Sabtu, 21 Mei 2016

Orang Kudus 21 Mei: St. Herman Yosef

SANTO HERMAN YOSEF, PENGAKU IMAN
Herman Yosef lahir pada sekitar tahun 1150 di Cologna. Tabiatnya yang baik dan hidupnya yang saleh diwarisi dari orangtuanya. Semenjak kecilnya ia menaruh cinta yang luar biasa kepada Bunda Maria dan Yesus. Di kalangan kawan-kawannya Herman dikenal sebagai anak periang, rajin dan ramah. Selain rajin bergaul dengan kawan-kawannya, ia sealu menyempatkan dirinya untuk bercakap-cakap dengan Bunda Maria dan Tuhan Yesus di dalam Gereja.
Suatu kali, ketika Herman berangkat ke sekolah, ia menyempatkan diri berdoa kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus di dalam gereja. Kepada Bunda Maria dan Yesus ia mempersembahkan sebutir apel yang diberikan ayahnya sebagai bekal sekolah. Ia mengulurkan apel itu kepada Yesus, namun ia tidak cukup tinggi untuk dapat mencapai tangan Yesus. Ia mau memanjat patung itu tapi merasa tidak sopan. Dengan sungguh ajaib bahwa tiba-tiba Bunda Maria tersenyum lalu membungkuk menerima pemberiannya. Herman tertawa ceria. Sesudah berpamitan ia keluar dari gereja karena takut terlambat.
Herman mengangap Bunda Maria dan Yesus sebagai teman akrabnya. Setiap kali ia singgah di gereja untuk membisikkan isi hati dan menceritakan pengalamannya. Pernah ia datang tanpa bersepatu, padahal pagi itu udara sangat dingin. Bunda Maria menunjuk ke sebuah ubin yang terlepas. Herman membalik ubin itu dan mendapati sejumlah uang buat membeli sepatu. Setelah itu, setiap kali Herman memerlukan sesuatu, di tempat itulah selalu tersedia apa yang diperlukannya.
Ketika berusia 12 tahun, tiba-tiba Bunda Maria minta agar ia masuk biara. Herman merasa heran. “Bukankah saya masih terlalu kecil?” ujarnya. Ternyata ia diterima juga sebagai postulan, dan kemudian novis dalam Ordo Santo Norbetus di Steinfeld. Atas permintaan Bunda Maria ia menambah namanya menjadi ‘Herman Yosef’. Sebagai seorang biarawan, Herman rajin membina dirinya dengan berbagai latihan rohani setiap pagi, selain sibuk dengan pekerjaan rumah tangga biara. Cintanya kepada Bunda Maria dan Yesus, dan hormatnya akan Sakramen Mahakudus makin meluap. Setiap pagi ia merayakan ekaristi dan selalu melelehkan linangan air matanya.
Jikalau ia mengalami kekacauan batin, Bunda Maria datang menghiburnya. Kepadanya Bunda Maria selalu berkata, “Tidak ada yang lebih berkenan kepada Allah daripada melayani saudara-saudara karena cinta kepada Allah.” Herman kemudian menjadi sakrista (koster). Pekerjaan ini sangat disukainya, karena dengan itu ia dapat leluasa mengunjungi Sakramen Mahakudus. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia sering mengalami ekstase pada waktu mempersembahkan kurban misa. Karena kesucian hidup dan kesederhanaannya, Herman sangat disukai oleh banyak orang, teristimewa rekan-rekannya sebiara.
Herman dikenal sebagai seorang penyair yang pandai. Syairnya yang pertama dikarang untuk meluhurkan Sakramen Mahakudus. Ia juga mengarang banyak lagu, terutama untuk menghormati Bunda Maria. Selain karya-karya yang membutuhkan kehalusan budi itu, Herman juga dikenal sebagai seorang teknisi. Ia dapat memperbaiki arloji. Karena itu ia sering diminta untuk memperbaiki jam biara ataupun arloji besar yang terletak di menara gereja. Bahkan ia tidak saja dapat memperbaiki arloji. Ia bisa juga membuatnya. Menurut beberapa ahli sejarah, besar kemungkinan bahwa Herman-lah orang pertama yang membuat arloji. Ia meninggal dunia pada tahun 1241 dalam usia 90 tahun, ketika sedang merayakan upacara sengsara dan wafat Tuhan di sebuah biara suster.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar