Renungan Hari Senin Biasa XI B/II
Bac I 1Raj 21: 1 – 16 ; Injil Mat 5: 38 – 42
Jika diperhatikan sekilas,
ada unsur keadilan dalam aturan lama: mata ganti mata, gigi ganti gigi.
Artinya, kalau seseorang melakukan kejahatan kepada saya dan merugikan gigi
saya, maka saya harus membalasnya juga dengan merugikan giginya. Tidak diperkenankan
merugikan yang lain, karena akan berdampak berkelanjutan. Misalnya, saya
dirugikan gigi saya, namun ketika saya balas, orang yang saya balas kena rugi
pada matanya; maka dia akan menuntut saya atas matanya.
Yang mau dikatakan dengan
jelas di sini adalah bahwa membalas kejahatan itu merupakan tindakan spontan.
Setiap manusia memiliki kecenderungan langsung membalas jika dirinya disakiti
orang lain. Inilah yang terdapat dalam hukum perjanjian lama. Meski kelihatan
adil, namun Yesus menghendaki lain. Kepada para murid-Nya dan juga para
pendengar Yesus meminta untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Malah
Yesus mengajak agar kita membalas kejahatan dengan kebaikan.
Bagi Yesus, kebaikan
merupakan senjata utama untuk meredam kejahatan. Dengan kebaikan maka aksi
kejahatan itu akan melemah dan akhirnya hilang. Orang sering mengatakan bahwa
kebaikan yang ditunjukkan untuk “melawan” kejahatan merupakan bentuk kelemahan.
Padahal untuk menunjukkan kebaikan “melawan” kejahatan benar-benar membutuhkan
kekuatan. Hanya orang yang kuatlah yang dapat melakukan hal itu. Kebaikan
melawan kejahatan bukan berarti pasrah menyerah.
Inilah yang dikehendaki
Yesus pada kita. Tentulah kita merasa sulit untuk menerapkannya karena sudah
menjadi kecenderungan kita untuk membalas. Sebelum kita melakukan kebaikan
kepada mereka yang berbuat jahat kepada kita atau menyakiti hati kita, langkah
awal yang dapat kita buat adalah T I D A K membalas kejahatannya kepada
kita.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar