PAUS FRANSISKUS, PERSON OF THE
YEAR 2013
Majalah TIME adalah
majalah berita mingguan Amerika Serikat. Ia didirikan pada tahun 1923 oleh
Briton Hadden dan Henry Luce. Edisi pertamanya terbit pada 3 Maret 1923. Dengan
perjalanan sejarah yang sangat panjang, majalah ini memiliki beberapa tradisi.
Salah satunya adalah penganugerahan gelar Person
of the Year (sebelumnya Man of the
Year), yang sudah dimulai sejak tahun 1927. Kriteria untuk gelar ini tidak
harus orang baik, melainkan orang yang paling mempengaruhi berita-berita pada
tahun tersebut. Tentu kita masih ingat akan nama Adolf Hitler dan Ayatollah
Khomeini yang pernah mendapat gelar ini.
Tahun 2013 ini, tepatnya pada 11 Desember lalu, majalah TIME
memberikan gelar Person of the Year
kepada Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik ke-266. Paus Fransiskus
“mengalahkan” penggebrak dunia lainnya yang masuk nominasi anugerah ini. Mereka
adalah Edward Snowden, Edith Windsor, Bashar Assad dan Ted Cruz. Memang Paus
Fransiskus bukanlah paus pertama yang menerima anugerah ini. Tahun 1994 TIME memberikannya kepada Paus Yohanes
Paulus II dan tahun 1962 Paus Yohanes XXIII yang mendapatkan gelar Man of the Year.
Paus Fransiskus, yang oleh majalah TIME disebut sebagai ‘The
People’s Pope’ (Pausnya kaum papa), dipilih oleh TIME karena dianggap mampu mengubah wajah Vatikan dalam waktu 9
bulan. TIME mendasarkan pilihannya
pada cara Paus Fransiskus menyikapi kemiskinan, keadilan, transparansi, modernisasi, globalisasi, hak kaum perempuan,
pernikahan dan bujuk rayu kekuasaan.
Paus pertama dari Ordo Jesuit ini melihat bahwa Kuria Roma
menjelma menjadi organisasai pemerintahan yang disibukkan dengan urusan
administratif. Akibatnya, sisi pelayanan dan pewartaan pastoral kurang mendapat
tempat. Gereja, termasuk para hierarki, makin sibuk dengan urusan duniawi yang
menggiurkan. Bagi Paus, yang kakek moyangnya imigran Italia, Gereja keropos
bukan karena kuatnya ateisme, melainkan karena kelakuan anak-anaknya, bukan
hanya awam, tetapi juga imam, biarawan dan biarawati.
Berkaitan transparansi, Paus Fransiskus
benar-benar membuat gebrakan. Bank Vatikan, yang terkenal reputasinya akan
ketertutupan dan intrik, mulai melakukan transparansi. Pada awal Oktober lalu,
bank ini membuka laporan keuangannya ke publik. Ini merupakan publikasi laporan
keuangan yang pertama sejak berdirinya 125 tahun lalu. Karena itulah, Rm. Edy
Purwanto, sekretaris eksekutif KWI, mengatakan bahwa Paus Fransiskus
menginginkan Gereja bersih dari korupsi.
Anugerah Person of the
Year yang diterima Paus Fransiskus tahun ini tentulah membawa sukacita bagi
umat Katolik. Ada perasaan bangga karena pimpinannya menerima anugerah
bergengsi tingkat dunia, apalagi anugerah itu diraih karena prestasi atau
karena hal positif. Konferensi Waligereja Indonesia melihat bahwa anugerah dari
majalah TIME ini merupakan bukti
kinerja Paus.
Karena anugerah ini sudah sepantasnya Paus Fransiskus
dijadikan contoh teladan bagi umat Katolik dan umat manusia pada umumnya. Bagi
Gereja Katolik, rasanya tidaklah lengkap apabila rasa bangga atas anugerah
tersebut tidak disertai adanya perubahan dalam Gereja. Misalnya, soal transparansi
keuangan Gereja (paroki, misalnya). Tanpa adanya perubahan, maka kebanggaan itu
hanyalah kebanggaan semu. Adalah ironis jika umat lain melakukan transparansi
karena terinspirasi Paus Fransiskus, sementara Gereja Katolik sama sekali
tidak.
Jakarta, 13 Des 2013
by: adrian, dari
beberapa sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar