Rabu, 11 Oktober 2017

KPK: GEREJA HARUS AUDIT KEUANGAN

Seorang anggota senior KPK menantang Gereja Katolik untuk melakukan audit keuangan demi mendorong transparansi dan akuntabilitas. Alexander Marwata, wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mengatakan bahwa audit untuk lembaga keagamaan, termasuk Gereja, penting karena mereka akan memberi contoh penting kepada pihak lain.
Paus Fransiskus telah menunjukkan sebuah contoh yang bagus dengan mengundang akuntan atau ekonom untuk mengaudit keuangan Vatikan,” kata Marwata dalam sebuah seminar di Jakarta, yang diselenggarakan oleh Konferensi Waligereja Indonesia pada 15 Juli lalu. “Umat paroki mempercayai terkait kelola keuangan, tetapi Gereja perlu mengaudit keuangannya,” ujarnya.
Sekretaris eksukutif Komisi Keluarga KWI, Pastor Hibertus Hartana MSF, salah satu pembicara, setuju bahwa keseluruhan urusan keuangan Gereja harus dilakukan audit agar lebih transparan dan akuntabel. “Beberapa keuskupan di Indonesia telah menerapkan supervisi paroki secara rutin. Tim supervisi sudah masuk ke paroki-paroki untuk melihat bagaimana administrasi dan tata kelola keuangan,” ungkap Rm. Hartana.
Rm. Hartana MSF mengatakan bahwa para uskup sangat prihatin dengan korupsi sehingga mereka mengeluarkan nota pastoral pada bulan Mei tahun 2017. Korupsi disebabkan oleh keserakahan, maka umat katolik harus melawan dan mencegahnya, dimulai dari keluarga, kata Rm. Hartana.
Handoyo, seorang pembicara muslim, pejabat KPK lain, mengatakan bahwa semua institusi keagamaan rentan disusupi para koruptor. Bukan hanya institusi katolik saja yang perlu transparan, organisasi islam juga harus, demikian ungkap Handoyo.
Marwata mengatakan bahwa penerbitan nota pastoral para uskup Indonesia untuk memerangi korupsi sangat membantu kampanye anti-korupsi KPK. Indonesia berada di peringat 90 dari 176 negara menurut Transparansi Internasional pada Indeks Persepsi Korupsi tahun 2016. “Nota pastoral seharusnya tidak hanya mengilhami umat katolik tapi juga orang-orang dari agama lain karena korupsi adalah masalah di semua komunitas,” katanya.
Yohanes Santoso, seorang umat Paroki Santa Maria Tangerang, Provinsi Banten, mengatakan bahwa audit keuangan Gereja adalah penting. “Meski uang disumbangkan oleh umat paroki, maka diperlukan audit agar lebih akuntabel,” katanya.
Namun, Maria Stefania dari Paroki St. Kristoforus, Grogol Jakarta Barat, tidak setuju dengan audit karena sumbangan hanya memerlukan kejujuran dari mereka yang menangani uang tersebut. “Uang itu disumbangkan oleh umat paroki untuk kebutuhan internal Gereja,” katanya.
Saudari Maria lupa bahwa audit dan transparansi keuangan berguna untuk mencegah terjadinya korupsi. Harus dipahami bahwa setiap manusia, termasuk para imam, sangat rentan terhadap godaan uang. Santo Paulus sudah mengungkapkan bahwa akar dari kejahatan adalah cinta akan uang (1Tim 6: 10). Karena itu, untuk mencegah terjadinya kejahatan itu dibutuhkan adanya audit dan transparansi.
Baca juga tulisan terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar