Minggu, 20 Desember 2015

Cara Sederhana Edukasi Seks pada Anak

PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK-ANAK
Kekerasan seksual terhadap anak dewasa ini memunculkan pemikiran perlunya pendidikan seks ditanamkan sejak usia dini. Banyak ahli menilai bahwa pendidikan seks yang baik dan benar, sedikitnya dapat mengatasi atau mengurangi kejahatan seks terhadap anak, karena anak sudah memiliki bekal untuk menghadapinya.
Akan tetapi, tuntutan akan pendidikan seks usia dini ini berbenturan dengan kebingungan sebagian kalangan orangtua tentang bagaimana menerapkan pendidikan seks yang tepat itu kepada anaknya. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan yang berlaku masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu.
Karena itulah, psikolog Vera Itabiliana Hadiwijojo berpendapat bahwa langkah pertama untuk penerapan pendidikan seks ini adalah perubahan pola pikir, khususnya para orangtua. Seks tidak lagi dianggap sebagai tabu. Dengan perubahan ini, orangtua akan lebih nyaman menyampaikan segala sesuatu terkait dengan seks, dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami anak.
Pendidikan seks untuk anak mempunyai 2 fungsi, yaitu internal dan eksternal. Fungsi internal bertujuan membangun kesadaran anak akan tubuhnya. Pemahaman akan tubuh di sini tidak hanya sebatas organ seksualitas saja, melainkan juga tubuh secara keseluruhan. Anak diajak untuk menjaga, menghargai dan menghormati tubuh mereka sendiri, sebelum menuntut orang lain menghargainya.
Terkait dengan fungsi internal ini, ada 3 hal yang perlu diperhatikan untuk disampaikan kepada anak:
1.    Tidak Merusak Tubuh
Orangtua perlu mengatakan kepada anak bahwa tubuh merupakan anugerah Tuhan. Orangtua bisa membuat perbandingan dengan hadiah orangtua kepada anak. Tanyakan kepada anak, apa perasaan orangtua jika hadiahnya dirusaki oleh anak? Pastilah jawabannya kecewa. Nah, demikian pula Tuhan akan kecewa jika kita merusak tubuh kita.
Hal-hal yang dapat merusak tubuh adalah seperti merokok, narkoba, implan, dll. Orangtua perlu menjelaskan bahaya-bahaya merokok, narkoba, silikon bagi tubuhnya. Dengan penjelasan ini, akan terbangun kesadaran anak untuk menjaga tubuhnya sendiri.
2.    Tidak Mencemarkan Tubuh
Di sini orangtua perlu kembali menjelaskan soal tubuh sebagai anugerah Tuhan. Harus dijelaskan siapa “pemilik” tubuh sebenarnya. Hal ini bertujuan supaya anak tidak mudah memberikan tubuhnya kepada orang lain untuk disalahgunakan demi kepentingan komersial atau pribadi.
Hal-hal yang dapat dikategorikan mencemarkan tubuh adalah seperti foto-foto telanjang, narsisme dan eksibisionisme. Jadi, kepada anak perlu juga dijelaskan soal pornografi yang ada di media sosial. Dengan penjelasan ini akan terbangun kesadaran anak untuk tidak “telanjang di depan kamera”.
3.    Merawat Tubuh
Di sini lebih pada soal kesehatan organ seks. Kepada anak dijelaskan bahwa yang pertama sekali bertanggung jawab atas tubuhnya adalah dirinya sendiri. Hal ini berkaitan juga dengan urusan organ seksnya seperti vagina dan payudara untuk anak putri, dan penis untuk anak putra. Kepada anak harus dijelaskan kaitan antara kebersihan dan kesehatan. Ini bisa menggunakan juga perbandingan kiasan lainnya. Intinya, anak diajak untuk paham dan mau menjaga kebersihan organ seksnya.
Selain fungsi internal, pendidikan seks untuk anak-anak juga memiliki fungsi eksternal yang bertujuan agar anak dapat mengantisipasi pengaruh luar. Sebenarnya, beberapa fungsi internal di atas, jika benar-benar ditanamkan dengan baik, dapat juga membentu anak menghadapi pengaruh negatif dari luar.  Terkait dengan fungsi eksternal ini, ada beberapa hal yang pelu diperhatikan.
1.    Siapa yang boleh sentuh tubuh anak
Jika anak sudah memahami betapa berharganya tubuhnya, anak akan menjaga supaya tubuhnya itu tidak disalahgunakan oleh orang lain. Anak akan protes jika ada orang lain mencoba menyentuh tubuhnya, terlebih bagian yang sensitif. Namun anak juga perlu diberitahu siapa saja yang boleh menyentuh tubuhnya itu, dengan seizin dirinya atau orangtuanya.
Orang-orang yang diperkenankan menyentuh tubuh anak adalah orangtua dan dokter atau tenaga medis. Sekali lagi, mereka harus meminta izin. Akan tetapi, perlu dijelaskan juga alasan mereka menyentuh tubuh anak. Tanpa alasan yang jelas, anak wajib menolak.
2.    Soal harga diri
Harus dijelaskan kepada anak bahwa tubuh merupakan pemberian Tuhan. Karena Tuhan itu maha mulia, maka pemberian-Nya pun memiliki nilai mulia. Tubuh manusia sungguh mulia. Kemuliaan tubuh itu membuat diri manusia berharga, baik di mata Tuhan maupun sesama. Karena itu, segala bentuk pencemaran, pelecehan dan perusakan terhadap tubuh merupakan wujud perendahan harkat, martabat dan harga diri manusia.
Penjelasan ini akan membuat anak berani menolak setiap bujukan atau rayuan sekalipun diiming-imingi hadiah atau uang untuk melakukan tindakan pencemaran atau perusakan tubuh seperti persetubuhan, pornografi atau pornoaksi. Anak akan tahu bahwa tindakan-tindakan itu dapat merendahkan harga diri dan martabat luhurnya.
Bagaimana persoalan seks ini diedukasikan kepada anak? Ada 4 poin yang dapat dilakukan.
a)   Harus dilakukan orang terdekat. Orangtua menjadi penanggungjawab utama. Anak cowok diajari oleh ayahnya, sedangkan anak cewek oleh ibunya. Dalam prosesnya, orangtua harus komunikatif, rendah hati dan mau mendengarkan. Hal ini dapat membuat anak merasa nyaman untuk bertanya dan mendengarkan masukan dari orangtuanya.
b)   Disesuaikan dengan daya tangkap anak. Setiap anak memiliki daya tangkap yang berbeda satu sama lain. Orangtua lebih mengenal kondisi anaknya. Karena itu, orangtua dapat memakai cara tersendiri dalam penyampaian pendidikan seks buat anaknya.
c)   Pemantauan terus menerus. Orangtua harus mengetahui kapan anaknya mengalami mimpi basah atau menstruasi pertama kali. Khusus untuk anak putri, seorang ibu seharusnya sudah dapat mengantisipasinya, sehingga ketika anak mendapatkannya, anak tidak mengalami trauma atau hal lainnya. Saat anak mengalami mimpi basah atau menstruasi, orangtua harus menjadi sahabat yang baik sehingga orangtua lebih mudah mengingatkan kembali fungsi alat kelamin dan tidak menyalahgunakannya.
d)   Segamblang mungkin. Penjelasan seputar masalah seks hendaknya disampaikan segamblang mungkin kepada anak. Jangan memakai istilah kiasan atau istilah yang multi tafsir. Dengan penjelasan yang benar dan menyeluruh, anak tidak akan berimajinasi atau memiliki sudut pandang sendiri. Penjelasan yang tidak utuh justru akan memancing rasa penasaran anak, yang kemudian berusaha sendiri mencari jawabannya.
Kejahatan-kejahatan seksual yang terjadi saat ini memang sudah sampai pada taraf memprihatinkan. Kejahatan-kejahatan itu bisa saja dilakukan oleh orang lain dengan anak sebagai korbannya, bisa juga dilakukan oleh anak sendiri. Konon orang lain itu kebanyakan adalah orang terdekat dengan anak. Semua kejahatan ini menunjukkan ada yang salah dengan pendidikan seks. Orang tidak lagi menghargai tubuh sebagai sesuatu yang luhur dan mulia.
Oleh karena itu, pendidikan seks sejak usia dini terasa sangat mutlak untuk diterapkan. Pendidikan ini tidak harus diwujudkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah, melainkan sudah ditanamkan kepada anak dari rumah. Yang berperan mutlak di sini adalah orangtua.
by: adrian
Sumber: kompas health
Baca juga tulisan lainnya:

1 komentar: