Jumat, 10 Agustus 2018

MENGENAL JENIS KOPI DAN KWALITASNYA


Masyarakat Indonesia tentu sudah tak asing lagi dengan minuman warna hitam beraroma. Itulah yang dikenal dengan sebutan kopi. Ada banyak produk kopi di pasaran; ada banyak cafe atau warung yang menawarkan kopi. Tapi apakah orang tahu jenis kopi yang disajikan itu?
Ada banyak jenis kopi di dunia ini. Kopi torabika atau kopi Toraja itu bukan termasuk jenis kopi. Itu hanya sekedar nama. Untuk di Indonesia, setidaknya ada 4 jenis kopi, yaitu arabika, robusta, liberika, dan ekselsa. Tiap-tiap jenis kopi berbeda satu dengan yang lain. Dengan kata lain, masing-masing kopi memiliki kekhasan tersendiri.
1.     Kopi Arabika
Tanaman kopi arabika ini dipercaya berasal dari daerah Etiopia, kemudian dibawa oleh pedagang Arab ke Yaman. Bangsa Arab mulai mempopulerkan ekstrak biji kopi arabika yang diseduh dengan air panas sebagai minuman penyegar. Mungkin hal inilah yang menyebabkannya disebut arabika, sekalipun asalnya dari Afrika.
Kopi arabika tumbuh di daerah dengan ketinggian 700 – 1.700 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 16 – 20°C. Semakin tinggi lokasi kebunnya, cita rasa yang dihasilkan biji kopi arabika akan semakin baik. Ukuran dan bentuk biji kopi arabika lebih besar dan cenderung lonjong, tidak seperti biji kopi robusta yang bulat.
Mengenai cita rasa, kopi arabika memiliki banyak variasi sehingga lebih menggoda daripada jenis kopi lainnya. Kopi arabika memiliki tekstur yang halus sehingga lebih kental di mulut. Tingkat keasaman kopi arabika lebih tinggi dibandingkan kopi lainnya. Selain itu, kopi arabika  terasa pahit. Namun, kandungan kafein kopi arabika lebih rendah, yaitu sekitar 1,2%. Kopi arabika mempunyai wangi aroma percampuran bunga, buah dan rempah.
2.     Kopi Robusta
Di dunia, kopi robusta  termasuk kopi kelas kedua setelah arabika. Tanaman kopi robusta ini dipercaya berasal dari daerah Afrika, khususnya di sekitar kawasan Kongo. Penemu awal kopi robusta adalah seorang ilmuwan Belgia, yang melihat jenis kopi ini sebagai alternatif tanaman kopi baru selain arabika. Pilihan ini semakin kuat mengingat kopi robusta memiliki kemampuan hidup yang kuat, tahan terhadap cuaca ekstrem dan kebal terhadap wabah karat daun. Karena itulah, kopi diberi nama robusta, dari kata bahasa Inggris robust, yang berarti kuat.
Kopi robusta dapat tumbuh dan hidup di daerah dengan ketinggian 400 – 700 meter di atas permukaan laut dengan temperatur antara 21 – 24°C. Berbeda dari biji kopi arabika yang cenderung berbentuk lonjong, bentuk biji kopi robusta adalah bulat.
Kandungan gula dalam kopi robusta lebih rendah daripada kopi arabika. Jika kadar gula kopi arabika mencapai 6 – 9%, kopi robusta hanya sekitar 3 – 7%. Hal inilah yang membuatnya mempunyai tekstur sedikit lebih kasar di lidah dan lebih pahit. Berbeda dengan kadar gula, kandungan kafein kopi robusta lebih tinggi dari kopi arabika. Jika kopi arabika 1,2%, kandungan kafein kopi robusta mencapai 2,2%. Hanya kopi robusta tidak memiliki kadar asam, sehingga aman buat lambung.
3.     Kopi Liberika
Nama liberika diambil dari nama tempat ditemukannya pertama kali jenis kopi ini, yaitu di daerah Liberia. Sama seperti dua jenis kopi sebelumnya, kopi ini tumbuh liar di daerah Afrika, khususnya Afrika Barat. Pada tahun 1878, jenis kopi ini didatangkan pemerintah Belanda ke Indonesia untuk menggantikan kopi arabika yang terserang hama penyakit. Namun daya tahan terhadap penyakit kopi liberika masih kalah jauh dengan kopi robusta, sehingga akhirnya pemerintah Belanda menggantinya dengan kopi robusta.
Tak jauh beda dengan kopi robusta, kopi liberika dapat tumbuh dan hidup di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400 – 600 meter di atas permukaan laut. Akan tetapi, pohon ini tetap bisa hidup dan tumbuh di daerah dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Temperatur ideal pertumbuhan kopi liberika ada pada kisaran 27 – 30°C, dengan curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun.
Popularitas kopi liberika masih jauh di bawah dua kopi sebelumnya (arabika dan robusta). Hal inilah yang membuat petani tidak mau membudi-dayakan jenis kopi ini. Ada banyak faktor penyebabnya. Pohon kopi liberika bisa tumbuh mencapai 9 meter. Biji kopi liberika memang jauh lebih besar, bahkan bisa dua kali dari biji kopi arabika. Akan tetapi, tingkat susutnya setelah kering lebih tinggi, sehingga sekalipun besar tapi ringan. Selain itu, kopi liberika ini memiliki aroma menyengat tajam seperti buah nangka, dengan rasa pahit yang lebih kental. Karena beraroma menyengat, biasanya penyajian kopi ini selalu dicampur dengan susu atau krim lainnya untuk mengimbangi aroma menyengatnya.
4.     Kopi Ekselsa
Kopi ekselsa ditemukan pertama kali pada tahun 1905 oleh August Chevallier, seorang botanis dan ahli taxonomi asal Perancis. Dia menemukan kopi ini di sekitar aliran Sungai Chari, tak jauh dari Danau Chad di Afrika Barat. Kopi ini termasuk varietas kopi liberika. Kedua kopi ini juga kurang populer di kalangan petani kopi dan juga penikmat kopi.
Tak jauh beda dengan kopi robusta dan kopi liberika, kopi ekselsa dapat dikembangkan di daerah dengan ketinggian 0 – 750 meter di atas permukaan laut. Idealnya tanaman ini ditanam di daerah beriklim tropis dengan curah hujan sedang. Temperatur ideal pertumbuhan kopi liberika ada pada kisaran 27 – 30°C. Kopi ekselsa tahan terhadap penyakit karat daun.
Memang kopi ekselsa ini tidak terlalu banyak dibudi-dayakan, sekalipun pohonnya dapat tumbuh di dataran rendah, lembab dan tahan terhadap hama serta cepat berbuah (3,5 tahun). Mungkin salah satu faktor tak banyaknya orang memproduksi kopi ini adalah aromanya, yang seperti kopi liberika, yaitu menyengat tajam dengan rasa pahit yang sangat kental. Sama seperti kopi liberika, penyajian kopi ekselsa selalu dengan susu sehingga aroma menyengatnya berkurang.
Koba, 4 Juli 2018
by: adrian, diolah dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar