Banyak kasus korupsi terjadi karena pengelolaan uang yang
tidak transparan. Lalu lintas keluar-masuk uang hanya diketahui satu atau doa
orang saja. Orang lain tidak layak dan tidak boleh tahu. Bahkan orang yang
seharusnya bisa tahu pun dicegah untuk tahu. Tak ada yang boleh/dapat tahu
kecuali boss dan seorang “bendahara”-nya.
Saat ini korupsi sudah merasuk jiwa manusia. Akarnya adalah
cinta akan uang (bdk. 1Tim 6: 10). Di mana ada manusia, pasti ada korupsi. Lembaga
apa pun, sejauh dikelola oleh manusia, pasti akan tercemar korupsi. Jangankan lembaga
negara atau sipil-swasta, lembaga agama, seperti Gereja, juga sudah disusupi
budaya korup. Yayasan keagamaan, yayasan keuskupan atau keuskupan sendiri serta paroki tak
luput dari korupsi. Bukan cuma umat awamnya saja yang melakukannya, tetapi juga
para imamnya. Ini karena tak adanya sistem transparansi keuangan.
Pada bulan Juni lalu Paus Fransiskus menyerukan transparansi.
Mungkin beliau sudah mencium aroma korup di Vatikan, secara khusus bank yang
dikelola Vatikan, yaitu Institut Kerja Religius (IOR). Sudah menjadi rahasia
umum kalau masalah duit sangat-sangat ditutup rapat. Dan sudah sejak lama IOR
mempunyai reputasi ketertutupan dan intrik. Paus Fransiskus tidak menghendaki
hal ini terus terjadi. Karena itu, didorong oleh rasa tanggung jawab moral dan
semangat Injili, ia menyerukan keterbukaan dalam hal keuangan. Paus Fransiskus
menghendaki supaya pusat kekuasaan agama Katolik itu transparan soal dananya.
Menanggapi seruan Paus ini, maka dibentuklah suatu lembaga
khusus untuk mengaudit keuangan. Selain itu, dan ini yang terpenting, Bank
Vatikan melakukan transparansi keuangan. Pada awal Oktober lalu, Bank Vatikan
mulai mempublikasikan laporan keuangannya sebagai salah satu wujud
transparansi. Ini merupakan publikasi laporan keuangannya yang pertama sejak
berdirinya 125 tahun lalu.
Vatikan, yang merupakan pusat kekuasaan Gereja Katolik, sudah
mencanangkan dan melakukan transparansi pengelolaan keuangan. Bagaimana dengan
yang di bawahnya? Apakah keuskupan dan paroki sudah mulai melakukan transparansi keuangan? Persoalannya ada di Uskup dan Pastor Kepala Paroki. Beranikah Pastor Kepala Paroki membuka laporan keuangan
kepada pastor pembantunya dan juga kepada mereka yang ingin tahu? Maukah Pastor
Kepala Paroki membuat pertanggungjawaban keuangan kepada umat? Artinya, kebiasaan selama ini, di mana soal uang hanya diketahui oleh Pastor Kepala Paroki dan "bendahara"-nya saja, musti ditinggalkan.
Ajakan Paus
Fransiskus ini hendaknya jangan hanya dilihat dalam lingkup Vatikan saja, melainkan
juga Gereja universal. Sudah saatnya para pastor transparan dalam pengelolaan
keuangan Gereja, baik di paroki maupun di komisi/lembaga yang ditanganinya.
Pangkalpinang, 24 Okt 2013
by: adrian, dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar