Kamis, 24 Oktober 2013

Transparansi Keuangan

Banyak kasus korupsi terjadi karena pengelolaan uang yang tidak transparan. Lalu lintas keluar-masuk uang hanya diketahui satu atau doa orang saja. Orang lain tidak layak dan tidak boleh tahu. Bahkan orang yang seharusnya bisa tahu pun dicegah untuk tahu. Tak ada yang boleh/dapat tahu kecuali boss dan seorang “bendahara”-nya.

Saat ini korupsi sudah merasuk jiwa manusia. Akarnya adalah cinta akan uang (bdk. 1Tim 6: 10). Di mana ada manusia, pasti ada korupsi. Lembaga apa pun, sejauh dikelola oleh manusia, pasti akan tercemar korupsi. Jangankan lembaga negara atau sipil-swasta, lembaga agama, seperti Gereja, juga sudah disusupi budaya korup. Yayasan keagamaan, yayasan keuskupan atau keuskupan sendiri serta paroki tak luput dari korupsi. Bukan cuma umat awamnya saja yang melakukannya, tetapi juga para imamnya. Ini karena tak adanya sistem transparansi keuangan.

Pada bulan Juni lalu Paus Fransiskus menyerukan transparansi. Mungkin beliau sudah mencium aroma korup di Vatikan, secara khusus bank yang dikelola Vatikan, yaitu Institut Kerja Religius (IOR). Sudah menjadi rahasia umum kalau masalah duit sangat-sangat ditutup rapat. Dan sudah sejak lama IOR mempunyai reputasi ketertutupan dan intrik. Paus Fransiskus tidak menghendaki hal ini terus terjadi. Karena itu, didorong oleh rasa tanggung jawab moral dan semangat Injili, ia menyerukan keterbukaan dalam hal keuangan. Paus Fransiskus menghendaki supaya pusat kekuasaan agama Katolik itu transparan soal dananya.

Menanggapi seruan Paus ini, maka dibentuklah suatu lembaga khusus untuk mengaudit keuangan. Selain itu, dan ini yang terpenting, Bank Vatikan melakukan transparansi keuangan. Pada awal Oktober lalu, Bank Vatikan mulai mempublikasikan laporan keuangannya sebagai salah satu wujud transparansi. Ini merupakan publikasi laporan keuangannya yang pertama sejak berdirinya 125 tahun lalu.

Vatikan, yang merupakan pusat kekuasaan Gereja Katolik, sudah mencanangkan dan melakukan transparansi pengelolaan keuangan. Bagaimana dengan yang di bawahnya? Apakah keuskupan dan paroki sudah mulai melakukan transparansi keuangan? Persoalannya ada di Uskup dan Pastor Kepala Paroki. Beranikah Pastor Kepala Paroki membuka laporan keuangan kepada pastor pembantunya dan juga kepada mereka yang ingin tahu? Maukah Pastor Kepala Paroki membuat pertanggungjawaban keuangan kepada umat? Artinya, kebiasaan selama ini, di mana soal uang hanya diketahui oleh Pastor Kepala Paroki dan "bendahara"-nya saja, musti ditinggalkan. 

Ajakan Paus Fransiskus ini hendaknya jangan hanya dilihat dalam lingkup Vatikan saja, melainkan juga Gereja universal. Sudah saatnya para pastor transparan dalam pengelolaan keuangan Gereja, baik di paroki maupun di komisi/lembaga yang ditanganinya.

Pangkalpinang, 24 Okt 2013
by: adrian, dari berbagai sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar