Rabu, 10 Februari 2021

PAUS FRANSISKUS DAN TRANSPARANSI GEREJA


Pada 11 Desember 2013, Majalah Time memberikan gelar person of the year kepada pemimpin Gereja Katolik ke-266, Paus Fransiskus. Paus “serba pertama” ini mengalahkan penggebrak dunia lainnya yang masuk nominasi anugerah ini. Mereka adalah Edward Snowden, Edith Windsor, Bashar Assad dan Ted Cruz. Memang Paus Fransiskus bukanlah paus pertama yang menerima anugerah ini. Tahun 1994 TIME memberikannya kepada Paus Yohanes Paulus II, dan tahun 1962 Paus Yohanes XXIII yang mendapatkan gelar Man of the Year.

Salah satu poin yang menjadi penilaian majalah ini adalah soal transparansi keuangan Gereja. Berkaitan transparansi, Paus Fransiskus benar-benar membuat gebrakan. Pada bulan Juni 2013 Paus Fransiskus menyerukan transparansi. Ia menghendaki supaya pusat kekuasaan agama Katolik itu transparan soal keuangannya. Karena itu, Paus meminta lembaga keuangan di Vatikan untuk membuka laporan keuangan bagi publik. Hal ini merupakan bentuk pertanggungjawaban moral dan sesuai dengan semangat Injil.

Menanggapi seruan Paus itu, maka dibentuklah suatu lembaga khusus untuk mengaudit keuangan. Selain itu, dan ini yang terpenting, Bank Vatikan melakukan transparansi keuangan. Pada awal Oktober lalu, Bank Vatikan mulai mempublikasikan laporan keuangannya sebagai salah satu wujud transparansi. Ini merupakan publikasi laporan keuangannya yang pertama sejak berdirinya 125 tahun lalu.

Tuntutan transparansi ini mengisyaratkan adanya korupsi di dalam Gereja, khususnya di pusat jantung kekatolikan. Hal ini tak perlu disangkal lagi. Karena itulah, Rm. Edy Purwanto, sekretaris eksekutif KWI, mengatakan bahwa Paus Fransiskus menginginkan Gereja bersih dari korupsi. Tentu saja harapan Paus akan “Gereja yang bersih dari korupsi” ini bukan hanya yang ada di Vatikan, melainkan juga di seluruh dunia.

Adanya korupsi dalam Gereja (entah itu Paroki, Keuskupan ataupun yayasan), sebenarnya bukanlah merupakan hal baru lagi. Yang terjadi selama adalah usaha menutup-nutupi sehingga terkesan Gereja merupakan lembaga yang bersih dari korupsi. Karena itu, gebrakan Paus Fransiskus menjadi tamparan yang menyadarkan kita.

Ada yang menarik dari peristiwa gebrakan Paus berkaitan dengan transparansi ini. Sekalipun Paus sadar bahwa ada korupsi di tubuh Gereja, Paus tidak terlalu berminat mengurus hal itu dengan mengobok-obok para koruptor. Bagi Paus, yang kakek moyangnya imigran Italia, korupsi itu merupakan bagian dari masa lalu. Dan yang lalu biarlah berlalu. Paus mengajak Gereja untuk menutup lembaran kelam Gereja (berkaitan dengan korupsi) dan memulai lembaran baru dengan transparansi.

Sikap Paus Fransiskus ini mirip dengan sikap Yesus terhadap perempuan yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8: 2 – 11). “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang!” Itulah kata Yesus kepada perempuan itu. Yesus tidak menghakimi dan menghukum. Dia mengajak perempuan itu untuk menutup lembaran hidup lamanya dan memulai hidup baru sebagai manusia baru. Demikianlah yang dilakukan Paus Fransiskus. Dia tidak menghakimi para koruptor, tetapi mengajak (semua) Gereja untuk memulai hidup baru dengan transparansi.

Semoga seruan Paus akan transparansi dapat menggerakkan Gereja Universal dan Partikular untuk memulai hidup baru. Sehingga dengan demikian harapan Paus akan Gereja yang bersih dari korupsi dapat benar-benar terwujud, bukan saja di Vatikan tetapi juga keuskupan bahkan tingkat paroki.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar