Rabu, 03 Maret 2021

PAUS FRANSISKUS: BERKOMUNIKASILAH DENGAN BERJUMPA ORANG APA ADANYA


 

“Panggilan untuk ‘datang dan lihatlah’ merupakan metode otentik setiap komunikasi manusia,” jelas Paus Fransiskus dalam pesannya untuk hari komunikasi sedunia ke-55. Sangat menarik bahwa pesan tersebut disampaikan menjelang pesta St. Fransiskus de Sales, orang kudus pelindung para wartawan.

“Tahun ini saya ingin mencurahkan perhatian pesan ini pada ajakan untuk ‘datang dan lihatlah’, yang bisa menjadi inspirasi bagi semua komunikasi yang berusaha menjadi jelas dan jujur, di pers, pada internet, dalam khotbah harian Gereja dan dalam komunikasi politik dan sosial,” ungkap Paus Fransiskus. Tema ini mengingatkan kisah Injil tentang pertemuan awal murid-murid pertama dengan Yesus, yang mengajak mereka untuk datang dan melihat, untuk masuk dalam hubungan dengan Dia. Belakangan, salah satu murid itu, St. Filipus, sahabat Nathanael, yang mengajaknya untuk “datang dan melihat” Mesias yang dia jumpai.

Paus Fransiskus menegaskan, “Begitulah iman kristen dimulai, dan iman dikomunikasikan; sebagai pengetahuan langsung, yang lahir dari pengalaman, bukan dari desas-desus.” Dijelaskan juga bahwa melihat sesuatu untuk diri sendiri adalah cara terbaik agar mendapatkan kebenaran, dan “pengecekan paling jujur dari setiap pesan, karena untuk tahu kita perlu berjumpa, biarkan orang di depan saya berbicara, biarkan kesaksiannya sampai kepada saya.”

Paus Fransiskus sangat kritis terhadap kecenderungan mereduksi berita menjadi soundbite (penggalan atau potongan pernyataan, red) yang merupakan rujukan pribadi dan sudah dikemas sebelumnya, yang hanya mencerminkan kepedulian dan sudut pandang dari “kekuasaan yang ada.” Hal ini mengarah pada alur informasi yang “dibuat di ruang redaksi,” yang tidak akurat mencerminkan kenyataan di lapangan. Sebaliknya kita malah harus “turun ke jalan” untuk melihat hal-hal yang tidak kita tahu kalau tidak melakukannya, berbagi pengetahuan yang tidak akan terjadi kalau kita tidak melakukannya, dan mengalami perjumpaan-perjumpaan yang juga tidak akan terjadi kalau kita tidak melakukannya.

Paus Fransiskus meminta para wartawan, khususnya, agar rela pergi ke tempat yang tidak dikunjungi siapa pun, harus mempunyai keinginan untuk melihat sendiri, “rasa ingin tahu, keterbukaan, gairah.” Paus Fransiskus juga memuji keberanian wartawan yang menghadapi resiko besar untuk berbagi cerita panjang orang tertindas, tentang penderitaan orang miskin dan tentang ciptaan, tentang peperangan yang terlupakan. “Jika tidak ada suara-suara itu, ini kerugian bukan hanya untuk pelaporan berita, tetapi untuk masyarakat dan demokrasi secara keseluruhan. Seluruh keluarga manusia kita akan dimiskinkan,” tegas Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mencatat banyak situasi saat ini meminta seseorang untuk ‘datang dan melihat’ segala sesuatu sebagaimana adanya. Terlalu sering kita beresiko melihat sesuatu hanya dari sudut pandang orang kaya di dunia. Ini dapat menyebabkan perbedaan antara berita yang kita terima dan apa yang sebenarnya terjadi.

Paus Fransiskus juga menyinggung soal pentingnya sarana komunikasi modern, khususnya internet. “Internet dengan ekspresi media sosialnya yang tak terhitung jumlahnya, bisa tingkatkan kapasitas untuk melaporkan dan berbagi, dengan lebih banyak perhatian pada dunia dan banjir gambar dan kesaksian yang terus menerus.” Ini memungkinkan lebih banyak orang berbagi cerita mereka, dan menjadi saksi dari apa yang mereka lihat dan dengar.

Namun, di saat yang sama, Paus Fransiskus memperingatkan tentang “resiko penyebaran informasi yang salah di media sosial.” Memang patut diakui bahwa internet adalah alat ampuh yang menuntut dari kita, baik sebagai produsen maupun konsumen informasi, kehati-hatian yang tinggi dan perhatian yang bertanggung jawab atas cara kita menggunakannya. “Kita semua bertanggung jawab atas komunikasi yang kita buat, atas informasi yang kita bagikan, atas kendali yang dapat kita lakukan terhadap berita palsu dengan membongkarnya. Kita semua harus menjadi saksi kebenaran: pergi melihat dan berbagi,” jelas Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus menekankan, “dalam komunikasi tak ada yang bisa sepenuhnya menggantikan melihat sesuatu secara langsung; hanya bisa dipelajari melalui pengalaman tangan pertama.” Pesan Yesus tidak bisa dipisahkan dari perjumpaan pribadi dengan-Nya. “Sungguh di dalam Dia – logos yang berinkarnasi – penjelmaan Sabda; Tuhan yang tidak terlihat membiarkandiri-Nya dilihat, didengar dan disentuh,” papar Paus Fransiskus.

Ini berlaku untuk semua komunikasi, yang hanya bisa efektif jika melibatkan orang lain dalam perjumpaan, pengalaman, dialog. Injil disebarkan melalui perjumpaan pribadi, seperti terlihat dalam pengalaman mereka yang bertemu Yesus atau yang mendengar pesan dari Santo Paulus. “Begitu juga Injil hidup di zaman kita sendiri, setiap kali kita menerima kesaksian orang-orang yang hidupnya telah diubah oleh perjumpaan-perjumpaan mereka dengan Yesus,” ungkap Paus Fransiskus.    

“Selama dua rubu tahun, rangkaian perjumpaan seperti itu telah mengomunikasikan daya tarik petualangan kristen. Maka tantangan yang menanti kita adalah berkomunikasi dengan berjumpa dengan orang-orang, dimana mereka berada dan sebagaimana mereka adanya,” pungkas Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus mengakhiri pesannya dengan doa:

Tuhan, ajarilah kami untuk melampaui diri kami sendiri,

dan pergi mencari kebenaran.

Ajarilah kami untuk keluar dan melihat,

ajari kami untuk mendengar,

bukan untuk melipur prasangka

atau menarik kesimpulan terburu-buru.

Ajari kami pergi ke tempat yang tidak akan dikunjungi orang lain,

mencari waktu perlu untuk memahami,

memperhatikan hal-hal penting,

tidak terganggu oleh hak-hak yang tak berguna,

membedakan penampilan menipu dari kebenaran.

Berilah kami rahmat untuk tahu dimana Kau tinggal di dunia kami

dan apa yang benar perlu diberitahukan

kepada orang lain dari apa yang kami lihat.

sumber: Pena Katolik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar