Jumat, 19 Juli 2019

INI ALASAN KENAPA ISLAM DISEBUT AGAMA PEMBOHONG

Pernah terjadi di media sosial seseorang menulis di akun facebook-nya: “Islam itu agama penipu.” Sontak saja status tersebut mendapat komentar atau tanggapan negatif, yang umumnya berasal dari umat islam. Ada yang mengumpat dengan menggunakan kata-kata babi dan anjing (meski 2 binatang itu termasuk haram/najis dalam agama islam. Tentang hal ini silahkan baca “Babi dalam Islam” dan “Anjing dalam Islam”). Ada yang mengutuk. Ada juga yang menanggapi dengan menulis, “Semoga kamu segera mendapat hidayah”, atau “Semoga azab Allah swt ditimpakan padamu”, dan kalimat-kalimat lain yang senada. Ada pula yang mengaitkan dengan orang Kristen dan/atau zionis Yahudi yang dianggap selalu memusuhi islam. Namun ada juga yang berusaha menyadarkan bahwa status tersebut bertujuan mengadu-domba.
Yang jelas tidak ada satu orang pun yang berusaha menanyakan kepada pemilik akun facebook itu soal dasar dari pernyataannya. Kenapa dia mengatakan bahwa islam itu agama penipu atau pembohong. Karena tidak ada yang bertanya, maka kami mencoba berusaha menggalinya sendiri.
Penelusuran pertama kami lakukan pada umat awam. Kami mencoba memperhatikan akun-akun umat islam (identifikasi dari nama pemilik akun). Jamak ditemui status-status dari akun-akun tersebut yang bernuansa kebohongan dan pembohongan. Misalnya, pernah ditampilkan foto tapak kaki ukuran besar atau helaian rambut panjang atau baju putih ukuran super, lalu dikatakan bahwa semua itu milik Nabi Muhammad saw. Kemudian dikatakan, ketik kata ‘amin’, maka anda mendapatkan anugerah. Menanggapi status ini, ada begitu banyak orang mengetik kata “amin”.
Ada beberapa akun facebook menampilkan aksi seorang pemuda berjalan di atas sungai yang disaksikan puluhan orang, tetapi dalam statusnya ditulis, “Subahana, pemuda Palestina bisa berjalan di atas air”, atau “Luar biasa, seorang pemuda muslim mampu berjalan di atas sungai.” Kemudian dia meminta orang untuk mengetik kata “amin” atau menekan tombol “like”. Menanggapi status tersebut, ada begitu banyak orang mengetik kata “amin” atau menekan tombol “like”. Namun ada juga yang berusaha membuka mata dan otak orang lain dengan mengatakan bahwa tayangan itu adalah aksi pesulap, yang sama sekali bukan orang Palestina dan bukan pula orang islam.
Contoh lain lagi dapat diperhatikan dua gambar di samping ini. Yang atas gambar masjid di tengah laut, lalu dikatakan itu dari peristiwa tsunami Palu 28 September lalu, satunya lagi ada dua kategori gambar: di atas gambar ka’bah dan di bawah gambar wajah orang yang kena penyakit aneh. Kedua gambar ini sama-sama mengajak orang untuk mengetik kata “amin” dan membagikan gambar tersebut agar mendapatkan rezeki; gambar wajah orang yang kena penyakit aneh merupakan bentuk ancaman jika tidak bantu menyebarkan.
Masih banyak lagi kebohongan dan pembohongan yang dapat dijumpai di media sosial facebook ini. Kebohongan dan pembohongan itu dilakukan dengan kesadaran dan kesengajaan, tapi mungkin yang melakukan itu tidak tahu kalau yang dibuatnya adalah kebohongan; mereka mungkin menyadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan sebuah kebaikan dan kebenaran. Kebohongan ini berbeda dengan kebohongan yang jamak juga dijumpai di facebook, misalnya seperti kebohongan Ratna Sarumpaet. Kebohongan yang dibuat oleh saudara-saudari islam ini dilakukan dengan menggunakan atribut agama islam.
Di media massa juga banyak dijumpai kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh umat islam. Ada beberapa mualaf terkenal yang melakukan kebohongan publik, baik di media massa maupun pada kesempatan-kesempatan seminar atau ceramah. Kita kenal Hj Irene, Ustadz Samudra, Felix, Yahya, dan masih banyak lagi. Hj Irene mengaku dirinya mantan suster dan ahli kristologi. Ustadz Samudra dan Yahya (sebelumnya mengaku bernama Yohanes Pembaptis) mengaku mantan pastor, sedangkan Felix mengaku sebagai frater, anak mantan petinggi PGI yang kuliah di Vatikan. Kebohongan-kebohongan yang mereka buat bukan hanya sebatas pengakuan identitas dirinya saja, melainkan juga apa yang mereka sampaikan kepada siapa saja, khususnya kepada umat islam. (lebih lanjut mengenai mualaf yang berbohong silahkan klik di sini).
Salah satu kebohongan terbesar yang dilakukan umat islam di media massa adalah soal Paus Benediktus XVI yang masuk islam (jadi mualaf). Berita tokoh besar masuk islam kerap dijumpai di media-media islam, yang biasanya diteruskan di media sosial. Misalnya Christian Ronaldo. Bahkan ada media online memberi judul berita yang cukup sensasional: “Ternyata Yesus Itu Islam. Banyak Orang Kristen Kecewa.”
Melihat begitu banyaknya umat islam yang suka berbohong dengan menggunakan atribut agama islam, dapat mengindikasikan bahwa kebohongan menjadi bagian dari hidup umat islam. Namun, menjadi pertanyaan dari mana kebiasaan berbohong itu diperoleh? Ibarat pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, kebiasaan berbohong umat islam ini tentulah tak lepas dari peran mereka yang ada di atasnya, yakni para ulama. Akan tetapi, apakah benar para ulama itu punya kebiasaan berbohong? Apakah ada dasar untuk membenarkan pernyataan ini?
Tentulah untuk menjawab pertanyaan di atas diperlukan sebuah penelitian mendalam. Namun kita dapat memakai pengakuan seorang muslim tentang ulama. Adalah DR Nader Poerhassan, yang pada tahun 2002 menulis sebuah buku dengan judul The Corruption of Moslem Minds. Buku ini berisi refleksi Nader yang sangat mendalam, jujur dan apa adanya tentang islam, terutama para ulama. Dalam bukunya itu, ada satu pernyataan yang merupakan sebuah kesimpulan, bahwa selama ini ulama telah berbohong kepada umat muslim.
Jadi, kebohongan yang dilakukan oleh orang islam tidak hanya terjadi pada kalangan bawah (awam) saja, melainkan juga di kalangan atas (ulama). Mark A Gabriel, pada bab 12 dari bukunya Islam and Terrorism, membuat kesimpulan bahwa kebohongan dan penipuan adalah bagian dari pola pikir islami. Menjadi pertanyaan adalah dari mana teladan kebohongan itu mereka peroleh. Siapakah yang telah memberikan contoh atau mengajarkan hal demikian? Dalam islam Muhammad adalah teladan tingkah laku yang sempurna (bdk QS Al-Ahzab: 21), sosok sempurna yang harus diikuti dan dicontohi; bukan cuma ajarannya yang musti diikuti, tapi juga perbuatan-perbuatannya. Adakah indikasi kebohongan pada diri Muhammad sehingga umat islam mengikutinya?
Menilik sejarah hidup Muhammad, ada begitu banyak kasus kebohongan yang terjadi. Karena hidup Muhammad tak lepas dari peperangan, maka satu pernyataannya yang menarik adalah “Perang adalah penipuan” (ini menjadi judul bab dari buku Robert Spencer dengan judul The Truth about Muhammad). Ketika Maslama dan 3 orang temannya hendak membunuh Ka’b bin al-Ashraf, karena selalu mengkritik Muhammad, mereka minta izin untuk berbohong pada Ka’b, dan Muhammad mengizinkan mereka. Hal yang sama terjadi pada peristiwa pembunuhan Sufyan bin Khalid, ketua bani Lihyan di Urana. Abdullah bin Unays, orang yang dipercaya untuk melakukan tugas tersebut, meminta izin dari Muhammad untuk melakukan kebohongan dan penipuan dalam melaksanakan tugasnya, dan Muhammad memberinya izin.
Sangat menarik juga jika mengetahui kisah Amar bin Yasser, salah satu sahabat Nabi Muhammad. Dia pernah ditangkap dan disiksa oleh suku Quraish. Dia dapat dibebaskan jika dia menyangkal Muhammad dan islam, dan hal itu dilakukannya. Setelah dia kembali ke kelompok Muhammad, dia menceritakan peristiwa itu, termasuk telah menyangkal Muhammad dan islam. Bukan mendapat amarah, Yasser malah mendapat peneguhan. Muhammad mengatakan jika hal itu terjadi lagi padanya ia harus melakukan hal yang sama tanpa perlu malu. Peristiwa serupa terjadi juga pada Abdullah bin Anis Aljohani ketika diutus untuk membunuh salah satu musuh Muhammad, yakni Sha’ban bin Khalid al-Hindi. Untuk memudahkan misinya, di hadapan al-Hindi, Aljohani melakukan kebohongan dengan mengutuki Muhammad dan pengikutnya (baca Islam and Terrorism, 79).
Menilik riwayat hidupnya, dapat disimpulkan bahwa Muhammad adalah sosok pembohong. Sebenarnya hal ini bukan merupakan hal yang baru. Tabari mengungkapkan bahwa Umar bin Khattab pernah menyebut Muhammad sebagai pembohong. Dan orang-orang kafir pada masanya (mungkin orang Arab pra-islam, Nasrani atau juga Yahudi) mengatakan Muhammad sebagai pembohong dengan menggunakan al-quran; dengan kata lain, al-quran adalah kebohongan yang dilakukan Muhammad (bdk. QS Al-Furqan: 4 – 6). Peristiwa peracunan terhadap Muhammad, yang dilakukan oleh istrinya yang Yahudi, juga terkait dengan kebohongan. Sang istri ingin membuktikan apakah Muhammad itu sungguh seorang utusan Allah atau hanya sekedar pembohong. Orang Yahudi dan Kristen menolak kenabian Muhammad karena kebohongan-kebohongan dalam wartanya. Standar penilaian mereka adalah alkitab, dan ternyata warta Muhammad tidak sama dengan apa yang tertulis dalam alkitab.
Jadi, kebohongan yang terjadi pada umat islam, baik di kalangan awam maupun ulama, mungkin diturunkan dari Nabi Muhammad, sebagai teladan sempurna. Umat islam, baik itu kaum ulama maupun awam, tidak hanya mengikuti cara berpakaian atau janggut nabi, tetapi juga pengajaran dan perbuatannya. Karena itu, seandainya Muhammad mengajarkan soal penipuan atau mengizinkan pembohongan, maka umat islam pun akan mengikutinya.
Hingga di sini kita dapat menemukan bahwa kebohongan dalam dunia islam begitu mengakar. Kebohongan itu tidak hanya ada pada umatnya saja, melainkan juga pada nabi yang paling disanjung dan diagungkan. Karena itu benar apa yang dikatakan Mark Gabriel bahwa kebohongan dan penipuan adalah bagian dari pola pikir islami. Menjadi pertanyaan, apakah Allahnya juga demikian?
Bukan tidak mustahil kalau Allah islam ini adalah pembohong, suka menipu. Surah An-Nisa ayat 142 berisi pengakuan Allah sendiri, “Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka.” Allah bukannya menegur umat yang hendak menipu-Nya atau memperbaiki kesalahan mereka, tetapi malah membalas menipu atau berbohong. Hal ini bisa terjadi kalau karakter pembohong itu ada pada Allah. Kata-kata Allah swt dalam surah An-Nisa itu mirip dengan pernyataan yang lazim, “Masak pembohong dibohongi.” Dari sini dapat dikatakan bahwa Allah swt adalah penipu atau pembohong. Kita dapat mengajukan beberapa bukti kebohongan Allah, yang terdapat dalam al-quran (kita pakai asumsi bahwa al-quran itu kitab yang berasal dari Allah).
Pertama, soal teori geosentris. Dalam al-quran Allah mengatakan bahwa matahari beredar pada orbitnya (dan mungkin mengelilingi bumi). Hal ini dapat dibaca di QS Ibrahim: 33, QS Al-Anbiyas: 33, QS Ar-Rahman: 5 dan QS Yasin: 38, 40. Tentulah hal ini suatu kebohongan, karena ternyata matahari tetap (tidak bergerak) pada titiknya, sedangkan bumi beredar pada orbitnya. Kedua, soal kematian Yesus. Dalam al-quran Allah mengatakan bahwa yang mati di kayu salib itu bukan Yesus (Isa putera Maryam), melainkan orang yang menyerupainya (QS An-Nisa 157). Padahal catatan sejarah dari para sejarahwan Yahudi dan Romawi (mereka bukan orang Kristen) juga para murid Yesus menegaskan bahwa Yesus sungguh mati di kayu salib. Jadi, di sini tampak nyata Allah swt telah berbohong.
Demikianlah rentetan kebohongan atau penipuan yang terjadi dalam dunia islam, dimulai dari umat awam hingga Allah swt. Dari sini patutlah diambil satu kesimpulan bahwa agama islam itu penipu atau pembohong; atau kalau mau lebih halus lagi, meminjam kata-kata Mark Gabriel, bahwa kebohongan dan penipuan adalah bagian dari pola pikir islami. Dan mungkin inilah yang menjadi dasar pernyataan islam itu agama pembohong yang ada pada akun fecebook yang menjadi topik bahasan ini.
Lingga, 15 Juli 2019
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar