Senin, 11 Januari 2016

Sikap Orang Katolik terhadap Non Katolik

BAGAIMANA ORANG KRISTEN KATOLIK MELIHAT ORANG NON KATOLIK
Ketika Basuki Tjahaya Purnama, atau biasa disapa Ahok, akan menduduki kursi DKI 1, karena Jokowi terpilih jadi presiden, banyak umat islam menolaknya. Bahkan Front Pembela Islam (FPI) membuat dan memilih gubernur tandingan. Akar penolakan ada pada agama Ahok, yaitu Kristen, yang di mata kaum muslim dinilai kafir. Ada ayat dari Al-Quran yang melarang umat islam dipimpin oleh orang kafir.
Pada hari raya Idul Adha 2015 lalu, Ahok ikut berkurban dengan 30 ekor sapi. Sekalipun banyak yang memujinya, namun tak sedikit pula umat muslim mencela dan mengecam. Mereka mengecam karena aksi Ahok itu hanya sekedar pencitraan untuk persiapan pilkada DKI 2017. Mereka mencela kurban Ahok karena kekafirannya. Di mata orang islam, kurban orang kafir tidak ada manfaatnya, karena tidak mendatangkan pahala. Malah FPI menilai bahwa kalau kurban itu mau mendatangkan pahala, Ahok harus masuk islam dulu.
Jadi, kurban Ahok pada momen Idul Adha dipersoalkan karena kekafirannya. Akar kekafirannya itu adalah karena agama yang dianut Ahok, yaitu Kristen.
Tulisan ini bukan mau mempermasalahkan soal jabatan pimpinan atau sumbangan/kurban oleh orang kafir, tetapi soal kekafiran itu sendiri. Tulisan ini lebih menyoroti kenapa orang islam melihat dan menilai orang Kristen itu kafir. Dengan ini sangat diharapkan supaya orang Kristen dapat memahami sikap saudara-saudarinya ini. Selain itu juga, tulisan ini mencoba memaparkan sikap Gereja Katolik terhadap orang non katolik. Apakah orang katolik juga melihat dan menilai orang non katolik itu sebagai orang kafir?
Orang Kristen itu Kafir
Pertanyaan dasarnya adalah kenapa orang muslim memandang orang Kristen itu kafir, padahal keduanya sama-sama termasuk agama samawi? Sebenarnya, bukan cuma orang Kristen saja yang dinilai kafir, tetapi juga semua orang yang bukan islam. Akan tetapi, dalam tulisan ini, kami tidak akan menyinggung sikap agama-agama lain itu, kecuali Kristen. Jadi, fokus perhatiannya adalah kenapa orang Kristen disebut kafir oleh umat islam.
Orang Kristen disebut kafir karena Al-Quran sudah menyebutnya demikian. Bagi umat muslim, Al-Quran adalah pedoman hidup. Al-Quran berisi sabda, wahyu dan perintah Allah. Apalagi ada keyakinan bahwa Al-Quran merupakan kitab yang langsung turun dari sorga. Jadi, kalau Al-Quran sudah mengatakan bahwa orang Kristen adalah kafir, itu berarti Allah sendiri sudah menyatakannya. Dan karena Allah sudah mengatakan demikian, maka umat wajib mengikutinya. Melawan perintah Allah, berarti dosa.
Ada beberapa faktor kenapa orang Kristen disebut kafir. Pertama, kepercayaan kepada Yesus (Isa Almasih) sebagai Tuhan. QS Al-Maidah: 72 mengatakan, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al Masih (Yesus) putra Maryam.” Bagi orang Kristen Yesus adalah Allah yang menjadi manusia (inkarnasi); sabda yang menjadi daging (Yoh. 1: 14). Dalam diri Yesus ada keallahan sekaligus kemanusiaan. Ini ibarat dua sisi dari uang logam. Jika hanya satu sisi saja, uang logam itu tidak bernilai. Demikian pula iman akan Yesus Kristus bagi orang Kristen. Namun, karena iman ini, orang Kristen disebut kafir.
Kedua, kepercayaan akan Allah Tritunggal. QS Al-Maidah: 73 berbunyi, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga.” Agama Kristen, sama seperti islam dan Yahudi, adalah agama monoteisme, percaya pada satu Allah. Orang Kristen mengakui bahwa ada tiga pribadi dalam satu Allah. Ini merupakan misteri iman. Mengenai misteri ini, Jeremy Tailor (1613 – 1667) pernah berkata, “Agama yang tanpa misteri adalah agama tanpa Allah.” Agama Kristen kaya akan misteri iman, karena tak mungkin manusia dapat memahami segala-galanya dengan menggunakan otak manusia yang terbatas. Namun, karena iman ini, orang Kristen disebut kafir.
Apakah dasar pengkafiran itu hanya pada dua ayat dari surat Al-Maidah ini? Tentulah tidak, karena jika hanya berpatokan pada dua ayat ini tentulah orang Yahudi, Buddha, Hindu dan Konghu Chu tidak termasuk kafir. Orang Yahudi, Buddha, Hindu dan Konghu Chu tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan, dan mereka tidak memiliki konsep Allah Trinitas. Akan tetapi, mereka semua termasuk golongan orang kafir. Inilah yang menjadi faktor ketiga, tidak mengakui kenabian Muhammad dan Al-Quran.
Kafir di sini bukan hanya sekedar sebutan untuk kelompok yang berbeda, melainkan bentuk penghinaan. Jadi, karena imannya akan Yesus sebagai Tuhan, dan akan Allah Tritunggal, orang Kristen dipandang hina oleh orang islam. Bahkan dalam QS At-Taubah: 30, orang-orang Kristen, karena imannya itu, adalah orang-orang terkutuk. Jadi, karena iman akan keallahan Yesus dan trinitas, orang Kristen bukan hanya dihina, tetapi juga dikutuk.
Sikap Gereja Katolik terhadap Orang Non Katolik
Sama seperti orang islam, sikap orang (Kristen) katolik terhadap orang bukan katolik didasarkan pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru. Kitab Suci merupakan pedoman hidup. Kitab Suci orang Kristen bukan merupakan buku sejarah, melainkan buku iman. Dan pedoman hidup itu bersumberkan pada pengajaran Yesus, yang bagi orang kristiani diakui sebagai Tuhan. Jadi, sikap orang Kristen terhadap orang non Kristen didasarkan pada ajaran Tuhan sendiri.
Bagaimana orang Kristen melihat orang non Kristen? Apakah mereka itu dilihat sebagai kafir? Jawabannya adalah TIDAK. Orang Kristen tidak melihat dan menilai orang non Kristen sebagai kafir. Sikap ini sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. Perintah ini dapat dibaca dalam Injil Matius 5: 22, “Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum, siapa yang berkata kepada saudaranya: kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata; Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Selain itu Yesus juga mengajak para murid-Nya untuk bersikap terbuka terhadap orang yang bukan termasuk kelompok mereka. Ini dapat dibaca dalam Injil Markus 9: 38 – 41. Yesus berkata, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (ay. 40). Yesus meminta para murid untuk menghargai kebaikan yang mereka terima dari orang yang tidak termasuk kelompok mereka (ay. 41). Di sini Yesus mau mengajak para murid-Nya (orang Kristen dewasa kini) untuk mau menghormati dan menghargai segala perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang bukan orang Kristen.
Sikap menghormati dan menghargai ini dilandasi pada ajaran KASIH. Yesus sangat terkenal dengan ajaran cinta kasih, dimana kasih itu tidak hanya ditujukan kepada orang satu kelompok saja, melainkan juga mereka yang berada di luar kelompok; bukan cuma pada orang yang berbuat baik saja, tetapi juga kepada mereka yang membenci, menghina, memusuhi dan berbuat jahat. Ini dapat ditemui dalam Injil Matius 5: 38 – 47, Lukas 6: 27 – 35, Markus 12: 28 – 34, Matius 22: 34 – 40, Lukas 10: 25 – 37 dan Yohanes 15: 9 – 10.
Oleh karena itu, sekalipun dihina dengan kata “kafir”, orang Kristen tidak membalasnya. Orang Kristen justru terpanggil untuk memberkati dan mendoakan serta berbuat baik. Hal inilah yang dilakukan Ahok. Meski dihina sebagai orang kafir, Ahok ikut berkurban, membangun masjid dan menolong warga DKI, termasuk di dalamnya orang muslim. Jadi, jika orang islam menyebut orang Kristen itu kafir, ia telah melaksanakan ajaran Tuhannya, karena Tuhannya orang islam sudah menyatakan demikian. Sementara orang Kristen yang menyebut siapapun kafir, dapatlah dipastikan ia tidak melaksanakan ajaran Tuhannya, karena Tuhan orang Kristen tidak mengajarkan demikian. Kalau orang Kristen melakukan ajaran Tuhan, maka ia tidak akan menyebut siapapun sebagai kafir.
Apa yang diajarkan oleh Yesus ini kembali ditegaskan oleh Rasul Paulus dan Petrus dalam surat-surat mereka. Paulus pernah berkata, “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!” (Roma 12: 17). Kepada umat di Tesalonika Paulus menulis, “Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.” (1Tesalonika 5: 15). Petrus juga pernah berkata, “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan …, tetapi sebaliknya hendaklah kamu memberkati.” (1Petrus 3: 9).
Dan semua pengajaran dalam Kitab Suci ini menjadi sikap umat Kristen pada umumnya, dan katolik pada khususnya. Ajaran-ajaran tersebut menjadi landasan bagi umat katolik dalam menyikapi orang katolik. Pada prinsipnya, orang katolik tidak akan menyebut orang yang bukan katolik sebagai kafir. Berikut ini pengajaran Gereja Katolik tentang sikapnya terhadap orang non katolik, yang diambil dari YouCat, buku pengajaran iman dan ajaran katolik untuk kaum muda.
Sikap terhadap orang protestan. Gereja Katolik melihat bahwa semua orang yang telah dibaptis menjadi milik Gereja Yesus Kristus. Orang protestan adalah juga orang Kristen. Di mata orang katolik, mereka adalah saudara.
Sikap terhadap orang Yahudi. Sekalipun orang Yahudi pernah menganggap bahwa kristianitas adalah suatu sekte sesat, Gereja Katolik tetap menganggap mereka sebagai “saudara tua”, karena Allah mengasihi mereka serta berbicara kepada mereka terlebih dahulu. Yesus sendiri orang Yahudi.
Sikap terhadap agama-agama lain (islam, Buddha, hindu, dll). Gereja katolik menghormati setiap hal yang baik dan benar dalam agama-agama lain. Sikap Gereja Katolik, yang wajib diikuti oleh umatnya ini, secara luas dan mendalam, tertuang dalam dokumen konsili dengan judul Nostra Aetate.
Palembang, 7 Oktober 2015
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

1 komentar: