Jumat, 01 Juli 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AS SAFF AYAT 9

 


Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya. (QS 61: 9)

Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an merupakan firman yang langsung berasal dari Allah sendiri. Firman itu disampaikan secara langsung kepada nabi Muhammad (570 – 632 M). Berhubung Muhammad adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis, maka setelah mendapatkan firman Allah itu dia langsung mendiktekan kepada pengikutnya untuk ditulis. Semua tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan, dan jadilah kita yang sekarang dikenal dengan nama Al-Qur’an. Karena itu, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah merupakan kata-kata Allah sendiri. Tak heran bila umat islam menganggap kitab tersebut sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Penghinaan terhadap Al-Qur’an adalah juga penghinaan terhadap Allah, dan orang yang melakukan hal tersebut wajib dibunuh. Ini merupakan kehendak Allah sendiri, yang tertuang dalam Al-Qur’an (QS al-Maidah: 33).

Keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan kata-kata Allah didasarkan pada firman Allah sendiri. Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an, yang merupakan perkataan Allah, yang mengatakan hal tersebut. Al-Qur’an diturunkan agar menjadi petunjuk bagi umat islam. Setiap umat islam wajib mengikuti apa yang dikatakan dalam Al-Qur’an. Untuk kemudahan ini maka sengaja Allah mudahkan Al-Qur’an (QS al-Qamar: 17). Dengan kata lain, Al-Qur’an adalah kitab yang sudah jelas dan mudah dipahami.

Berangkat dari keyakinan umat islam ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan merupakan perkataan Allah sendiri, yang langsung disampaikan kepada Muhammad. Sebagaimana sudah dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang jelas, demikian pula pesan yang mau disampaikan kutipan wahyu Allah di atas. Umumnya umat islam akan mengartikan perkataan Allah di atas hanya berpatokan pada 3 kata kunci, yaitu Dia, Rasul-Nya, dan agama yang benar. Kata “Dia” diartikan sebagai Allah SWT, “Rasul-Nya” itu adalah nabi Muhammad, dan “agama yang benar” adalah agama islam. Karena itu, ayat ini dipahami bahwa Allah SWT mengutus Muhammad untuk membawa agama islam sebagai agama yang benar. Dengan tafsiran seperti ini tak jarang umat islam jatuh ke dalam kesombongan. Dengan dasar ini kaum muslim suka merendahkan agama lain.

Akan tetapi, kutipan wahyu di atas sebenarnya masih menyimpan persoalan atau masalah jika benar-benar ditelaah dengan akal sehat. Kajian logis atas ayat AL-Qur’an di atas membuat orang menolak tafsiran umum atas ayat tersebut. Jika tafsiran umum bertolak dari 3 kata kunci, demikian pula problematika ayat ini juga berpusat pada 3 kata kunci, yaitu Dia, Rasul-Nya dan untuk memenangkannya di atas segala agama. Dua kata kunci pertama sama dengan kata kunci tafsiran umum, dan pada titik inilah telaah logis bertentangan dengan tafsiran umum tadi.

Pertama, kata “Dia” di sini dimaknai sebagai Allah SWT. Harus disadari juga bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas langsung berasal dari Allah sendiri. Artinya, apa yang tertulis di atas merupakan perkataan Allah. Logikanya, Allah menyebut Allah lain mengutus Muhammad. Tentulah Allah yang mengutus Muhammad itu BUKANLAH Allah yang sedang berkata-kata. Jika yang mengutus Muhammad itu adalah Allah yang sedang berkata-kata, maka seharusnya Allah berkata, “Aku (atau Kami) yang mengutus Rasul-Ku …..” Karena itu, haruslah dikatakan bahwa kutipan wahyu Allah di atas hendak membuktikan bahwa Allah islam itu bukan satu, melainkan DUA. Allah yang berbicara, yang perkataan-Nya kemudian ditulis dalam Surah as-Saff ayat 9, berbeda dengan Allah yang mengutus Rasul-Nya. Inilah persoalan dari kata kunci pertama.

Kedua, kata “Rasul-Nya” di sini dimaknai sebagai nabi Muhammad. Benarkah demikian? Pertama-tama harus disadari bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan kata-kata langsung dari Allah sendiri, yang disampaikan kepada Muhammad. Harap ingat, hanya Muhammad yang menerima wahyu Allah. Jadi, perlu dipahami bahwa waktu itu Allah menyampaikan kepada Muhammad kutipan ayat di atas. Di sini tampak jelas logika atau jalan pikiran Allah sedikit kacau balau. Jika memang benar Allah mengutus Muhammad, maka seharusnya redaksi kalimatnya sebagai berikut: “Aku yang mengutus engkau sebagai Rasul-Ku ….” Ketika Allah, yang sedang berbicara dengan Muhammad, menyebut “mengutus Rasul”, jelaslah itu bukan Muhammad yang dimaksud. Jadi, kajian logis atas kata “Rasul-Nya” sama sekali tidak merujuk pada Muhammad. Inilah masalah dari kata kunci kedua.

Ketiga, frase “untuk memenangkannya di atas segala agama” menimbulkan multi tafsir. Bagi islam moderat, frase ini hanya sebatas arogansi. Umat islam berupaya menjelek-jelekkan agama lain, dan menampilkan islam sebagai agama yang sempurna, agama yang baik dan benar. Kemenangan dari perjuangan ini terlihat ketika umat dari agama lain menjadi islam (mualaf). Sementara islam radikal, mengartikan frase ini sebagaimana wahyu Allah dalam QS al-Anfal: 7 dan QS Ali Imran: 19. Orang kafir (termasuk agamanya) harus dimusnahkan sampai ke akar-akarnya sehingga hanya ada islam di sisi Allah. Inilah yang menjadi ideologi terorisme. Tidak puas dengan kebanggaan islam sebagai agama yang benar, tetapi ditindak-lanjuti dengan membinasakan yang bukan islam agar tinggal agama islam saja. Inilah problematika dari kata kunci ketiga.

DEMIKIANLAH kajian logis atas wahyu Allah dalam surah as-Saff ayat 9. Dari kajian tersebut terdapat beberapa poin kesimpulan:

1.    Kutipan ayat di atas membuat Al-Qur’an bukan sebagai kitab yang jelas sebagaimana dikatakan Allah sendiri. Tafsiran logis berdasarkan akal sehat dengan alat bantu ilmu bahasa bertentangan dengan tafsir umum yang hanya berdasarkan selera (suka-suka).

2.    Haruslah dikatakan bahwa Al-Qur’an bukanlah wahyu Allah; atau setidaknya kutipan ayat di atas bukan merupakan perkataan Allah. Jika tetap dikatakan itu adalah wahyu Allah, maka haruslah dikatakan ada DUA Allah.

3.    Jika bukan wahyu Allah, maka haruslah dikatakan bahwa Al-Qur’an atau setidaknya kutipan ayat di atas adalah rekayasa Muhammad. Apa yang tertulis di atas merupakan kata-kata Muhammad yang diletakkan pada mulut Allah, sehingga seolah-olah Allah berkata demikian. Kelemahan manusiawi Muhammad membuat munculnya kekacau-balauan bahasa dan tafsirnya.

Lingga, 6 Mei 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar