Sabtu, 09 Januari 2016

Bagaimana Sikap Umat Islam terhadap Umat non Islam?

SIKAP ORANG ISLAM TERHADAP KAFIR
Pada tanggal 24 September 2015, pukul 16: 12, Gunawan Budi Utomo memposting tulisan, yang ada di situs Islam Toleran, di grup facebook AHOK 4 DKI 1. Judul tulisan itu, “Fantastis! Gubernur yang Suka Diteriaki Kafir oleh FPI Ini Berkurban 30 Ekor Sapi”. Tulisan ini mau mengatakan tentang Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau yang biasa disapa Ahok, yang menyumbang 30 ekor sapi pada hari raya Idul Adha.
Dari postingan ini muncul berbagai tanggapan yang bernada pro dan kontra. Dari sini orang dapat menarik satu kesimpulan bagaimana orang islam menyikapi orang non muslim, yang notabene adalah kafir. Dari sekian banyak postingan, kami akan mengambil postingan dari Lina AR Nasution, yang begitu banyak mengemukakan pendasaran biblis sikap umat islam terhadap orang non islam.
Pada pukul 18: 23, masih tanggal yang sama dengan postingan Gunawan Budi Utomo, Lina memberikan dasar-dasar Al-Quran, yang dapat menjadi dasar sikap orang islam terhadap orang kafir. Intinya adalah muslim haram memilih pemimpin kafir
1.    Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin
QS Ali ‘Imraan: 28, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung), dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).”
QS An-Nisaa’: 144, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”
QS Al-Maaidah: 57, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi PEMIMPINMU, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik)). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman
2.    Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin walau kerabat keluarga sendiri.
QS At-Taubah: 23, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi WALI (Pemimpin/Pelindung) jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
QS Al-Mujaadilah: 22, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
3.    Al-Quran melarang menjadikan orang kafir sebagai teman setia
QS Ali ‘Imran: 118, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
QS At-Taubah: 16, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman? Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
4.    Al-Quran melarang saling menolong dengan kafir
QS Al-Qashash: 86, “Dan kamu tidak pernah mengharapkan agar Al-Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.”
QS Al-Mumtahanah: 13, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.”
5.    Al-Quran melarang menaati orang kafir
QS Ali ‘Imran: 149 – 150, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik penolong.”
6.    Al-Quran melarang beri peluang kepada orang kafir
QS An-Nisaa’: 141, “…, dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”
7.    Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah munafiq
QS An-Nisaa’: 138 – 139, “Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
8.    Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah Zalim
QS Al-Ma’idah: 51, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ZALIM.”
9.    Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah fasig
QS Al-Ma’idah: 80 – 81, “Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang FASIQ.
10. Al-Quran menilai bahwa umat muslim yang menjadikan orang kafir sebagai pemimpin adalah sesat
QS Al-Mumtahanah: 1, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-banr keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus.
11. Al-Quran mengancam azab bagi yang jadikan kafir sebagai pemimpin/teman setia
QS Al-Mujaadilah: 14 – 15, “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka AZAB yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”
12. Al-Quran mengajarkan doa agar muslim tidak menjadi sasaran fitnah orang kafir
QS Al-Mamtahana: 5, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (SASARAN) FITNAH bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Demikianlah 12 poin yang menjadi pendasaran sikap orang islam terhadap orang kafir. Duabelas poin ini merupakan perintah Allah, bukan nabi, karena Al-Quran merupakan sabda Allah yang langsung turun dari sorga. Menjadi pertanyaan kita sekarang adalah siapa itu orang kafir?
Dari diskusi dengan topik kurban Ahok ini, kita juga dapat mengetahui siapa yang disebut kafir itu oleh Allahnya orang islam. QS Al-Ma’idah: 72 dan 73 jelas-jelas merujuk orang Kristen, karena iman mereka akan Yesus sebagai Tuhan Allah dan pengakuan iman akan trinitas. Akan tetapi, sekalipun orang Hindu, Buddha, Konghu chu dan Yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan, tetap juga mereka masuk kategori kafir. Kenapa bisa begitu?
Melalui postingan Iqmal Putra Hayat pada 25 September 2015, pukul 13: 24, kita dapat mengetahui dasar pengkafiran orang Hindu, Buddha, Konghu chu, Yahudi dan lainnya. Dalam postingan itu, Iqmal memberikan 4 bentuk kafir dengan dasar Al-Qurannya:
1.    Kafir Harbi, yaitu kafir yang memusuhi islam. Dasarnya adalah QS At-Taubah: 107, “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).”
Ayat ini sering dipakai umat islam untuk mencurigai itikad baik orang lain. Segala itikad baik orang selalu dinilai dusta, karena Allah sudah mengatakan demikian. Karena itu, ketika ada orang kafir mengulurkan tangan, selalu ditolak, karena itu hanyalah dusta. Ada udang di balik batu.
2.    Kafir ‘Inad, yaitu kafir yang mengenal Tuhan dengan hati dan mengakui-Nya dengan lidah, tetapi tidak mau menjadikannya sebagai suatu keyakinan karena ada rasa permusuhan, dengki dan semacamnya. Dasarnya adalah QS Hud: 59, “Dan itulah peristiwa kaum Aad mereka mengingkari ayat-ayat keterangan Tuhan mereka, serta mereka menderhaka kepada Rasul-rasulnya; dan mereka menurut perintah tiap-tiap penguasa yang sewenang-wenang menentang kebenaran.”
3.    Kafir Ingkar, yaitu yang mengingkari Tuhan secara lahir dan batin, rasul-rasulnya serta ajarannya. Ada dua dasarnya. QS Al-Baqarah: 212, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang Dia kehendaki tanpa batas.” QS An Nahl: 107, “Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.”
4.    Kafir Kitabi, yaitu mereka yang yakin beberapa kepercayaan pokok islam, tapi kepercayaan mereka tidak utuh, cacat dan parsial. Sederhananya, mereka yang menolak Nabi Muhammad dan Al-Quran. Iqmal tidak memberikan dasar biblis untuk kategori kafir ini.
Dari 4 jenis kafir di atas, dapat disimpulkan bahwa kafir adalah orang-orang yang berada di luar islam, karena tidak menerima islam. Sekalipun orang Kristen, Hindu, Buddha, Yahudi percaya akan Tuhannya, tetap saja mereka kafir karena tidak menerima Tuhannya islam dan Muhammad. Padahal ada banyak alasan kenapa orang tidak mau menerima. Misalnya saja, mungkin orang tidak mau menerima konsep Tuhannya islam yang penuh kebencian, permusuhan, paranoid dan menakutkan. Mungkin orang tidak mengakui kenabian Muhammad karena catatan sejarahnya yang buruk, seperti kepala perampok, membantai dua suku Yahudi secara sadis, nafsu besar sehingga anak kecil (Aisyah belum genap 10 tahun, Safiyah berumur 17 tahun) dan menantunya (Zainab bin Jash) pun dinikahi.
Namun yang menarik adalah, sekalipun dikatakan kafir, belum pernah terdengar orang Buddha, Hindu, Kristen dan lainnya menyebut islam itu kafir. Sangat menarik jawaban Fajar dalam polemiknya dengan Iqmal (baca di sini), ketika menjawab pertanyaan Iqmal tentang apa sebutan untuk orang yang tidak seiman. Fajar menulis, “Orang Kristen menyebut orang beragama islam sebagai orang islam… Orang Hindu bilang orang beragama islam sebagai orang islam. Orang Buddha sebuat orang beragama islam sebagai orang islam…” Orang non islam tidak menyebut orang islam sebagai kafir. Mungkin Tuhannya tidak membolehkan umat-Nya mengkafirkan orang lain, atau karena tidak punya konsep itu.
Satu pertanyaan, setelah memahami bagaimana umat islam menyikapi umat non islam, adalah dapatkan toleransi dibangun dengan umat islam di semua negara yang plural? Rasanya sangat mustahil, karena salah satu dasar terwujudnya toleransi adalah kesamaan kedudukan dan adanya sikap saling menghargai. Dari uraian di atas terlihat begitu jelas bahwa di mata umat islam, orang non islam berkedudukan lebih rendah. Tidak ada sikap menghargai perbedaan dalam diri orang islam. Di samping itu, Tuhan juga sudah melarang umat-Nya untuk bergaul dengan orang non islam. Kalau sudah begini, bagaimana bisa terwujud toleransi?
Pangkalpinang, 27 September 2015
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

4 komentar:

  1. membca uraian skap umt islam thd non islam, dgn merujuk dr al quran bs dikatakan bhw allah org islam itu semcam paranoid

    BalasHapus
  2. Mengerikan ajarannya. Sungguh tidak toleran

    BalasHapus
  3. Lina AR Nasution org kafir yg ngaku islam. Dia cuma mw jelekin islam aja

    BalasHapus