Jumat, 11 Maret 2022

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-BAQARAH AYAT 146

Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya). (QS 2: 146)


Bagi umat islam, Al-Qur’an dilihat sebagai pusat bagi spiritualitas islam. Umat islam menyakini Al-Qur’an langsung berasal dari Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Keyakinan ini diperkuat dengan pernyataan Allah sendiri, yang dapat dibaca dalam surah-surah Al-Qur’an. Jadi, Allah sendiri telah menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan perkataan-Nya. Karena itu, Al-Qur’an biasa juga dikenal sebagai kalam Allah. Orang islam akan sangat menghormati Al-Qur’an. Mereka melihat Al-Qur’an sebagai sesuatu yang suci, karena Allah sendiri adalah mahasuci. Pelecehan terhadap Al-Qur’an sama saja dengan pelecehan kepada Allah atau penyerangan terhadap keluhuran Allah. Orang yang melakukan hal itu harus dihukum berat dengan cara dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang (QS al-Maidah: 33).

Umat islam tidak hanya melihat Al-Qur’an sebagai sesuatu yang suci, karena sumbernya adalah mahasuci. Umat islam juga melihat Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran karena Allah SWT, yang telah berkata-kata di dalamnya, adalah mahabenar. Umat islam yakin akan kebenaran Al-Qur’an karena Allah sendiri telah berkata, “Al-Qur’an itu kebenaran yang meyakinkan.” (QS al-Haqqah: 51). Jadi, apa yang tertulis dalam Al-Qur’an tidak hanya suci tetapi juga benar.

Berangkat dari dua premis ini, maka bisa dikatakan bahwa kutipan ayat di atas merupakan perkataan Allah. Kutipan di atas terdiri dari 2 kalimat, dan keduanya disampaikan Allah kepada Muhammad di Madinah. Sekalipun Al-Qur’an dipercaya sebagai wahyu Allah, kutipan ayat Al-Qur’an di atas tidaklah sepenuhnya merupakan kata-kata Allah. Apa yang tertulis di dalam tanda kurung, seperti Taurat dan Injil, Muhammad, dan –nya, adalah merupakan tambahan kemudian yang bukan berasal dari Allah tetapi dari tanan manusia. Jadi, kata-kata Allah dalam ayat 146 ini aslinya berbunyi sebagai berikut: “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab mengenalnya seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”

Membaca perkataan Allah yang asli ini tentulah banyak orang akan merasa kebingungan karena wahyu Allah tersebut menjadi tidak jelas. Siapa yang dimaksud dengan orang yang telah diberi kitab, siapa orang yang dikenal mereka, kitab apa yang dimaksud, kebenaran apa yang disembunyikan, dan apa yang diketahui. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat perkataan asli Allah tidak jelas, padahal Allah sendiri sudah menyatakan bahwa Al-Qur’an, yang merupakan wahyu-Nya, adalah keterangan yang jelas. Ketidak-jelasan inilah yang di kemudian hari membuat manusia menambahkan beberapa kata, yang dalam penulisannya diletakkan dalam tanda kurung, pada wahyu Allah. Penambahan ini akhirnya membuat wahyu Allah menjadi jelas dan bisa dipahami dengan mudah. Umumnya wahyu Allah di atas dipahami sebagai berikut: orang-orang Yahudi dan Kristen, yang telah mengenal baik Taurat dan Injil, sebenarnya mengenal betul Muhammad, karena hal itu tertulis dalam Taurat dan Injil. Akan tetapi, orang Yahudi dan Kristen menyembunyikan kebenaran ini.

Tampak jelas bahwa kutipan wahyu Allah di atas sering dipakai oleh umat islam untuk “menyerang” orang Yahudi dan Kristen. Umat islam sering mengatakan bahwa kedatangan Muhammad sudah diramalkan dalam kitab Taurat dan Injil. Tentu saja orang Yahudi dan Kristen menolak klaim mereka, karena kitab suci Yahudi dan Kristen berisi sejarah keselamatan bangsa Israel. Muhammad sama sekali bukan orang Yahudi, sehingga dapat dipastikan tidak pernah ada namanya di dalam Taurat dan Injil. Klaim umat islam, yang didasarkan pada perkataan Allah ini jelas sangat mengada-ada. Beberapa ahli islam juga pernah mencoba membaca Taurat dan Injil untuk mencari nama Muhammad, dan hasilnya nihil. Karena tidak menemukan, maka mereka akhirnya membenarkan perkataan Allah lainnya: orang Yahudi dan Kristen telah menyembunyikannya.

Dari sini bisa dikatakan bahwa baik Allah maupun umat islam membutuhkan pengakuan dari orang luar atas kenabian Muhammad. Sepertinya, pernyataan Allah bahwa Muhammad adalah nabi dan utusan Allah dirasakan kurang afdol, alias belum terlalu sah. Dibutuhkan pengakuan dari pihak lain, seperti orang Yahudi dan Kristen. Sementara orang Yahudi dan Kristen sudah punya standar untuk menilai seseorang sebagai nabi atau bukan; dan ketika standar itu dikenakan pada diri Muhammad, jauh panggang dari api. Muhammad sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai nabi. Kebutuhan akan pengakuan dari pihak lain ini sepertinya begitu kuat. Hal ini terlihat dari tiga indikasi berikut:

1.    Al-Qur’an sebenarnya merupakan kitab suci umat islam. Sudah seharusnya isinya berbicara tentang keislaman, yang umumnya diidentikkan dengan Arab. Artinya, semestinya  Al-Qur’an lebih banyak berbicara tentang tokoh-tokoh islam (Arab) ketimbang tokoh-tokoh agama lain, seperti Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Salomo, Maryam, dll. Upaya menampilkan kisah-kisah dari agama lain dapat dilihat sebagai upaya mendapatkan pengakuan akan misi Muhammad. Namun sayangnya, upaya tersebut gagal karena yang diwartakan tidak sejalan dengan tradisi Yahudi dan Kristen, sebagaimana tertulis dalam kitab sucinya.

2.    Allah membuat wahyu yang menyatakan bahwa nama Muhammad tertulis dalam Taurat dan Injil. Karena Allah diyakini sebagai maha benar, maka benar juga apa yang dikatakan-Nya. Kebenaran inilah yang kemudian dipaksakan kepada orang Yahudi dan Kristen. Menjadi persoalan, orang Yahudi dan Kristen sama sekali tidak pernah mendengar nama Muhammad dalam kitab sucinya. Karena tetap tidak mengakui, maka orang Yahudi dan Kristen dituding telah menyembunyikan kebenaran tersebut. Dan tidak hanya sampai di situ saja, ketika orang islam pun tidak menemukannya, mereka akhirnya menuding Taurat dan Injil sudah dipalsukan.

3.    Ketika muncul injil Barabas, dimana di dalamnya tertulis nama Muhammad, umat islam langsung mengakui kebenaran injil tersebut. Terlihat jelas kriteria asli tidaknya injil terletak pada ada tidaknya nama Muhammad di dalamnya. Umat islam sama sekali tidak menyadari kalau dalam injil Barabas itu ada banyak pertentangan dengan Al-Qur’an. Menerima injil Barabas sama artinya mengakui Al-Qur’an salah. Akan tetapi, hal ini sama sekali tidak dipedulikan, karena kebutuhan utamanya adalah pengakuan akan kenabian Muhammad; dan itu ada dalam injil Barabas.

DEMIKIANLAH kajian singkat surah al-Baqarah ayat 146. Dari kajian ini bisa dikatakan bahwa ada kebutuhan yang sangat besar akan pengakuan Muhammad sebagai nabi. Allah menghendaki agar orang Yahudi dan Kristen mengakui kenabian Muhammad. Dan karena orang Yahudi dan Kristen tetap pada pendiriannya, maka mereka akhirnya difitnah telah menyembunyikan kebenaran tersebut. Menjadi pertanyaan, kenapa Allah (dan juga umat islam) sangat membutuhkan pengakuan orang Yahudi dan Kristen atas kenabian Muhammad?

Sekedar diketahui saja, ada 2 hal yang membuat orang Yahudi dan Kristen tidak mengakui Muhammad sebagai nabi. Kedua hal itu adalah wartanya dan peri hidupnya. Warta yang disampaikan Muhammad sama sekali tidak sejalan dengan rencana keselamatan Allah. Ada banyak wartanya terbilang aneh dan tak masuk akal. Misalnya seperti, minum kencing unta, tentang lalat dalam minuman, mandi seminggu cukup sekali, malaikat takut pada anak anjing, dan masih banyak warta aneh lainnya. Sementara itu, peri hidup Muhammad dinilai tak pantas untuk ukuran nabi. Ada 2 kata yang merangkum ketidak-pantasan peri hidup Muhammad sebagai nabi, yaitu bejat dan biadab. Kebejatan itu terlihat dari menikahi anak usia 6 tahun, berhubungan seksual dengan anak usia 9 tahun, menikahi menantunya sendiri (padahal dia sendiri sudah punya istri lebih dari 2), hidup poligami. Kebiadaban Muhammad bisa terbaca dari kata-kata Kaisar Byzantium pada tahun 1391, Manuel II Paleologus, “Tunjukkan padaku apa yang baru yang diajarkan Muhammad, dan yang kau akan temukan hanyalah kejahatan dan kebiadaban, seperti misalnya perintahnya untuk menyebarkan agamanya dengan pedang.”

Tanjung Pinang, 15 Januari 2022

by: adrian 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar