BERSEMBUNYI DI BALIK KE-SIBUK-AN
Seorang teman dimintai
bantuannya untuk mengisi renungan di website. Hanya satu renungan saja.
Permintaan itu diajukan jauh sebelum renungan diterbitkan. Akan tetapi, dengan
berat hati teman itu menolak. Dia merasa keberatan.
“Saya sangat sibuk.”
Demikian kelitnya.
Sibuk merupakan sebuah kata
yang paling mudah diucapkan untuk berkelit dari beban tugas yang tidak
menyenangkan. Ada dua alasan kenapa kata ini dipakai. Pertama, malas melaksanakan tugas tersebut. Mungkin tugas tersebut
tidak menarik atau tidak mendatangkan imbalan secara langsung. Imbalan di sini
tidak harus dipahami sebagai honor saja, melainkan pujian.
Kedua,
pemberi
tugas. Tak bisa dipungkiri, masih banyak orang lebih melihat siapa yang memberi
tugas itu daripada nilai tugaas itu sendiri. Jika yang memberi tugas atau yang
meminta tolong itu adalah orang yang biasa-biasa saja, pasti dengan sangat
mudah orang menolak. Dan sekali lagi dengan alasan ke-sibuk-an. Namun jika yang
memberi tugas atau yang meminta tolong itu adalah orang yang punya status
penting atau cewek cantik atau orang yang selalu memberi bantuan, dapat
dipastikan tugas itu akan segera disanggupi.
“Romo, bisa minta misa di
rumah buat ulangtahun Tata?” Pinta seorang ibu muda yang cantik, yang sering
mengisi kulkas pastoran.
“Kapan?” Sang imam tidak
memberi jawaban, tetapi langsung bertanya kapan acara tersebut diadakan.
Akan tetapi, jika yang minta
itu umat biasa-biasa saja, pasti sang imam pura-pura membuka agenda, dan tak
lama kemudian menyatakan penyesalan karena tak dapat memenuhi permintaan itu.
Inilah manusia. Kita suka
sekali menyembunyikan kemalasan kita di balik ke-sibuk-an. Ketidak-sukaan kita
pada si pemberi tugas pun dapat kita sembunyikan di balik kata sibuk ini. Sekalipun
tidaklah sibuk, namun kita akan selalu berusaha membuat dan mencari kesibukan
lainnya. Tujuannya, supaya tugas yang tidak menyenangkan itu berlalu dari hidup
kita.
Jadi, dengan mengungkapkan
kata sibuk, orang lain tidak akan tahu bahwa kita sedang malas, atau kita tidak
respek terhadap pemberi tugas. Dengan
demikian cap negatif tidak akan menimpa diri kita. Orang tentu tidak akan
berkesan buruk terhadap kita, karena yang mereka tangkap adalah kita sedang
sibuk. Umumnya orang tidak berusaha untuk mencari tahu seperti apa kesibukan
kita.
Seandainya orang menyelidiki
ke-sibuk-an kita, tentulah orang akan tahu bahwa sebenarnya kita tidak terlalu
sibuk-sibuk amat. Masih ada waktu luang untuk melaksanakan tugas yang diminta
tanpa menggangu aktivitas lain. Akan tetapi, karena malas dan tidak suka dengan
pemberi tugas, orang hanya dapat mengatakan: sibuk.
Batam,
15 Juli 2015
by:
adrian
Baca
juga tulisan lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar