dan jika dibuat secara massal, maka lubang ini juga dapat
mengurangi genangan air dan sekaligus menyuburkan tanah.
Lubang resapan biopori adalah salah
satu cara meresapkan air ke dalam tanah yang dibantu oleh organisme di
dalamnya. Jumlah lubang resapan biopori ditentukan berdasarkan
luas lahan, yaitu setiap 50 meter persegi luas lahan dibuat 10 lubang. Cara
pembuatan lubang resapan biopori adalah dengan membuat lubang diameter 10-30 cm
dengan kedalaman 1 meter atau jangan melebihi kedalaman muka air tanah. Ke
dalam lubang tersebut diisi sampah organik agar terbentuk biopori dari
aktivitas organisme tanah dan akar tanaman. Sampah organik perlu selalu
ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan.
Lubang resapan biopori ini dapat dibuat dalam kondisi
atau jenis tanah apapun. Pembuatan lubang biopori cukup sederhana, murah dan
tidak membutuhkan lahan yang luas. Lubang resapan berpori dapat dibuat
sendiri dengan bor tanah atau dikerjakan oleh tukang bor sumur. Alatnya tergolong sederhana berupa
bor hasil modifikasi, dan
dapat dibeli dibengkel las/pandai besi dengan harga sekitar Rp 150.000,- - Rp
300.000,- yang dapat dipakai bergilir oleh beberapa pemilik rumah. Langkah-langkah pembuatan lubang
biopori adalah sebagai berikut:
1. Tentukan lokasi sumur resapan, yang
diinginkan. Jika tanah kering, basahi terlebih dahulu, agar proses pengeboran
lebih mudah.
2. Buat lubang silindris ke dalam
tanah, dengan diameter 10cm. Ambil bor, posisikan bor tegak lurus permukaan
tanah. Putar bor searah jarum jam, dan beri tekanan seperlunya.
3. Bila seluruh mata bor sudah terisi
tanah, tarik bor ke atas sambil terus memutarnya searah jarum jam.
4. Bersihkan mata bor, menggunakan
kayu, bambu, atau pisau tumpul, dengan cara menekan sisi dalam mata bor.
5. Ulangi langkah 2-4, hingga lubang
mencapai kedalaman 100cm.
6. Mulut lubang bisa diperkuat dengan
adukan semen selebar 3 – 5 cm, setebal 2 cm
7 7. Isi lubang dengan sampah organik dari daun-daun
kering, pangkasan rumput, atau sampah dapur.
8 8. Sampah organi perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang
yang isinya sudah menyusut karena proses pelapukan
9 9. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada
setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. Atau lubang
tersebut ditutup dengan tanah dan mulai membuat lubang baru lagi.
Biopori mempunyai berbagai fungsi antara lain :
1. Membantu meresapkan air hujan ke
dalam tanah. Air hujan tidak terbuang percuma ke laut.
2. Penyubur tanah. Sampah dedaunan yang
dimasukkan dalam lubang ini akan menjadi pupuk alami yang dapat menyuburkan
tanah. Karena itu, setelah sekian lama lubang biopori ini ditutup dan dibuat
lubang yang lain lagi, maka akhirnya tanah secara keseluruhan akan menjadi
subur.
3. Mengurangi penumpukan sampah. Sampah
rumah tangga (organik) dapat dimasukkan ke dalam lubang ini.
4. Terhindar berbagai jenis penyakit.
5. Penghasil kompos. Sampah organik
yang telah dimasukkan ke dalam lubang resapan ini, dapat diambil setelah 1-2
bulan.
6. Mengurangi genangan air.
7. Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO₂ dan metan)
8. Mengurangi masalah pembuangan sampah
yang mengakibatkan pencemaran udara dan air
9. Menjaga keanekaragaman hayati dalam
tanah
Setelah diteliti lebih jauh,
ternyata ada lubang tak kasat mata pada bongkahan, yakni ratusan lubang biopori
di dalam tanah. Lubang-lubang ini berfungsi menyerap air, menyaring air bersih,
mengurai sampah organik, serta menjaga unsur hara pada tanah. Inilah inti dari
teknologi resapan biopori, yaitu memanfaatkan mahluk Tuhan di dalam tanah,
tidak hanya mikro organisme namun juga termasuk cacing tanah, semut dan hewan
lainnya. Dengan menghidupi mereka maka semua akan membantu dalam upaya
peresapan air ke dalam tanah. Oleh karena itu jangan buat lubang biopori di
bagian tanah yang terendam air atau lebih tinggi dari saluran air. Jika
terendam, makhluk-makhluk seperti cacing, rayap, semut akan kekurangan oksigen.
Selain itu, menandakan hilangnya kemampuan meresap air karena sudah jenuh.
Sumur Resapan dan Biopori di
Persekolahan St Yusup
Di atas sudah dikatakan
bahwa kerap kali terjadi bajir kecil-kecilan di lokasi persekolahan TK, SD, SMA
dan halaman asrama putra jika hujan deras dan dalam waktu yang lama. Hal ini
menjadi kendala untuk rencana gedung “gereja” Balai yang sementara, karena
lokasi tersebut menjadi langganan banjir. Air banjir di calon lokasi “gereja”
Balai ini berasal dari curahan hujan langsung atau juga kiriman dari TK dan
halaman pavling blok.
Membuat got atau parit
bukanlah penyelesaian masalah yang bijak, karena itu hanya membuang air
percuma. Cara itu tidak sejalan dengan semangat cinta lingkungan dan peduli
pada bumi. Cara yang bijak adalah dengan membuat sumur resapan dan lubang
resapan biopori. Cara ini bukan cuma untuk di calon “gereja” Balai, melainkan
seluruh kompleks persekolahan St. Yusup, karena banjir bukan hanya di satu
lokasi saja. Dan kebijakan ini bukan hanya saat adanya “gereja” sementara
Balai, melainkan demi kepentingan masa depan yang panjang.
Sumur Resapan
Kita sudah mengetahui
apa itu sumur resapan dan bagaimana cara membuatnya. Intinya adalah bahwa sumur
resapan adalah sumur penampungan air hujan yang ditadah atap rumah. Artinya,
air hujan yang jatuh di atap rumah akan mengalir ke talang air dan diarahkan ke
sumur resapan itu.
Hendaknya setiap unit
sekolah memiliki sumur resapan. Untuk TK, SD dan SMA masing-masing bisa membuat
2 – 3 buah sumur resapan, tergantung posisi keluaran air dari talang air. Jika
memungkinkan lebih dari itu, lebih bagus lagi. Di halaman belakang sekolah (TK,
SD, SMP dan SMA) baiknya dibuatkan lubang resapan biopori. Kedalaman sumur
resapan ini bisa saja mencapai 2 meter. Sangat bagus kalau dibuatkan dua sumur
resapan: yang satu langsung menerima air dari talang rumah, yang satunya lagi
menerima kelimpahan air dari sumur resapan.
Sumur resapan juga bisa
dibuat di halaman depan asrama putra. Sumur resapan ini bukan menampung air
dari talang rumah, melainkan kumpulan air di halaman depan asrama. Oleh karena
itu, posisi sumur resapan ini harus berada di daerah yang paling rendah, yang
sering digenangi air bila hujan tak lagi turun.
Lubang Biopori
Lubang resapan biopori
dapat dibuat di tiap halaman sekolah (mungkin kecuali SMP) dan halaman asrama
putra. Soal jumlahnya dapat diperhatikan uraian di atas. Kita bisa membuat
lubang resapan biopori lagi setelah 3 bulan; atau setelah yakin kotoran yang
ada di dalamnya sudah menjadi kompos. Namun perlu diperhatikan, ketika kita
membuat lubang resapan biopori lagi, maka lubang resapan biopori yang lama harus
ditutup rapat, agar tidak mencelakakan manusia atau juga hewan. Atau pada
lubang itu ditanami tumbuhan.
Untuk alat bor biopori,
bisa dibuat sendiri. Untuk persekolahan St Yusup, dapatlah memiliki 3 buah bor
biopori; atau empat buah dengan rincian tiap unit sekolah punya satu. Akan
tetapi pemakaiannya bisa pinjam. Dikatakan bahwa tanah di kompeks persekolahan
St Yusup terbilang cukup keras/padat. Untuk memudahkan proses pengeboran
(apalagi dengan cara manual), maka sebelum dibor tanahnya dibasahi dengan air
agar lembut.
Penutup
Di atas sudah dikatakan
bahwa dengan membuat sumur resapan dan lubang resapan biopori bukan lantas
berarti bahwa ancaman banjir segera hilang. Dengan pembuatan sumur resapan dan
lubang resapan biopori masalah banjir sedikit diatasi atau sedikit berkurang.
Namun yang terutama
adalah bahwa kita tidak membuat air hujan dengan percuma. Dengan sumur resapan
dan lubang resapan biopori kita telah menyimpan air. Ini merupakan wujud
konservasi lahan tanah dan bentuk kepeduliaan kita pada bumi, karena dengan
menyimpan air dalam tanah kita telah ikut menyelamatan bumi. Di samping itu, 3
– 4 tahun ke depan halaman sekolah akan menjadi lahan subur sehingga dapat
ditumbuhi rumput. Bisa dibayangkan kalau halaman TK, SD dan SMA menjadi hijau.
Tentulah akan segar mata memandangnya.
Sumur Resapan dlm Gambar
Jika curah hujan cukup tinggi, bisa buat dua sumur resapan
contoh-contoh sumur resapan
Jangan lupa mengisi dalam sumur resapan batu apung
Lubang Resapan Biopori dlm Gambar
Alat bor Biopori
Cara buat bioporiAnak-anak pun bisa melakukannya dan menjadi kegiatan yang menyenangkan
Contoh lubang resapan biopori
Agar tidak membahayakan, lubang biopori harus ditutup. Ada banyak jenis penutup lubang biopori
Tg Balai Karimun, 10 Juni 2012
by: adrian, dari berbagai sumber
Ide yang sangat berarti untuk kelestarian Alam
BalasHapusinformasi yg menarik.
BalasHapusmakasih gan (y)