Minggu, 27 September 2020

SUNDA EMPIRE DAN ISLAM


Awal tahun 2020, publik Indonesia dihebohkan dengan kehadiran Sunda Empire, yang dikenal juga sebagai Kekaisaran Matahari. Kaisarnya adalah Ratu Agung Ratnaningrum, dan Sekretaris Jenderalnya (semacam mahapati) adalah Rangga Sasana. Lokasi kekaisaran ini ada di Bandung. Yang membuatnya menjadi heboh sebenarnya bukan kemunculannya, tetapi data dan fakta-fakta yang dibawa oleh Sunda Empire ini.

Kehebohan tersebut dapat dirasakan atau disaksikan saat menyaksikan acara Indonesia Lawyers Club di TV One (silakan tonton di sini; kami ambil dari Youtube.com). Hampir semua penonton terpingkal-pingkal mendengarkan keterangan Rangga Sasana, seorang petinggi Sunda Empire. Dia mengatakan Sunda Empire sudah ada sejak Alexander Agung, bahwa PBB dan Pentagon lahir di Bandung, tidak ada satu negara pun bisa berdiri tanpa sepengetahuan Sunda Empire, hingga membawa-bawa Vatikan dalam pusarannya. Ketika ada protes terkait soal data sejarah, dengan santai Rangga mengatakan bahwa kalau sejarahwan dan budayawan tidak tahu Sunda Empire, mereka harus belajar lagi. Yang protes soal data sejarah yang dipaparkan Rangga, maka mereka itu dikatakan kurang paham sejarah atau pengetahuan sejarahnya masih kurang. Ini juga yang membuat heboh.

Pada prinsipnya, data-data historis atau juga keterangan yang disampaikan oleh pihak Sunda Empire, selain tidak sesuai dengan data sejarah, juga tidak masuk akal. Misalnya, dikatakan bahwa Pakualam itu ada di Solo, padahal sebenarnya ada di Yogyakarta; atau pernyataan “Yang bisa hentikan atas nuklir tidak diledakkan adalah Sunda Empire dan saya akan umumkan itu. Segera dalam waktu dekat ini akan diumumkan sebuah sistem, yaitu empire sistem dan Jack Ma dan Bill Gates ada disana.” sungguh dirasakan sulit diterima akal sehat.

Yang menariknya adalah ternyata ada juga yang percaya kepada keterangan-keterangan Rangga (Sunda Empire) tersebut. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang menjadi pengikut Sunda Empire. Tercatat lebih dari seribu orang, yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Mereka percaya data historis yang disampaikan pihak Sunda Empire sebagai suatu kebenaran, sekalipun bertentangan dengan data historis yang sudah ada sebelumnya.

Akan tetapi, sebagaimana telah diketahui umum, Sunda Empire akhirnya bubar. Para petingginya ditangkap polisi dengan dakwaan penyebaran berita bohong. Ribuan pengikutnya mengundurkan diri karena merasa dibohongi. Semua ini bisa terjadi, pertama-tama bukan karena kesigapan aparat polisi, tetapi karena negara mempunyai aturan hukum. Siapa saja yang melakukan kebohongan publik dan menimbulkan keresahan akan berhadapan dengan hukum, dan polisi bertindak atas amanat hukum. Tanpa ada hukum yang dibantu oleh aparat polisi, tentulah Sunda Empire tetap eksis. Terkait kebenaran data historis, mungkin akan muncul gesekan di tengah masyarakat yang bisa mengarah ke anarkis.

Sangat menarik kalau kemunculan Sunda Empire ini dibandingkan dengan kemunculan islam. Kira-kira pada awal abad VII, Muhammad tampil dan membawa satu misi baru, yaitu islam. Perlu diketahui bahwa jauh sebelum Muhammad lahir, di Arab sudah ada masyarakat kristiani, yang diyakini berasal dari aliran Nestorianisme. Orang Yahudi pun sudah ada. Kedua kaum ini sudah memiliki kitab suci, jauh sebelum buyut Muhammad lahir. Tak jarang warta Muhammad, yang juga bersinggungan dengan isi kitab suci kristen dan Yahudi, bertentangan dengan apa yang ada dalam kitab suci tersebut.

Muhammad menyebut Daud dan Sulaiman (Salomo, dalam tradisi kristen dan Yahudi) sebagai nabi, padahal kitab suci kristen dan Yahudi tak pernah menganggap mereka sebagai nabi kecuali sebagai raja. Muhammad menyampaikan kisah Adam dan Hawa, dimana dalam kisah itu terbersit suatu fakta bahwa Adam dan Hawa serta setan atau iblis ada di sorga, padahal kitab suci kristen dan Yahudi menyebut Adam, Hawa dan juga setan atau iblis ada di bumi; tak akan mungkin setan atau iblis ada di sorga. Muhammad menyebut Maria sebagai putri Imran, padahal orang kristen dan Yahudi tahu Maria dan Imran sudah beda zaman puluhan abad. Muhammad mengatakan bahwa Yesus tidak mati di salib, padahal kitab suci kristen dan orang Yahudi tahu bahwa Yesus mati di kayu salib. Terkait dengan kematian Yesus ini, ternyata sejarah dunia juga mengakui bahwa Yesus mati di salib. Contoh lain, Muhammad mengatakan bahwa ka'bah adalah makam Ibrahim (orang kristen dan Yahudi menyebutnya Abraham), padahal tidak hanya orang Yahudi dan kristen saja tetapi juga orang Hindu, Arab lainnya tahu bahwa sama sekali tidak ada kaitan antara Ka'bah dengan Ibrahim.

Demikianlah pertentangan yang tampak pada warta Muhammad (islam) dengan data yang sudah ada sebelumnya. Masih banyak perbedaan dan pertentangan yang ada. Hal tersebut sama seperti pertentangan yang tampak pada warta Rangga Sasana (Sunda Empire) dengan data yang sudah ada sebelumnya. Cara menyikapi pertentangan atau perbedaan itu pun tak jauh berbeda. Jika Rangga Sasana mengatakan bahwa yang berbeda dengan Sunda Empire itu berarti pengetahuan sejarahnya kurang lengkap atau kurang paham akan sejarah, Muhammad menyatakan kitab suci Yahudi dan kristen sudah dipalsukan. Artinya, kesalahan ada pada pihak lain; selalu berada di pihak luar.

Karena itu, patut diduga bahwa sama seperti kemunculan Sunda Empire menimbulkan kehebohan, demikian pula kehadiran islam. Sama seperti kebanyakan orang yang paham sejarah dunia terpingkal-pingkal mendengar keterangan Rangga, demikian pula yang dialami orang kristen dan Yahudi, yang tahu isi kitab suci, saat mendengar warta Muhammad. Bukan tidak mustahil, orang Yahudi dan kristen dulu menilai bahwa Muhammad telah melakukan kebohongan, sama seperti orang dewasa ini yang menilai keterangan Rangga Sasana.

Akan tetapi, nasib Sunda Empire berbeda dengan nasib islam. Sunda Empire akhirnya bubar dan tinggal menunggu waktu akan hilang, kecuali kisahnya akan tetap terus dikenang. Sementara islam tetap eksis. Kenapa islam bisa tetap ada hingga kini? Pertama-tama patut diakui bahwa kedua entitas ini hadir pada masa yang berbeda. Sunda Empire hadir dimana masyarakat sudah mempunyai pengetahuan luas (ditunjang internet dan media sosial) dan sudah dilengkapi dengan aturan hukum serta aparat penegak hukum. Sementara islam hadir dimana pengetahuan masyarakat belum luas (belum ada internet dan media sosial), dan belum ada aturan hukum serta aparat yang menegakkannya. Jika dulu sudah ada hukum yang mendakwa kebohongan, bukan tidak mustahil nasib Muhammad tak jauh berbeda dengan Rangga Sasana. Demikian halnya, jika saat ini tidak ada hukum dan aparat penegak hukum, tentulah Sunda Emipre tetap eksis meski akan terjadi gesekan di tengah masyarakat. Selain itu, satu hal lain yang membedakannya adalah Muhammad menggunakan nama Allah untuk menutupi kebohongannya, sementara Sunda Empire hanya mengandalkan kekuatan manusia. Namun biar bagaimana pun, situasi zaman yang berbeda turut mempengaruhi. Sekalipun saat tampil Sunda Empire membawa-bawa nama Allah, tetap saja ia akan hancur.

Kebohongan Muhammad (islam) pun terlihat di kemudian hari ketika ilmu pengetahuan sudah berkembang. Misalnya, soal pernyataan bahwa matahari beredar pada orbitnya. Zaman dulu, ketika pengetahuan belum berkembang, masyarakat menerima saja hal itu sebagai suatu kebenaran. Namun, perkembangan pengetahuan akhirnya membuktikan bahwa matahari tidak beredar, tetapi tetap. Atau contoh lain soal proses terjadinya manusia, dimana Muhammad mengatakan bahwa manusia berasal dari campuran tanah dan setetes mani yang ditempatkan dalam rahim. Masyarakat dulu menerima saja karena memang tidak tahu. Tapi sekarang, dengan kemajuan teknologi dan ilmu, orang tahu bahwa sama sekali tidak ada unsur tanah, dan orang bisa membedakan antara mani dengan sperma. Bukan air mani yang membentuk manusia, tetapi sperma. Akan tetapi, kebenaran apa pun tetap saja disalahkan. Kebenaran hanya milik Muhammad (islam).

Bisakah kebohongan tersebut diadili?

Dabo Singkep, 20 September 2020

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar