Senin, 12 November 2018

KAUL KEMISKINAN DARI MASA KE MASA

Para imam, suster dan bruder terikat pada janji atau kaul kemiskinan. Ketika hendak ditahbiskan atau mengucapkan kaul kekal, orang-orang ini akan mengikrarkan kaul kemiskinan. Kaul kemiskinan ini dihayati sebagai bentuk penghayatan akan nilai-nilai Injili; atau dengan kata lain, ingin menyamai Kristus Yesus. Sebab Yesus yang diikuti adalah Yesus yang miskin. Karena itu, mengikuti Kristus berarti juga ambil bagian dalam kemiskinan-Nya.
Akan tetapi, sangat jamak ditemui dewasa ini kaum religius dan juga biarawan-biarawati yang bergelimpangan harta kekayaan duniawi. Ada imam dengan tunggangan motor pribadi yang mahal. Ada imam memiliki mobil. Ada suster atau bruder dengan HP android mahal di tangan kiri dan laptop di tangan kanan serta kamera DSLR tergantung di lehernya. Di beberapa tempat ada imam punya rumah atau tanah pribadi. Apakah ini bertentangan dengan janji atau kaul kemiskinannya?
Tulisan “Perjalanan Kaul Kemiskinan” mencoba menjawab pertanyaan di atas. Tulisan ini merupakan sebuah refleksi atas kaul kemiskinan dalam perjalanan waktu. Dari sana kita akan dapat memahami situasi penghayatan kaul kemiskinan dewasa kini, yang jelas berbeda dengan penghayatannya di masa lampau. Setiap sejarah punya kisahnya.
Akan tetapi, tulisan ini juga, karena merupakan sebuah refleksi, menyajikan satu pertanyaan refleksi untuk kaum muda dewasa kini yang hendak menjawab panggilan Tuhan. Lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, silahkan klik di sini. Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar