Jumat, 12 Februari 2021

TELAAH ATAS AYAT-AYAT AL-QUR'AN TENTANG JADINYA MANUSIA

 


Al-Qur’an merupakan pusat spiritualitas islam. Umat islam menyakini Al-Qur’an langsung berasal dari Allah SWT. Apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dilihat dan dipercaya merupakan kata-kata Allah sendiri. Karena itu, umat islam menaruh rasa hormat yang sangat tinggi terhadap Al-Qur’an sebab di sana hadir Allah SWT. Penghinaan terhadap Al-Qur’an dinilai sebagai bentuk penghinaan kepada Allah SWT, dan orang yang melakukan hal itu wajib dihukum. Mereka mendapat dua hukuman, yaitu di dunia dan di akhirat. Allah sendiri sudah memberikan bentuk hukuman tersebut (QS al-Maidah: 33), dan umat islam wajib melaksanakannya. Hukuman di dunia adalah: dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Sedangkan hukuman di akhirat adalah azab yang besar.

Ada banyak pemahaman tentang Al-Qur’an, yang berasal dari Al-Qur’an sendiri. Sering kali dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk (QS al-Jasiyah: 20), atau juga pelajaran dan tuntunan, yang kesemuanya ditujukan kepada umat islam. Tak jarang pula ia disebut sebagai keterangan yang jelas (QS Ali Imran: 138). Sebagai keterangan yang jelas inilah banyak orang menganggap Al-Qur’an tak butuh tafsir-tafsir lagi; apa yang tertulis dalam Al-Qur’an, seperti itulah dimaknai.

Tak sedikit umat islam membanggakan Al-Qur’an yang selalu menjawab kebenaran alam. Mereka selalu mengaitkan kejadian alam dengan Al-Qur’an seolah-olah hal itu telah dijelaskan oleh Al-Qur’an. Akan tetapi, jika kita menelaah dengan akal sehat, tentulah kita menemukan fakta lain. Misalnya soal proses terjadinya manusia. Setidaknya ada sekitar 24 ayat dalam Al-Qur’an yang memberi keterangan tentang bagaimana manusia itu terjadi (tentang ayat-ayat ini, silahkan baca ayat-ayat jadinya manusia dalam Al-Qur’an). Dari 24 ayat itu, ada 21 ayat tersebar dalam surah-surah Makkiyyah. Dan dari teks-teks Al-Qur’an yang membahas tentang proses terjadinya manusia, kita mendapatkan 2 kesimpulan awal.

1.    Inkonsistensi keterangan

Jika kita membaca ayat-ayat jadinya manusia, secara terang benderang kita langsung menemukan adanya ketidak-konsistenan informasi terkait bahan dan juga proses untuk jadinya manusia. Sekalipun dikatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah keterangan yang jelas, namun wahyu tentang proses terjadinya manusia tidak ada keseragaman informasi, sehingga membuat Al-Qur’an menjadi kitab yang tidak jelas.

Ada 4 surah yang mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah tanpa keterangan tanah apa dan tak ada bahan lain lagi (QS al-Anam: 2; QS ar-Rum: 20; QS Sad: 71; QS an-Najm: 32). Ada 2 surah yang secara spesifik menyebut jenis tanah, yaitu tanah liat (QS as-Saffat:11) dan tanah kering (QS ar-Rahman: 14). Sedangkan dalam QS al-Mukminum: 12 dikatakan bahwa bahannya adalah saripati tanah. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan saripati tanah; dan tanah apa yang dimaksud Secara kasat mata ada perbedaan antara tanah dengan tanah liat, sekalipun sama-sama tanah.

Ada 5 surah yang mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari air mani tanpa keterangan adanya campuran bahan lain lagi (QS an-Nahl: 4; QS Yasin: 77; QS an-Najm: 46; QS al-Qiyamah: 37; QS Abasa: 19). Keterangan dari 5 surah ini juga tidak seragam. Ada yang mengatakan dari mani saja, ada yang dari setetes mani, ada pula yang mengatakan air mani. Tidak jelas mana yang benar, karena secara kasat mata setetes dengan air itu beda. Yang menarik, ada satu surah yang bahannya berbeda-beda, yaitu surah an-Najm, dimana dalam ayat 32 disebut bahannya tanah, tapi dalam ayat 46 bahannya mani.

Selain itu, ada 1 surah yang mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari segumpal darah (QS al-Alaq: 2). Tampak jelas bahwa tidak ada keterangan adanya campuran bahan lain lagi. Artinya, untuk menjadikan manusia hanya dibutuhkan segumpal darah.

Jadi ada 10 ayat yang menyebut bahan tunggal untuk proses terjadinya, yaitu tanah, air mani dan segumpal darah. Akan tetapi, kita menemukan juga ayat-ayat lain yang memberi keterangan bahwa manusia tidak hanya berasal dari satu bahan tunggal saja, melainkan campuran. Ada yang menyebutkan campuran antara tanah dan air mani (QS al-Kahf: 37; QS Fatir: 11). Ada pula yang menyebut campuran dari 3 bahan tunggal di atas, yaitu tanah, air mani dan segumpal darah (QS al-Mu’min: 67; QS al-Hajj: 5). Surah al-Insan: 2 memang menyebut bahwa manusia dari setetes mani yang bercampur, namun tidak jelas bercampur dengan apa?

Ketidak-konsistenan tidak hanya menyangkut bahan untuk terjadinya manusia, melainkan juga bagaimana proses terjadinya. Dalam surah al-Mu’min dikatakan bahwa dari perpaduan antara tanah, setetes mani dan segumpal darah lalu dimasukkan dalam rahim ibu dan lahirlah seorang anak. Surah an-Najm mengatakan bahwa tanah sebagai bahan baku manusia ditempatkan dalam perut ibu. Berbeda dengan surah an-Najm, surah al-Qiyamah mengatakan bahwa setetes mani sebagai bahan baku manusia ditempatkan dalam rahim ibu. Agak sedikit aneh surah ar-Rum, dimana dikatakan bahwa dari tanah tiba-tiba jadilah manusia. Keanehan seperti ini terjadi juga dengan bahan tunggal lainnya, yaitu mani. Hanya mani. Kalau dalam surah al-Qiyamah ada sedikit prosesnya, yaitu setetes mani masuk ke dalam rahim lalu melekat di sana. Dari sanalah kemudian terjadi manusia dan dilahirkan. Akan tetapi, bahannya hanya mani.

Dalam surah al-Hajj digambarkan bahwa ada percampuran bahan antara tanah, setetes mani dan segumpal darah lalu segumpal daging. Semua itu kemudian berproses menjadi manusia, dan proses itu terjadi dalam rahim. Setelah tiba waktunya, lahirlah bayi. Agak mirip seperti ini, dengan hanya dua bahan pokok, yaitu saripati tanah dan air mani, surah al-Mukminum menggambarkan bahwa campuran bahan itu dimasukkan ke dalam rahim. Kemudian perpaduan itu dijadikan segumpal daging, lalu ada tulang belulang yang kemudian dibungkus dengan daging sampai akhirnya dilahirkan sebagai manusia.

2.    Pertentangan dengan ilmu pengetahuan

Dalam surah Ali Imran ayat 138 Allah SWT mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah keterangan dan pelajaran bagi umat manusia, khususnya kaum islam. Seperti yang telah jelaskan di atas Al-Qur’an itu diyakini sebagai perkataan Allah sendiri. Dengan demikian, Allah-lah memberikan keterangan dan pelajaran kepada umat islam. Karena Allah itu dipercaya sebagai mahabenar, maka keterangan dan pelajaran-Nya pun diyakini sebagai benar. Karena itu, dalam QS al-Haqqah: 51 Allah SWT berfirman, “Dan sungguh, Al-Qur’an itu kebenaran yang meyakinkan.”

Ada banyak keterangan dan pelajaran yang diberikan Allah. Salah satunya adalah proses terjadinya manusia. Pada poin kesimpulan pertama di atas kita telah dijelaskan betapa kacaunya keterangan yang diberikan Allah. Tampak jelas adanya inkonsistensi Allah dalam memberikan keterangan soal bahan dan proses jadinya manusia. Bagaimana keterangan Allah ini dikaitkan atau dikonfrontasikan dengan ilmu pengetahuan?

Sangatlah jelas bahwa keterangan dan pelajaran yang diberikan Allah SWT adalah kacau. Secara ilmiah, proses terjadinya manusia dalam rahim ibu tidak membutuhkan tanah. Memang harus ada air mani yang masuk ke dalam vagina ibu, namun yang berperan untuk proses pembuahan adalah sperma. Jika Allah menjelaskan bahwa untuk terjadinya manusia dibutuhkan campuran bahan tanah, mani dan segumpal darah, tidaklah demikian halnya secara ilmu pengetahuan. Berdasarkan ilmu biologi, campuran yang dibutuhkan untuk terjadinya manusia adalah sperma dan ovum. Ilmu pengetahuan membedakan antara air mani dan sperma; tidak semua air mani itu adalah sperma; dan sperma memang berada dalam air mani. Jika Allah itu sungguh mahatahu, seharusnya Dia langsung mengatakan sperma, bukan mani.

Dengan kata lain, ilmu pengetahuan menyanggah keterangan dan pelajaran yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an. Bagi ilmu pengetahuan, tidak benar ada tanah dimasukkan ke dalam vagina sebagai bahan pokok untuk menjadi manusia; tidak benar hanya air mani langsung ditempatkan dalam rahim dan menjadi manusia.

Karena itu, sangatlah terang benderang betapa Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Dunia sudah mengakui bahwa ilmu pengetahuan sudah teruji kebenarannya. Jika kita menggunakan ilmu pengetahuan sebagai tolok ukur penilaiannya, maka kita mendapatkan beberapa kepastian: [1] keterangan dan pelajaran Al-Qur’an tentang proses terjadinya manusia pastilah salah. Tidak pernah terbukti bahwa terjadinya manusia itu karena ada tanah yang dimasukkan ke dalam vagina wanita bersamaan dengan air mani. [2] Allah yang memberi keterangan dan pelajaran itu pastilah Allah yang sok tahu, bukan Allah yang mahatahu. Allah sebenarnya tidak tahu, tapi berlagak tahu.

DEMIKIANLAH telaah atas ayat-ayat yang memberikan keterangan dan pelajaran tentang proses terjadinya manusia. Dari hasil telaah itu kita mendapatkan satu kesimpulan, yaitu tak mungkin Al-Qur’an itu berasal dari Allah. Setiap umat beragama, termasuk juga islam, yakin dan percaya bahwa Allah itu diimani sebagai yang mahatahu dan maha sempurna. Karena Dia maha sempurna, maka tidak ada celah sedikitpun untuk salah; dan karena Dia mahatahu, maka tidak akan mungkin ada celah sedikitpun untuk salah. Karena Dia maha sempurna dan mahatahu itulah maka Dia juga adalah mahabenar.

Akan tetapi, membaca Al-Qur’an tentang gambaran terjadinya manusia, kita mendapatkan secara benderang bahwa Allah itu salah, alias tidak benar. bagaimana mungkin Allah yang mahabenar bisa salah? Karena itulah, berangkat dari analisa ini, akhirnya kita sampai pada dugaan bahwa Al-Qur’an merupakan hasil rekayasa Muhammad.

Lingga, 3 Desember 2020

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar