MARI LIHAT DIRI SENDIRI
Seorang teman bercerita kepada saya tentang sahabatnya, yang
adalah juga sahabat saya. Dia berkata bahwa setelah pindah ke tempat yang baru,
sahabat kami ini mengalami perubahan. Tentulah perubahan yang baik yang
dimaksud. Karena sebelum pindah, sahabat kami ini selalu menampilkan perilaku
buruk dan sedikit agak nyeleneh. Namun di tempatnya yang baru,
perilaku-perilaku buruk itu sedikit demi sedikit mulai hilang.
Lantas teman saya ini memberikan penilaian bahwa tempat
merupakan faktor penentu perubahan itu terjadi. Di tempat baru itu, sahabat
kami ini benar-benar merasa enjoy
sehingga dapat menemukan jati dirinya. Tempat baru yang pas membantu perubahan
perilaku seseorang.
Saya dalam hati berkata, jika memang tempat yang telah
mengubah perilaku buruk seseorang menjadi baik, masukkan saja orang-orang yang
berperilaku buruk ke tempat itu. Tentulah agak susah menerima fakta ini. Karena
itu, musti ada faktor lain yang menentukan perubahan tersebut. Dan faktor itu bisa
saja ada di dalam diri sahabat kami ini yang berkaitan, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan orang-orang yang ada di lingkungan tempatnya yang lama.
Dalam hati kecil saya sangat prihatin dengan pernyataan teman
saya ini. Dia hanya melihat diri sahabat kami ini, tanpa pernah berusaha
melihat dirinya sendiri. Siapa tahu dirinya menjadi faktor yang membuat sahabat
ini berperilaku buruk. Ada kemungkinan bahwa perilaku buruk yang ditampilkan
sahabat ini merupakan ungkapan protes dan perlawanan dalam diam terhadap ulah,
kebijakan, sikap dan perilaku teman saya ini. Karenanya, pemindahan ke tempat
baru ini dapat dilihat bahwa sahabat ini lepas dari sosok yang berperan pada
pembentukan perilaku itu.
Seringkali terjadi kita hanya melihat keluar dari diri kita. Keanehan-keanehan
orang lain sepertinya selalu terlepas dari diri kita. Padahal bisa saja diri
kita punya andil dalam terwujudnya keanehan tersebut. Diri kitalah yang telah
membuat seseorang selalu menampilkan tingkah laku, yang di mata kita aneh.
Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keberadaan orang lain
ditentukan juga oleh keberadaan kita. Hendaklah kita jangan hanya melihat
keluar dari diri kita sendiri. Kita perlu melihat diri kita sendiri. Kita butuh
kemampuan untuk refleksi. Refleksi selalu terarah kepada diri sendiri, meski
obyeknya adalah orang lain atau sesuatu yang ada di luar diri sendiri.
Pangkalpinang, 29 Juli
2014
by: adrian
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar